ciri-ciri dari Fikrah Nahdliyah antara lain :
1. Fikrah
Tawassuthiyah (pola pikir moderat), artinya Nahdlatul ‘Ulama senantiasa
bersikap tawazun (seimbang) dan I’tidal (moderat) dalam menyikapi
berbagai persoalan.
2. Fikrah Tasamuhiyah (pola pikir toleran),
artinya Nahdlatul ‘Ulama dapat hidup berdampingan secara damai dengan
berbagai pihak lain walaupun aqidah, cara piker, dan budayanya berbeda.
3. Fikrah Ishlahiyyah (pola pikir reformatif), artinya Nahdlatul ‘Ulama selalu mengupayakan perbaikan menuju kea rah yang lebih baik (al ishlah ila ma huwa al ashlah).
4. Fikrah Tathawwuriyah (pola pikir dinamis), artinya Nahdlatul ‘Ulama
senantiasa melakukan kontekstualisasi dalam merespon berbagai persoalan.
5. Fikrah Manhajiyah (pola pikir metodologis), artinya Nahdlatul ‘Ulama
senantiasa menggunakan kerangka berpikir yang mengacu kepada manhaj
yang telah ditetapkan oleh Nahdlatul ‘Ulama
Kamis, 11 Juni 2015
Rabu, 27 Mei 2015
KELAHIRAN NAHDLATUL ULAMA’ ( NU )
I – KELAHIRAN NAHDLATUL ULAMA’ ( NU )
Nahdlatul Ulama’ disingkat NU, artinya kebangkitan Ulama. Sebuah organisasi yang didirikan oleh para ulama pada tanggal : 16 Rajab 1344 H / 31 Januari 1926 M. di Surabaya.
Nahdlatul Ulama sebagai jam’iyah diniyah adalah wadah para Ulama’ dan pengikut-pengikutnya, dengan tujuan memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam yang berhaluan Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan menganut salah satu dari madzhab empat masing-masing adalah :
1. Imam Abu Hanifah an-Nu’man
2. Imam Malik bin Anas
3. Imam Muhammad Idris As-Syafi’i dan
4. Imam Ahmad bin Hanbal.
Nahdlatul Ulama’ ( NU ) adalah merupakan gerakan keagamaan yang bertujuan untuk ikut membangun dan mengembangkan insan dan masyarakat yang bertaqwa kepada Alloh Swt, cerdas, trampil, ber-akhlaq mulia, tenteram, adil dan sejahtera. NU mewujudkan cita-cita dan tujuannya melalui serangkaian ikhtiar yang didasari oleh dasar-dasar faham keagamaan, yang membentuk kepribadian khas Nahdlatul Ulama.
II – LATAR BEKANG BERDIRINYA NU.
A – LATAR BELAKANG AGAMA :
Latar belakang berdirinya NU berkaitan erat dengan perkembangan pemikiran keagamaan dan politik dunia Islam kala itu, diantaranya adalah pada tahun 1924, Syarif Husein raja Hijaz ( Makah ) yang berfaham Sunni (ahlus sunah wal jama’ah) ditakluk- kan oleh Abdul Aziz bin Saud yang beraliran Wahabiy.
Aliran Wahabiy ini bentuk ajarannya adalah melarang semua bentuk amaliah ke-agamaan ala kaum Sunni, yang sudah berlaku di Tanah Arab dan akan menggantinya dengan model Wahabiy. Pengamalan agama dengan sistem bermadzhab, tawasul, maulid Nabi, ziarah kubur dan lain sebagainya akan segera dilarang. Dan bahkan Raja Ibnu Saud juga ingin melebarkan pengaruh kekuasaannya ke seluruh dunia Islam. Dengan dalih demi kejayaan Islam, ia berencana meneruskan kekhilafahan Islam yang terputus di Turki pasca runtuhnya Daulah Usmaniyah. Untuk itu dia berencana menggelar Muk-tamar Khilafah di kota suci Makah sebagai penerus Khilafah yang terputus itu, mukta-mar ini terkenal dengan sebutan Komite Hijaz.
Seluruh negara Islam di dunia diundang untuk menghadiri muktamar tersebut, termasuk Indonesia, dan utusan dari Indonesia yang direkomendasikan adalah HOS. Cokroaminoto dari Serikat Islam ( SI ), KH. Mas Mansur dari Muhammadiyah dan KH. Abdul Wahab Hasbullah wakil dari Pesantren. Akan tetapi karena KH. Wahab tidak me wakili organisasi resmi, maka namanya dicoret dari daftar calon utusan, dan pencoretan ini tidak lain merupakan permainan politik diantara kelompok yang mengusung para calon utusan Indonesia. Peristiwa ini menyadarkan para Ulama’ pengasuh Pesantren akan pentingnya sebuah organisasi, karena latar belakang yang sangat mendesak itulah akhirnya Jam’iyah Nahdlatul Ulama’ didirikan.
B – LATAR BELAKANG KEBANGSAAN (NASIONALISME)
Pada tahun 1916 M, KH, Wahab Hasbullah bekerjasama dengan KH. Abdul Kahar (seorang pengusaha kaya) di Surabaya dan didukung oleh masyarakat berhasil mendirikan sebuah gedung bertingkat di kampung Kawatan Gg. IV Surabaya yang ke-mudian dikenal sebagai perguruan “Nahdlatul Wathon” yang berarti “Pergerakan Tanah Air”. Sejak itu gedung ini dijadikan markas penggemblengan para pemuda, mereka di didik untuk menjadi pemuda yang berilmu dan memiliki jiwa cinta tanah air. Setiap hen dak dimulai kegiatan belajar, para murid diharuskan terlebih dahulu menyanyikan lagu perjuangan dalam bahasa Arab, yang telah digubah dalam bentuk syair oleh KH. Wahab Hasbullah sebagai berikut :
Wahai bangsaku, wahai bangsaku,
Cinta tanah air bagian dari iman,
Cintailah tanah air ini wahai bangsaku,
Jangan kalian menjadi orang terjajah.
Sungguh kesempurnaan itu harus,
Dibuktikan dengan perbuatan,
Dan bukanlah kesempurnaan itu,
Hanya berupa ucapan.
Berbuatlah demi cita-cita,
Dan jangan hanya pandai bicara,
Dunia ini bukan tempat menetap,
Tetapi hanya tempat berlabuh.
LEADERSHIP ( KEPEMIMPINAN )
LEADERSHIP ( KEPEMIMPINAN )
Pokok Bahasan :
1. Teori munculnya pemimpin di masyarakat
2. Tipologi kepemimpinan
3. Pola kepemimpinan efektif
Tujuan :
1. Peserta memahami teori munculnya pemimpin di masyarakat
2. Perserta memahami karakteristik, sosok dan citra diri seorang pemimpin
3. Peserta memahami bagaimana peran dan tanggung jawab seorang pemimpin sebagai bentuk kepemimpinan yang efektif
Pengertian
Kepemimpinan merupakan masalah yang sangat penting dalam menejemen. Bahkan ada yang menilai bahwa kepemimpinan adalah jantungnya intinya menejemen. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk dapat menggerakkan dan membina orang atau kelompok orang – orang, sehngga mau berbuat / berkarya secara efektif dan efesien dalam rangka mencapai tujuan administrasi.
Leadership dan manajemen bisa sama dan bisa berbeda. Dapat dikatakan bahwa semua leader adalah manajer, tetapi tidak semua manajer menjadi leader. Manajer biasanya menggunakan kekuasaan yang melekat pada jabatannya atau organisasinya untuk memipin orang. Sedangkan seorang leader biasanya mempengaruhi orang lain dengan gaya dan keahliannya memimpin tanpa mengendalikan kekuasaan. Adapaun konsepsi mengenai kepemimpinan harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting, yaitu :
1. Kekuasaan
2. Kewibawaan
3. Kemampuan
A. TEORI MUNCULNYA PEMIMPIN DIMASYARAKAT
Tiga teori munculnya pemimpin adalah :
a. Teori genetis
b. Teori sosial
c. Teori ekologi
1. Teori genetis
a. Pemimpin tidak dibuat, akan tetapi dilahirkan menjadi pemimpin karena dari bakatnya sejak lahir.
b. Ditekdirkan lahir menjadi pemimpin, dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga.
2. Teori sosial yaitu : lawan dari teori genetis bahwa pemimpin itu harus disiapkan dan dibentuk, tidak terlahir saja dan semua orang bisa menjadi pemimpin melalui usaha dan penyiapan pendidikan
3. Teori ekologi : ( teori ini reaksi dari kedua teori tersebut diatas ) yaitu seorang akan sukses menjadi pemimpin, bila sejak lahirnya dia telah memilki bakat – bakat kepemimpinan, dan bakat – bakat ini sangat
C. TYPE –TYPE KEPEMIMIPINAN.
Pemimpin itu mempunyai sifat , temperemen , watak dan keperibadian sendiri yangunuik, khas, sehingga tinkah laku dan gayanya sendiri yangmembedakan dirinya dengan orang lain. Gayadan type hidupnya ini pasti akan mewarnai prilaku dan type kepemimpinannya. Sehingga muncullah beberapa type kepemimpinan sebagai berikut:
1. Type kharismatik : Type pemimpin kharismatik tidak menghendaki dayatarik dan wibawa yang luar biasa, saehingga mempunyai pengkut yang jumblahnya sanat besar . Dia dianggapnya mempuanyai kekuatan ghaib yangdiperolehnya dari kekuatan yang maha esa.
2. Type paternalistis : (type kepemimpinan yang kebapakan ) dengan sifat-siatnya antara lain : a. Menganggap bawahanya sebagai manusia yang belum dewasa . b. bersikap terlalu melindungi .c. selalu bersikap mahu tahu dan maha benar.
3. Type militeristik : type mempuyai sifat-sifat antara lain: a. lebih banyak menggunakan sistem perintah terhadap bawahannya . b. Menuntut adanya disiplin keras dan kaku dari bawahannya c. tidak menghendaki saran – saran dan kritik dari bawahannya. d. komunikasi hanya berlangsung searah saja.
4. Type otokratis : Kepemimpinan otokrat mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang selalu harus dipatuhi. Pemimpin selalu mau berperan sebagai " pemain tunggal " .
5. Type laisser faire : Type pemimpin type laisser faire praktis tidak memimpin, sebab dia memberikan kelompoknya berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi dalam kelompoknya. Semua pekerjaan harus dilakukan oleh bawahannya. Dia merupakan pemimpin simbol, dan biasanya tidak memilki ketrampilan teknis.
6. Type demokratis : kepemimpinan demokratis memberikan bimbingan efisien kepada para pengikutnya, terdapat koordinasi pekerjaan dari semua bawahan dengan penekanan rasa tanggung jawab internal dan bekerja sama yang baik. Pemimpin demokratis menghargai setiap potensi individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan, bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing – masing, dan mampu memanfaatkan setiap anggota dengan selektif mungkin pada saat kondisi yang tepat.
D. FUNGSI PEMIMPIN
Menurut rustam Effendi ( 1995 : 245 ) fungsi pemimpin secara umum dapat meliputi :
1. Menuntut
2. Membimbing
3. Memberi atau membangunkan motivasi – motivasi kerja
4. Mengemudikan organisasi
5. Menjalin jaringan – jaringan komunikasi yang baik
6. Supervisi yang efisien, dan
7. Membawa para pengikutnya kepada sasarannya yang dituju dengan ketentuan waktu dan perencanaan.
Adapun fungsi pokok pemimpin adalah :
1. Fungsi perencanaan
2. Fungsi memandang kedepan
3. Fungsi pengawasan
4. Fungsi mengambil keputusan
5. Fungsi memberi hadiah
E. SYARAT – SYARAT PEMIMPIN
Adapun syarat – syarat pemimpin adalah sebagai berikut :
1. Taqwa
2. Sehat
3. Cakap dan cerdik
4. Setia pada tugas
5. Disiplin
6. Adil dan bijaksana
7. Berkemauan keras
8. Berani dan tegas mengambil tindakan
9. Percaya diri
10. Inovativ dan kreatif
11. Berwawasan luas kedepan
12. Penuh tanggung jawab
13. Ucapan sama dengan tindakan
14. Mengutamakan kepentingan orang lain
15. Ambisi dan orientasi pada pencapaian hasil
F. SIFAT KETELADAN KEPEMIMPINAN ROSULULLAH SAW.
Michael Hart dalam bukunya 100 tokoh dunia ( 1994 ) yang paling dihormati menempatkan Muhammad SAW sebagai pemimpin urutan pertama, mengapa ? alasan pokoknya adalah tidak ada pemimpin sekaliber Muhammad SAW dimana pengikutnya begitu cepat bertambah, dan begitu fanatik terhadapnya kendatipun mereka tidak pernah menemuinya bahkan semakin lama semakin disanjung – sanjung ajarannya.
Sifat – sifat kepemimpinan Nabi Muhammad SAW sudah banyak disanjung bahkan Allah berfirman dalam Al – Qur'an 33 : 21 yang artinya : Sesungguhnya telah ada pada diri Rosululloh itu suri tauladan yangbaik bagimu yaitu bagi orang – orang yang mengharapkan rahmat Allah di hari kiamat dan di banyak menyebut nama Allah.
Nabi Muhammad SAW hidup bukan untuk dirinya, beliau berasal dari keluarga miskin tanpa unsur warisan harta dan kekuasaan, beliau mandiri, jujur, penyabar, adil, mempunyai visi kedepan, berwawasan jangka panjang, tegas, dipercaya dan menyayangi bawahannya.
G. UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KEPEMIMPINAN
Menjadi seorang pemimpin yang sukses dan berkualitas diperlukan beberapa faktor yang dapat menunjang antara lain :
1. Sehat jasmani dan rohani
2. Selalu berusaha beramal dan berakhlaqul karimah
3. Selalu berusaha meningkatkan pengetahuan dari berbagai bidang ilmu
4. Selalu berusaha menambah pengalaman dan latihan kepemimpinan
MANAJEMEN KONFLIK
MANAJEMEN KONFLIK
Semacam Pendahuluan
Menurut pandangan kontemporer, konflik bukan saja sesuatu hal yang tidak dapat dihindari, melainkan ia merupakan pula suatu kondisi yang perlu untuk orang-orang dan organisasi-organisasi supaya mereka dapat bersikap adaptif terhadap perubahan.
Tingkat perubahan tertentu diperlukan bagi ketahanan dan pertumbuhan keorganisasian, dan dalam hubungan ini konflik dapat bermanfaat sebagai sebuah elemen yang menunjang perubahan tersebut.
Mengingat bahwa adanya peranan potensial yang bermanfaat dari konflik, maka menurut pandangan kontemporer, konflik itu perlu di “manaje”.
Pengertian Manajemen Konflik
Manjemen konflik (conflict management) mengandung arti bahwa konflik dapat memainkan peranan dalam rangka upaya pencapaian sasaran-sasaran secara efektif serta efisien.
Mengingat bahwa konflik keorganisasian dengan cepat dapat bereskalasi, dan merusak kultur suatu organisasi, maka kegiatan memanaje konflik keorganisasian merupakan sebuah prioritas penting.
Setiap organisasi perlu mengimbangkan kebutuhan untuk menciptakan konflik “baik” tertentu (yang dapat mengatasi inersia, dan memungkinkan proses belajar keorganisasian baru) dengan kebutuhan untuk mencegah konflik “baik” tersebut berkembang menjadi konflik “buruk” (yang menyebabkan suatu kekacauan dalam koordinasi dan integrasi antara fungsi-fungsi dan divisi-divisi yang ada).
Dua macam strategi yang seringkali digunakan para manajer guna mengatasi masalah konflik:
- mengubah struktur sesuatu organisasi untuk mengurangi atau meniadakan sumber konflik, atau
- mencoba mengubah sikap para individu, atau para individu-individu itu sendiri.
Dari
uraian yang disajikan dapatlah kita menarik kesimpulan bahwa: konflik
sebaiknya jangan sekedar dihindari, dikurangi atau diatasi: jadi,
konflik perlu dimanaje. Ada pendapat yang mengatakan bahwa memanaje
konflik dapat mengandung arti: “secara aktif mencari konflik, atau
menciptakan secara positif kondisi-kondisi yang menyebabkan timbulnya
konflik”
Macam-macam/model manajemen konflik
Tiga macam cara pokok untuk menghadapi dan menangani konflik, yakni melalui:
- dominasi atau supresi(domination or supression);
- kompromis (compromise); dan
- integrasi (integration).
Dominasi atau Supresi
Tindakan dominasi dan supresi, biasanya memiliki dua macam persamaan yakni :
1. mereka menekan konflik, dan bukan menyelesaikannya, dengan jalan mendesaknya ke latar belakang;
2. mereka menciptakan suatu situasi menang-kalah, di mana pihak yang kalah terpaksa tunduk kepada otoritas lebih tinggi atau kekuatan lebih besar, yang akhirnya menyebabkan timbulnya perasaan tidak puas dan sikap bermusuhan.
Dominasi dan supresi dapat terjadi melalui cara-cara berikut:
- Memaksakan (forcing)
- Meredakan (smoothing)
- Menghindari (avoidance)
- Suara terbanyak (majority rule)
Kompromis
Melalui tindakan kompromis, para manajer berupaya untuk menyelesaikan konflik dengan jalan meyakinkan para pihak yang berkonflik untuk mengorbankan sasaran-sasaran tertentu agar dapat diraih sasaran-sasaran lain.
Keputusan-keputusan yang dicapai melalui jalan kompromis, kiranya tidak akan menimbulkan frustasi di kalangan mereka yang sedang berkonflik ataupun tidak akan terjadi perasaan bermusuhan. Namun, dipandang dari sudut keorganisasian, kompromis merupakan sebuah metode penyelesaian konflik lemah, karena ia biasanya tidak menyebabkan timbulnya suatu solusi yang dapat membantu organisasi yang bersangkutan mencapai tujuan-tujuannya dengan cara terbaik. Hal yang sekedar dicapai oleh solusi tersebut adalah bahwa masing-masing pihak dalam konflik yang ada, dapat hidup dengannya.
Pemecahan problem secara integratif
Melalui metode ini, konflik antar kelompok dikonversi menjadi sebuah situasi pemecahan problem bersama yang dapat dihadapi dengan tehnik-tehnik pemecahan masalah. Pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik secara bersama-sama berupaya memecahkan problem yang muncul antar mereka.
Pada metode ini, orang justru tidak berupaya untuk menekan konflik, atau berupaya mencapai suatu kompromis, tetapi pihak yang berkonflik secara terbuka berupaya untuk menemukan sebuah pemecahan masalah yang dapat diterima oleh mereka.
Ada tiga macam tipe metode penyelesaian konflik secara integratif, yaitu;
- konsensus (consensus);
- konfrontasi (confrontation);
- penggunaan tujuan-tujuan superordinat (superordinate goals).
Pada metode konsensus, pihak yang berkonflik dipertemukan untuk mencapai solusi terbaik dalam hal memecahkan problem yang dihadapi mereka, dan dalam hal hubungan ini tidak akan diupayakan supaya salah satu pihak mencapai kemenangan. Konsensus kelompok seringkali akan memberikan suatu solusi yang lebih efektif dibandingkan dengan solusi yang ditawarkan oleh seorang individu. Tetapi, adalah penting untuk mencegah timbulnya sebuah konsensus yang bersifat prematur, di mana solusi yang dipilih hanya mencerminkan keinginan untuk menyelesaikan konflik yang ada secepat mungkin, dan bukanlah ditujukan untuk meraih solusi solusi yang terbaik.
Pada metode konfrontasi, pihak yang berkonflik menyatakan pandangan mereka masing-masing secara langsung dan terbuka kepada masing-masing pihak. Kemudian, alasan-alasan mengapa terjadinya konflik dipelajari, dan dicari metode-metode untuk menyelsaikan konflik yang ada. Dengan kepemimpinan yang terampil dan kesediaan untuk menerima tekanan yang berkaitan dengannya oleh semua pihak, maka seringkali dapat dicapai suatu solusi yang rasional.
Penetapan tujuan-tujuan-tujuan subordinat dapat pula dijadikan sebuah metode penyelesaian konflik, karena ia dapat mengalihkan perhatian pihak yang terlibat dari konflik yang ada dari tujuan-tujuan mereka yang bersaingan dan terpisah.
Senin, 27 April 2015
SEJARAH KELAHIRAN IPNU – IPPNU
Bila Presiden RI pertama, Ir Soekarno, pernah mengatakan bahwa “Jangan sekali-sekali melupakan sejarah” dan “Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak akan lupa pada sejarah pendahulunya”.
Maka demikian pula seharusnya dalam misi perjuangan IPPNU. Roh dari
para pendahulu yang demikian berjasa harus selalu mengilhami perjuangan
masa kini, tidak akan lupa seorang pemimpin kepada sejarah yang telah
membesarkan nama organisasi yang dipimpinnya.
Sejarah kelahiran IPPNU dimulai dari
perbincangan ringan oleh beberapa remaja putri yang sedang menuntut ilmu
di Sekolah Guru Agama (SGA) Surakarta, tentang keputusan Muktamar NU
ke-20 di Surakarta. Maka perlu adanya organisasi pelajar di kalangan
Nahdliyat. Hasil obrolan ini kemudian dibawa ke kalangan NU, terutama
Muslimat NU, Fatayat NU, GP. Ansor, IPNU dan Banom NU lainnya untuk
membentuk tim resolusi IPNU putri pada kongres I IPNU yang akan diadakan
di Malang. Selanjutnya disepakati bahwa peserta putri yang akan hadir
di Malang dinamakan IPNU putri.
Dalam suasana kongres, yang dilaksanakan
pada tanggal 28 Februari – 5 Maret 1955, ternyata keberadaan IPNU putri
masih diperdebatkan secara alot. Rencana semula yang menyatakan bahwa
keberadaan IPNU putri secara administratif menjadi departemen dalam
organisasi IPNU. Namun, hasil pembicaraan dengan pengurus teras PP IPNU
telah membentuk semacam kesan eksklusifitas IPNU hanya untuk pelajar
putra. Melihat hasil tersebut, pada hari kedua kongres, peserta putri
yang terdiri dari lima utusan daerah (Yogyakarta, Surakarta, Malang,
Lumajang dan Kediri) terus melakukan konsultasi dengan jajaran teras
Badan Otonom NU yang menangani pembinaan organisasi pelajar yakni PB
Ma’arif (KH. Syukri Ghozali) dan PP Muslimat (Mahmudah Mawardi). Dari
pembicaraan tersebut menghasilkan beberapa keputusan yakni:
- Pembentukan organisasi IPNU putri secara organisatoris dan secara administratif terpisah dari IPNU
- Tanggal 2 Maret 1955 M/ 8 Rajab 1374 H dideklarasikan sebagai hari kelahiran IPNU putri.
- Untuk menjalankan roda organisasi dan upaya pembentukan-pembentukan cabang selanjutnya ditetapkan sebagai ketua yaitu Umroh Mahfudhoh dan sekretaris Syamsiyah Mutholib.
- PP IPNU putri berkedudukan di Surakarta, Jawa Tengah.
- Memberitahukan dan memohon pengesahan resolusi pendirian IPNU putri kepada PB Ma’arif NU. Selanjutnya PB Ma’arif NU menyetujui dan mengesahkan IPNU putri menjadi Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).
Dalam perjalanan selanjutnya, IPPNU telah
mengalami pasang surut organisasi dan berbagai peristiwa nasional yang
turut mewarnai perjalanan organisasi ini. Khususnya di tahun 1985,
ketika pemerintah mulai memberllakukan UU No. 08 tahun 1985 tentang
keormasan khusus organisasi pelajar adalah OSIS, sedangkan organisasi
lain seperti IPNU-IPPNU, IRM dan lainnya tidak diijinkan untuk memasuki
lingkungan sekolah. Oleh karena itu, pada Kongres IPPNU IX di Jombang
tahun 1987, secara singkat telah mempersiapkan perubahan asas organisasi
dan IPPNU yang kepanjangannya “Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama”
berubah menjadi “Ikatan Putri-Putri Nahdlatul Ulama”.
Selanjutnya, angin segar reformasi telah
pula mempengaruhi wacana yang ada dalam IPPNU. Perjalanan organisasi
ketika menjadi “putri-putri” dirasa membelenggu langkah IPPNU yang
seharusnya menjadi organisasi pelajar di kalangan NU. Keinginan untuk
kembali ke basis semula yakni pelajar demikian kuat, sehingga pada
kongres XII IPPNU di Makasar tanggal 22-25 Maret tahun 2000
mendeklarasikan bahwa IPPNU akan dikembalikan ke basis pelajar dan
penguatan wacana gender.
Namun, pengembalian ke basis pelajar saja
dirasa masih kurang. Sehingga pada Kongres ke XIII IPPNU di Surabaya
tanggal 18-23 Juni 2003, IPPNU tidak hanya mendeklarasikan kembali ke
basis pelajar tetapi juga kembali ke nama semula yakni “Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama”. Dengan
perubahan akronim ini, IPPNU harus menunjukkan komitmennya untuk
memberikan kontribusi pembangunan SDM generasi muda utamanya di kalangan
pelajar putri dengan jenjang usia 12-30 tahun dan tidak terlibat pada
kepentingan politik praktis yang bisa membelenggu gerak organisasi.
Namun perlu juga dipahami bahwa akronim “pelajar” lebih diartikan pada
upaya pengayaan proses belajar yang menjadi spirit bagi IPPNU dalam
berinteraksi dan bersosialisasi dengan seluruh komponen masyarakat
Indonesia dengan mengedepankan idealisme dan intelektualisme .
Visi Misi IPPNU
Visi perjuangan IPPNU adalah terbentuknya
kesempurnaan pelajar putri Indonesia yang bertakwa, berakhlakul
karimah, berilmu dan berwawasan kebangsaan. Yang kemudian dijabarkan
dalam misi perjuangannya yakni:
- Membangun kader NU yang berkualitas, berakhlakul karimah, bersikap demokratis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
- Mengembangkan wacana dan kualitas sumberdaya kader menuju terciptanya kesetaraan gender.
- Membentuk kader yang dinamis, kreatif dan inovatif.
a. Sifat
IPPNU bersifat keterpelajaran, kekeluargaan , kemasyarakatan dan keagamaan.
b. Fungsi
o Wadah berhimpun pelajar Nu untuk melanjutkan semangat jiwa dan nilai-nilai nahdliyin
o Wadah komunikasi pelajar NU dalam pelaksanaan dan pengembangan syariat Islam
o Wadah aktualisasi pelajar NU dalam pelaksanaan dan pengembangan syaria’at Islam
c. Azas
Berazaskan Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradap, persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan dan
keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
d. Aqidah
Beraqidah Islam yang berhaluan Ahlussunnah wal jama’ah dengan mengikuti salah satu madzhab hanafi, syafi’i, maliki dan hambali
Tujuan
Ø Membangun kader Nu yang berkualitas,
berakhlakul karimah, bersifat demokratis dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Ø Mengembangkan wacana dan kualitas sumber daya kader menuju terciptanya kesetaraan gender.
Ø Membentuk kader yang dinamis, kreatif dan inovatif.
SEJARAH KELAHIRAN IPPNU
Bermula dari perbincangan ringan yang
dilakukan oleh beberapa remaja putri yang sedang menuntut ilmu di
Sekolah guru Agama (SGA) Surakarta, tentang keputusan Muktamar NU ke-20
di Surakarta. Maka perlu adanya organisasi pelajar di kalangan
Nahdliyat. Dalam keputusan ini di kalangan NU, Muslimat NU, Fatayat NU,
GP. Ansor, IPNU dan Banom NU lainnya untuk membentuk tim resolusi IPNU
putri pada kongres I IPNU di Malang Jawa Timur, selanjutnya disepakati
dalam pertemuan tersebut bahwa peserta putri yang akan hadir di kongres
Malang di namakan IPNU putri.
Dalam suasana kongres ternyata keberadaan
IPNU putri nampaknya masih diperdebatkan dengan secara alot. Semula
direncanakan secara administratif hanya menjadi departemen di dalam
tubuh organisasi IPNU. Sementara hasil negosiasi dengan pengurus teras
PP IPNU telah membentuk semacam kesan eksklusivitas IPNU hanya untuk
pelajar putra. Melihat hasil tersebut maka pada hari kedua kongres,
peserta putri yang hanya diwakili lima daerah (Yogyakarta, Surakarta,
Malang, Lumajang, dan Kediri) terus melakukan konsultasi dengan dua
jajaran di pengurus teras Badan Otonom NU yang menangani pembinaan
organisasi pelajar yaitu PB Ma’arif (saat itu dipimpin Bpk. KH. Syukri
Ghozali) dan ketua PP Muslimat NU (Mahmudah Mawardi). Maka dari
pembicaraan selama beberapa hari telah membuat keputusan sebagai
berikut:
1. Tanggal 28 Februari – 5 Maret2. Pembentukan Organisasi IPNU putri secara organisatoris dan secara administratif terpisah dengan IPNU
3. Tanggal 2 maret 1995M/8 Rajab 1374 H dideklarasi8kan sebagai hari kelahiran IPNU putri
4. Untuk menjalankan roda organisasi dan
upaya pembentukan pembentukan cabang selanjutnya ditetapkan sebagai
ketua yaitu UMROH MAHFUDHOH dan sekretarisnya bernama SYAMSIYAH
MUTHOLIB.
5. PP IPNU putri berkedudukan di Surakarta Jawa Tengah.
6. Memberitahukan dan memohon pengesahan
resolusi pendirian IPNU putri kepada PB Ma’arif NU, kemudian PB Ma’arif
NU menyetujui dengan merubah nama IPNU putri menjadi IPPNU(Ikatan
Pelajar Putri Nahdlatul Ulama) PERJALANAN IPPNU DARI MASA KE MASA
Sejalan dengan adanya pelaksanaan
konggres dari beberapa zaman ( Kemerdekaan, Orla, orba, Era reformasi)
tentu mengalami berbagai peristiwa yang sangat menonjol dalam suatu
keputusan kongres, dan dalam perjalanan IPNU dari masa ke masa antara
lain :
1. Bulan Februari 1956 diadakan konferensi IPPNU di Surakarta
2. Tanggal 1-4 Januari 1957 pada muktamar
IPNU di Pekalongan IPPNU ikut serta. Acara itu diisi olahraga dan juga
menghasilkan lambang IPNU-IPPNU
3. Tanggal 14-17 Maret 1960 diadakan
Konbes I di Yogyakarta, membicarakan tentang keorganisasian,
kemahasiswaan, Pendidikan Islam serta bahasa Arab
4. Tahun 1964 dilaksanakan Konbes III bersama IPNU di Pekalongan, dengan menghasilkan :
a. Doktrin Pekalongan
b. Mengusulkan agar KH. Hasyim Asy’ari sebagai pahlawan
5. Tanggal 30 Agustus 1966 dalam konggres di Surabaya IPNU dan IPPNU memohon pada PBNU untuk menerimanya sebagai badan otonom
6. Tahun 1967 pada Muktamar NU di Bandung, resmilah IPPNU dimasukkan dalam PD/PRT NU sebagai badan otonom sampai sekarang
7. Pada perkembangan berikutnya nampak
pemerintah juga tidak ingin mengambil resiko membiarkan dunia akademik
terkontaminasi dengan unsur politik manapun, sehingga diberlakukan UU
No. 8 tahun 1985 tentang keormasan khusus untuk organisasi ekstra
pelajar adalah OSIS, selama itu IPPNU mengalami stagnasi pengkaderan dan
PP didominasi oleh para aktivis yang usianya sudah melebihi batas. Maka
pada konggres IX IPPNU di jombang tahun 1987, secara singkat telah
mempersiapkan perubahan asas organisasi dan IPPNU yang kepanjanganya
IKATAN PELAJAR PUTRI NAHDLATUL ULAMA telah berubah menjadi IKATAN
PUTRI-PUTRI NAHDLATUL ULAMA.
8. Bulan Oktober 1990 pada Konbes IPPNU di lampung, menghasdilkan citra diri dan memantapkan PPOA IPPNU.
9. Pada konggres X IPPNU tahun 1991 di
ponpes AL WAHDAH lasem jawa tengah, telah menguatkan independensi IPPNU
dan IPNU yang merupakan organisasi terpisah.
10. Tanggal 10-14 juli 1996 di pesantren
Al Musyaddidah garut Jabar mengadakan konggres XI IPPNU, yang menekankan
usia kepemudaan di tubuh IPNU supaya sejajar dengan organisasi pemuda
yang lain.
11. Konbes bulan september 1998 di
Jakarta, menghasilkan rekomendasi yang samgat menonjol di era reformasi
yaitu bahwa IPPNU menyambut baik pendirian PKB yang tidak menggumakan
nama NU
12. Tanggal 22-25 Maret 2000, pelaksanaan
konggres XII IPPNU di Makassar Ujung Pandang, telah mendeklarasikan
bahwa IPPNU akan dikembalikanke basis kepelajaran dan wacana Gender.
13. Tanggal 18 –23 Juni 2003 kongres XIII
IPPNU di asrama haji sukolilo Surabaya mengembalikan IPPNU kepada
Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama
Tokoh – tokoh yang pernah menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat IPPNU adalah :
1. Rekanita Umroh Mahfudzoh ( Gresik Jatim. 1955 – 1956 )2. Rekanita Basyiroh Soimuri ( Solo Jateng. 1956 – 1968 )
3. Rekanita Basyiroh Soimuri ( Solo Jateng. 1968 – 1960 )
4. Rekanita Mahmudah Nachrowi ( Malang Jatim. 1960 – 1963 )
5. Rekanita Farida Mawardi ( Surakarta. 1963 – 1966 )
6. Rekanita Mahsanah Asnawi ( Rembang. 1966 – 1970 )
7. Rekanita Ratu Ida Mawaddah ( Serang Banten. 1970 – 1976 )
8. Rekanita Misnar ma’ruf ( Padang Sumbar. 1976 – 1981 )
9. Rekanita Titin Asiyah ( Jakarta. 1981 – 1988 )
10. Rekanita Ulfah Masfufah ( Jatim 1988 – 1991 ; 1991 – 1996 )
11. Rekanita Safira Mahrusah (Yogyakarta. 1996 – 2000 )
12. Ratu Dian Hatifah ( Banten. 2000 – 2003 )
13. Siti Soraya Devi ( Cirebon. 2003 – 2006 )
14. Wafa Patria Ummah ( Jatim. 2006 – 2009 )
HUBUNGAN IPNU – IPPNU DAN ORMAS LAIN
Kaitan IPNU – IPPNU dan NU, bahwa IPNU
& IPPNU secara organisatoris merupakan badan otonom NU yang resmi
tercantum pada Anggaran Rumah Tangga NU pasal 27 poin 6 bagian f, hasil
mukatamar NU lirboyo jawa timur yang mana bahwa IPNU & IPPNU
mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan badan otonom yang lain.
Hubungan IPNU dengan IPPNU, bahwa IPNU
merupakan mitra kerja IPPNU, sedangkan hubungan IPNU & IPPNU dengan
ormas lain , bahwa IPNU & IPPNU mempunyai kedudukan yang sejajar
dengan ormas yang lain yang tergabung dalam satu wadah pembinaan dan
pengembangan generasi muda (KNPI).
MENEJEMEN ORGANISASI
Pokok Bahasan :
1. Pengertian, fungsi dan manfaaat manajemen
2. Manajemen organisasi non profit
Tujuan :
1. Mengerti dan memahami fungsi, manfaat dan bentuk – bentuk manajemen
2. Mengetahui bagaimana memilih dan menerapkan manajemen yang tepat.
Pendalaman Materi
Bila dipelajari dari literatur manajemen, maka akan jelas bahwa isitilah manajemen mengandung tiga pengertian, pertama : Manajemen sebagai proses kedua : Manajemen sebagai kolektifitas orang yang melakukan manajemen dan ketiga : Manajemen sebagai suatu seni ( ART ) dan sebagai ilmu.
Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan dari pada sumber daya, terutama sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
FUNGSI – FUNGSI DASAR MANAJEMEN
1. Planning ( Perencanaan )
Adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya ada yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa.
Tipe – tipe planning :
a. Rencana strategi ( strategic planning )
Proses pemilihan tujuan – tujuan organisasi, penentuan strategi, kebijakasanaan dan program – program strategis yang diperlukan untuk tujuan yang sudah ditetapkan.
b. Rencana operasional ( operasional planning )
Rencana operasional ini dibagi menjadi dua :
Rencana operasional sekali pakai : Adalah rencana untuk mencapai tujuan organiasi tertentu yang tidak dapat berulang dalam bentuk yang sama di waktu mendatang.
Rencana operasional tetap : Adalah rencana yang berupa kebijaksanaan, prosedur dan aturan yang ditetapkan dan akan terus ditetapkan sampai perlu diadakan perubahan ataupun dihapus.
Tahap – tahap planning :
a. Menentukan tujuan atau serangkaian tujuan
b. Merumuskan keadaan / kondisi saat ini
c. Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan
d. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan
Syarat – syarat planning :
a. Tujuan dirumuskan dengan jelas
b. Sederhana / simple tetapi tidak remeh, tidak terlalu tinggi tetapi rasional, mudah dipahami dan dilaksanakan.
c. Sifatnya fleksibel ( dapat menyesuaikan )
d. Ada keseimbangan planning ke luar dan kedalam
e. Membuat analisa dan pengelompokan kegiatan yang direncanakan
Manfaat Planning :
a. Tujuan dapat sesuai dan jelas
b. Merupakan guide ( petunjuk ) bagi anggota
c. Merupakan control/alat pengendali pelaksanaan kerja organisasi
d. Menjamin sumber – sumber secara efektif dan efisien
e. Memudahkan koordinasi
2. Organizing ( Pengorganisasian )
Adalah proses pengelompokan orang – orang, alat – alat, tugas dan tanggung jawab atau wewenang sedemikian rupa sedemikian rupa sehingga tercipta satu kesatuan kerja yang utuh dalam rangka mencapai tujuan.
Proses Organizing :
a. Perumusan tujuan harus jelas dan lengkap, baik bidang, ruang lingkup, sasaran keahlian, serta peralan yang diperlukan sehingga diketahui besar kecilnya organisasi.
b. Penetapan tugas pokok, yaitu sasaran yang dibebankan pada organisasi untuk dicapai.
c. Perincian kegiatan / membuat skala prioritas.
d. Pengelompokan kegiatan
e. Departementasi yaitu proses penobatan fungsi – fungsi menjadi kesatuan kerja, misalnya : biro, bagian, dll.
f. Penetapan otoritas / wewenagn / kekuasaan.
g. Staffing / rekrutmen / penarikan anggota.
3. Actuating ( penggerakan )
Adalah tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota / orang mau melaksanakan dan berusaha untuk mencapai tujuan sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
4. Controlling ( pengawasan )
Adalah tindakan yang mengusahakan agar setiap kegiatan yang dilakukan tidak menyimpang dari rencana yang sudah ditetapkan.
Tehnik pengawasan :
a. Pengawasan preventif/steering control yaitu pengawasan yang bersifat pencegahan dari kemungkinan penyimpangan kegiatan yang dilakukan.
b. Pengawasan pantangan / yes no control yaitu pengawasan yang berupa ketentuan tentang hal yang boleh dilakukan dan hal yang tidak boleh dilakukan.
c. Pengawasan remedial / post action control yaitu pengawasan yang bersifat pengobatan terhadap terjadinya hal – hal yang menyimpang dari perencanaan.
1. Pengertian, fungsi dan manfaaat manajemen
2. Manajemen organisasi non profit
Tujuan :
1. Mengerti dan memahami fungsi, manfaat dan bentuk – bentuk manajemen
2. Mengetahui bagaimana memilih dan menerapkan manajemen yang tepat.
Pendalaman Materi
Bila dipelajari dari literatur manajemen, maka akan jelas bahwa isitilah manajemen mengandung tiga pengertian, pertama : Manajemen sebagai proses kedua : Manajemen sebagai kolektifitas orang yang melakukan manajemen dan ketiga : Manajemen sebagai suatu seni ( ART ) dan sebagai ilmu.
Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan dari pada sumber daya, terutama sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
FUNGSI – FUNGSI DASAR MANAJEMEN
1. Planning ( Perencanaan )
Adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya ada yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa.
Tipe – tipe planning :
a. Rencana strategi ( strategic planning )
Proses pemilihan tujuan – tujuan organisasi, penentuan strategi, kebijakasanaan dan program – program strategis yang diperlukan untuk tujuan yang sudah ditetapkan.
b. Rencana operasional ( operasional planning )
Rencana operasional ini dibagi menjadi dua :
Rencana operasional sekali pakai : Adalah rencana untuk mencapai tujuan organiasi tertentu yang tidak dapat berulang dalam bentuk yang sama di waktu mendatang.
Rencana operasional tetap : Adalah rencana yang berupa kebijaksanaan, prosedur dan aturan yang ditetapkan dan akan terus ditetapkan sampai perlu diadakan perubahan ataupun dihapus.
Tahap – tahap planning :
a. Menentukan tujuan atau serangkaian tujuan
b. Merumuskan keadaan / kondisi saat ini
c. Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan
d. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan
Syarat – syarat planning :
a. Tujuan dirumuskan dengan jelas
b. Sederhana / simple tetapi tidak remeh, tidak terlalu tinggi tetapi rasional, mudah dipahami dan dilaksanakan.
c. Sifatnya fleksibel ( dapat menyesuaikan )
d. Ada keseimbangan planning ke luar dan kedalam
e. Membuat analisa dan pengelompokan kegiatan yang direncanakan
Manfaat Planning :
a. Tujuan dapat sesuai dan jelas
b. Merupakan guide ( petunjuk ) bagi anggota
c. Merupakan control/alat pengendali pelaksanaan kerja organisasi
d. Menjamin sumber – sumber secara efektif dan efisien
e. Memudahkan koordinasi
2. Organizing ( Pengorganisasian )
Adalah proses pengelompokan orang – orang, alat – alat, tugas dan tanggung jawab atau wewenang sedemikian rupa sedemikian rupa sehingga tercipta satu kesatuan kerja yang utuh dalam rangka mencapai tujuan.
Proses Organizing :
a. Perumusan tujuan harus jelas dan lengkap, baik bidang, ruang lingkup, sasaran keahlian, serta peralan yang diperlukan sehingga diketahui besar kecilnya organisasi.
b. Penetapan tugas pokok, yaitu sasaran yang dibebankan pada organisasi untuk dicapai.
c. Perincian kegiatan / membuat skala prioritas.
d. Pengelompokan kegiatan
e. Departementasi yaitu proses penobatan fungsi – fungsi menjadi kesatuan kerja, misalnya : biro, bagian, dll.
f. Penetapan otoritas / wewenagn / kekuasaan.
g. Staffing / rekrutmen / penarikan anggota.
3. Actuating ( penggerakan )
Adalah tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota / orang mau melaksanakan dan berusaha untuk mencapai tujuan sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
4. Controlling ( pengawasan )
Adalah tindakan yang mengusahakan agar setiap kegiatan yang dilakukan tidak menyimpang dari rencana yang sudah ditetapkan.
Tehnik pengawasan :
a. Pengawasan preventif/steering control yaitu pengawasan yang bersifat pencegahan dari kemungkinan penyimpangan kegiatan yang dilakukan.
b. Pengawasan pantangan / yes no control yaitu pengawasan yang berupa ketentuan tentang hal yang boleh dilakukan dan hal yang tidak boleh dilakukan.
c. Pengawasan remedial / post action control yaitu pengawasan yang bersifat pengobatan terhadap terjadinya hal – hal yang menyimpang dari perencanaan.
SEJARAH CBP
LATAR BELAKANG SEJARAH
Corps brigade pembangunan (CBP)
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama
Corps
Brigade Pembangunan (CBP) merupakan lembaga yang dibentuk pada tahun
1963 dalam hal itu di latar belakangi peristiwa persengketaan antara
Indonesia dengan Malaysia atau istilah populernya dikenal dengan istilah
“ Gayang Malaysia “, peristiwa politik tersebut yang berkaitan dengan
persengketaan antara Repuplik Indonesia dengan Malaysia memperebutkan
daerah Kalimantan Utara (Serawak).
Kondisi riil yang
terjadi pada saat itu untuk lebih jelas conteks_nya yaitu politik luar
negeri, terjadi pertentangan antara gagasan Presiden Soekarno yang anti Emperalisme dengan pihak barat yang berupaya menancapkan kukunya diwilayah Malaysia. Kemudian Presiden Soekarno mengintruksikan kepada elemen bangsa untuk segera membentuk Sukarelawan Perang dan siap menggayang Malaysia.
Intruksi Presiden tersebut secara lansung membuat seluruh elemen bangsa bersiap sedia untuk melawan Imperalisme
yang akan kembali menancapkan kukunya diwilayah Asia Tenggara, Asnawi
Latif pada waktu itu selaku Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul
Ulama yang merupakan bagian dari elemen bangsa merasa terpanggil untuk
berjuang bersama melawan iperalisme dari bangsa barat, yang terbentuk
dari kalangan pelajar Nahdhiyyin yang kemudian dinamakan Sukarelawan
Pelajar.
Deklarasi dibentuknya
sukarelawan Pelajar diadakan di Djogjakarta yang pada saat itu merupakan
lokasi dari kantor pusat PP IPNU, dan di barengi dengan parade militer
Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang merupakan wujud dari kesiapan RI
untuk Menggayang Malaysia.
Sejak saat itulah
kemudian Sukarelawan Pelajar yang dibentuk oleh Asnawi Latif tersebut
berjuang demi memperjuangkan Negara dan Bangsa untuk keutuhan NKRI.
Sukarelawan ini yang merupakan Embrio atau cikal bakal bagi berdirinya Corps Brigade Pembangunan (CBP) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama. Yang
kemudian ditetapkan pada Konferensi Besar IPNU di Pekalongan pada
tanggal 25 – 31 Oktober 1964 dengan nama Corps Brigade Pembangunan
(CBP). Yang kemudian dikenal dengan “doktrin Pekalongan”
Secara
etimologi Corps berasal dari bahasa Inggris yang memilki arti kesatuan
dalam komando, Brigade berarti pasukan yang disiapkan untuk bertempur
dan Pembangunan, memiliki arti membangun dalam rangka mengisi
kemerdekaan. Sedangkan secara terminologi Corps brigade pembangunan
berarti suatu lembaga yang dibentuk dalam satu komando untuk mengawal
pembangunan.
Pada
moment tersebut Asnawi Latief selaku ketua umum PP IPNU menunjuk Rekan
Harun Rosyidi untuk menjadi Komandan Teknis CBP. Pasca ditunjuk sebagai
komandan tehnis CBP, rekan harun rosyidi mengumpulkan kader-kader inti
IPNU yang berpotensi untuk selanjutnya dididik dan di latih kemiliteran
serta keamanan guna mengantisipasi gerakan yang membahayakan keutuhan
negara kesatuan republik Indonesia (NKRI) baik dari dalam maupun luar.
Kondisi ini ditempuh karena stabilitas politik dan kemanan yang tidak
menentu pada saat itu.
Kemudian,
pada tahun 1965 saat terjadinya peristiwa G 30 S PKI. CBP sangat
berperan aktif dalam upaya memberantas PKI dan antek-anteknya. Ghirrah
Patriotisme Pelajar tersebut setelah terjadinya perubahan rezim dan
perubahan kondisi sosial politik Indonesia semakin surut. CBP menjadi
sebuah nama yang semakin tenggelam. Hingga kemudian masa kepemimpinan
Hilmi Muhammadiyah Ketua Umum PP IPNU pada tahun 1999 CBP dideklarasikan
kembali di Pondok Pesantren Pancasila Sakti Klaten Jawa Tengah.
Pendeklarasian kembali ini merupakan upaya IPNU untuk bisa memberikan
kontribusinya secara lebih luas pada Ere reformasi yang sedang
gencar-gencarnya diteriakkan oleh masyarakat seluruh Indonesia.
Kemudian rekan Hilmi Muhammadiyah menunjuk rekan Agus Salim untuk menjadi Komandan Nasional CBP. Pasca ditunjuk sebagai Kornas CBP, rekan Agus Salim sangat gencar melakukan sosialisasi ke daerah-daerah untuk mengaktifkan kembali CBP sampai ketingkatan ranting, Hingga memasuki kongres XIII tahun 2000 di Makasar yang menetapkan rekan Abdullah Azwar Anas sebagai Ketua Umum IPNU, selanjutnya ditunjuklah Rekan Edisyam Risdiyanto komandan Nasional.
Kemudian rekan Hilmi Muhammadiyah menunjuk rekan Agus Salim untuk menjadi Komandan Nasional CBP. Pasca ditunjuk sebagai Kornas CBP, rekan Agus Salim sangat gencar melakukan sosialisasi ke daerah-daerah untuk mengaktifkan kembali CBP sampai ketingkatan ranting, Hingga memasuki kongres XIII tahun 2000 di Makasar yang menetapkan rekan Abdullah Azwar Anas sebagai Ketua Umum IPNU, selanjutnya ditunjuklah Rekan Edisyam Risdiyanto komandan Nasional.
Pada
masa ini CBP bergerak pada empat bidang yakni : Kepanduan,
Kepalangmerahan, SAR dan Cinta Alam. Rekan Edisyam berhasil merumuskan
kembali pola CBP dengan format baru yang terangkum dalam peraturan
organisasi/lembaga, penjabaran peraturan organisasi/lembaga serta sistem
pendidikan dan pelatihan sebagai acuan dan panduan kegiatan CBP
diseluruh Indonesia. Rumusan-rumusan tersebut dibukukan pada masa itu
yang disahkan pada masa kepemimpina Al Amin Nur Wahab Nasution sebagai
Pj Ketua Umum IPNU yang menggantikan Rekan Abdullah Azwar Anas.
Perjuangan
CBP tidak berhenti sampai disitu saja, pada Kongres XIV Surabaya tahun
2003 yang menetapkan Rekan Mujtahidur Ridlo sebagai Ketua Umum IPNU,
melanjutkan program CBP sebelumnya dibawah komando Rekan Ali Masdar
Hasibuan.
Pada
masa ini lebih banyak difokuskan pada praktek terjun kelapangan
terutama bidang SAR dan kepalang merahan, disebabkan seringnya terjadi
bencana skala nasional misalnya terjadinya Tsunami di Aceh, Tanah
Longsor di Banjar Negara, Banjir bandang di Jember, Gempa Jateng-Jogja,
Gempa dan Tsunami di Pengandaran Jawa Barat. Pada periode ini pula CBP
yang bergerak di empat bidang yakni : Kepanduan, Kepalangmerahan, SAR
dan Cinta Alam difokuskan menjadi 3 bidang yakni : Kemanusiaan,
Lingkungan Hidup dan Kedisiplinan yang ditetapkan dalam Rakornas CBP
pada 6 – 8 Januari 2006 bertempat di Wisma Depag Jakarta Selatan.
Program ini berlanjut hingga Kongres IPNU XV di Asrama haji Pondok Gede
Jakarta, 9 – 12 Juli 2006 yang menetapkan Rekan Idy Muzayyad sebagai
ketua umum IPNU dan selanjutnya menunjuk Rekan Alvin M Hasanil Haq
sebagai Komandan Nasional.
Pada
masa ini banyak hal yang dilakukan dalam rangka memajukan dan
mengembangkan potensi kader-kader CBP diantaranya : Kemah Pelajar Hijau
dalam Rangka Diklat Peduli Lingkungan 6 – 8 April 2007 di Ponpes Wali
Songo Gomang Singgahan Tuban, Workshop Ke-CBP-an 17 – 20 Mei 2007 di
Ponpes Maslakul Huda pati. Tidak sampai disitu saja CBP juga ikut serta
dalam berbagai event kemanusiaan misalnya pada saat terjadi Banjir
Bandang di Jakarta.
Hasil Workshop di Pati mengamanatkan CBP untuk menyelenggarakan
Rakornas yang kemudian terselenggara pada 22 – 25 Agustus 2007 bertempat
di Hotel Diamond Samarinda bersamaan dengan penyelenggaraan Rakernas
IPNU. Pada Rakornas ini diputusakan beberapa hal yang bekaitan dengan
Ke-CBP-an diantaranya adalah sasaran kegiatan CBP yang semula
Kemanusiaan, Lingkungan Hidup dan Kedisiplinan menjadi Kemanusiaan,
Lingkungan Hidup dan Bela Negara, kemudian juga pada Rakornas pada saat
itu merubahan nama dari Corps Brigade Pembangunan menjadi CORPS BARISAN
PELAJAR.
Pada kongres 14 terpilihnya Ahmad Syauqi kemudian menunjuk rekan Randi Ridwan
sebagai KORNAS berikutnya. Namun selama 1 th berjalan CBP tidak
mengalami kemajuan yang signifikan akhirnya melalui mekanisme reshufle
Ahmad Syauqi menunjuk rekan Muhammad Syahrial menggantikan Randi Ridwan
dan pada workshop CBP tanggal 26 – 28 Juni 2010 di Sidoarjo terjadi
beberapa perubahan yang signifikan pada tubuh CBP yakni :
1. Perubahan nama CORPS BARISAN PELAJAR dikembalikan menjadi CORPS BRIGADE PEMBANGUNAN
2. Mekanisme Lembaga yang sebelumnya DEWAN KOORDINASI menjadi DEWAN KOMANDO
3. Peraturan Organisasi dan Peraturan Administrasi (PO/PA) menjadi Peraturan Lembaga dan Administrasi (PLA) yang kemudian disahkan pada RAKORNAS Peraturan Diklat menjadi Petunjuk Pelaksanaan Teknis Operasi Pendidikan dan Pelatihan (Juklak Tekops Diklat)
4. Peraturan Dewan Komando Nasional tentang Nomor Induk Anggota sebagai dasar pembuatan Database CBP
Senin, 20 April 2015
Arti Kader Dan Pengkaderan
Arti
Kader Dan Pengkaderan
- Kader berasal dari bahasa Yunani cadre yang berarti bingkai. Bila dimaknai secara lebih luas berarti :
- Orang yang mampu menjalankan amanat.
- Orang yang memiliki kapasitas pengetahuan dan keahlian.
- Pemegang tongkat estafet sekaligus membingkai keberadaan dan kelangsungan suatu organisasi
- Kader adalah ujung tombak sekaligus tulang punggung kontinyuitas sebuah organisasi. Secara utuh kader adalah mereka yang telah tuntas dalam mengikuti seluruh pengkaderan formal, terujidalam pengkaderan informal dan memiliki bekal melalui pengkaderan non formal. Dari mereka bukan saja diharapkan eksistensi organisasi tetap terjaga, melainkan juga diharapkan kader tetapakan membawa misi gerakan organisasi hingga paripurna.
- Pengakaderan berarti proses bertahap dan terus-menerus sesuai tingkatan, capaian, situasi dankebutuhan tertentu yang memungkinkan seorang kader dapat mengembangkan potensi akal,kemampuan fisik, dan moral sosialnya. Sehingga, kader dapat membantu orang lain dan dirinya sendiri untuk memperbaiki keadaan sekarang dan mewujudkan masa depan yang lebih baik sesuai dengan cita-cita yang diidealkan, nilai-nilai yang di yakini serta misi perjuangan yangdiemban.
- Sistem Pengkaderan Imadiklus adalah totalitas upaya pembelajaran yang dilakukan secaraterarah, terencana, sistemik, terpadu, berjenjang dan berkelanjutan untuk mengembangkan potensi, mengasah kepekaan, melatih sikap, memperkuat karakter, mempertinggi harkat danmartabat, memperluas wawasan, dan meningkatkan kecakapan insane-insan PLS agar menjadimanusia yang beradab, berani, santun, berkarakter, terampil, loyal, peka, mampu dan gigihmenjalankan roda organisasi dalam segala upaya pencapaian cita-cita dan tujuan perjuangannya.
- Sistem Pengkaderan Imadiklus mengenal tiga bentuk pengkaderan yang bersifat substansial dan komplementasi serta terikat satu dengan yang lainnya yaitu Pengkaderan Formal,PengkaderanInformal dan Pengkaderan Non Formal. Secara bersama-sama, ketiganya terpadu dengan suasanadan kebiasaan sehari-hari di lingkuangan imadiklus yang memiliki andil menentukan dalam proses pengkaderan.
- Karena diorientasikan untuk membentuk serta mengembangkan karakter, sikap, etika, produktivitas dan kreatifitas para kader, maka pengkaderan bisa dikategorikan sebagai aktivitasasasi. Terutama dalam upayanya mewujudkan misi, peran, dan fungsi dalam kehidupan pribadidan organisasi serta kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Melalui pengkaderan,insane-insan PLS diperluas pengetahuan dan wawasann ya, ditempa keberanian dan karakterya, dikembangkan potensi dan kemampuan dirinya, dipupuk kemandiriannya, sertadiasah keaasadaran, kepekaan, kehendak dan kecakapan sosialnya Sistem Pengkaderan Imadiklus Sebuah gerakanyang rapi dan massif harus mengandalkan terbentuknya factor-faktor produksi,distribusi dan wilayah perebutan. Tanpa menggunakan logika ini maka gerakan akan selalu terjebak pada heroism sesaat dan kemudian mati tanpa meninggalkan apa-apa selain kemasyuran dan kebanggaan diri belaka. Katakanlah kita sedang akan membangun sebuahgerakan maka dimana wilayah perebutan yang akan kita temui dan oleh karena itu apa yang harus kita produksi dan menggunakan jalur distribusi seperti apa agar produk-produk kita tidak disabotase di tengah jalan. Rangkaian produksi-distribusi-perebutan ini adalah sebuah matarantaiyang tidak boleh putus, karena putusnya sebuah mata rantai ini berarti matinya dinamikasebuah gerakan atau setidaknya hanya akan menjadi tempat kader-kadernya heroism-ria. Danyang lebih penting bahwa keadaaan semacam ini akan lebih mudah untuk di aborsi
- Skema kaderisasi di bawah ini mensyaratkan tidak boleh adanya keterputusan antara satu prosesdengan proses yang lainnya, karena antara satu denganyang satunya saling terkait, dan prosestersebut akan berjalan secara terus menerus. Skema ini juga mengisyaratkan paling tidak memberikan gambaran kepada kita bahwa system pengkaderan Imadiklus jangan hanya terfokus pada sisi internal saja, artinya mencetak kader sebanyak-banyaknya tetapi tidak tahu mau dibawakemana kader tersebut. Untuk itu, sudah saatnya kita berfikir secara realistis, bahwa tanggung jawab Imadiklus secara organisasional juga terletak pada sisi pendistribusian kader pada medan-medan distribusi.
- Melalui strategi pengkaderanyang berorientasi jangka panjang ini,diharapkan dalam bebrapatahun ke depan Imadiklus dapat menjadi salah satu organisasi yang mempunyai jaringan disemua lini gerakan dan perubahan serta diharapkan mampu menjadi salah satu factor perubahan yang signifikan. Tetapi yang perlu diingat, bahwa dalam system pengkaderan jangka panjang ini,merupakan pekerjaan generasi, sehingga kita akan kesulitan untuk melihat indicator perubahanImadiklus dalam ukuran hari dan bulan.Pada dasarnya system pengkaderan Imadiklus merupakan system terpadu yang menekankan pengembangan kader dalam segi kognitif, afektif dan psikomotorik serta menanamkan nilai-nilaike-PLS-an dalam setiap langkah yang ditempuh.
- Dengan kata lain, pengkaderan imadiklushendak mencetak sosok kader yang memiliki pengetahuan luas dan mendalam serta mempunyai jiwa ke-PLS-an dengan landasan pijak loyalitas yang kuat. Kader semacam ini dibutuhkan agar misi Long Life Education baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek dapat direalisasikan.Oleh karena itu Imadiklus menggunakan 3 jenis pengkaderan dalam system pengkaderannya. Disadari bahwa kualitas ketiganya dipengaruhi secara penuh dan sekaligusmempengaruhi lingkungan sehari-hari organisasi. Mengingat factor lingkungan tersebut makaImadiklus harus mulai berbenah menciptakan kualitaas keorganisasian yang lebih relevan dan sambung dengan misi PLS.
- Pendekatan
- Pendekatan pemberdayaan
Yang
dimaksud dengan pendekatan pemberdayaan adalah pendekatan yang lebih
pada pemanfaatan sumber daya dan potensi yang dimiliki oleh Fatayat
NU untuk menciptakan perubahan yang lebih baik sesuai dengan
kebutuhan, dalam konteks organisasional maupun personal. Pendekatan
ini diperlukan karena dapat memacu kemandirian para kader dalam
berkreasi dan melakukan inovasi serta bersih dari intervensi
pihak-pihak luar organisasi demi kepentingannya, baik berupa
kepentingan politik maupun ekonomi.
- Pendekatan partisipatoris
Pendekatan
partisipatoris adalah suatu pendekatan yang mengedepankan
pengembangan aspek kepemimpinan yang secara fitrah telah dimiliki
seorang kader. Pendekatan ini menjunjung tinggi prinsip toleransi dan
kegalitaran (persamaan), para peserta dapat menuangkan berbagai
pengalamannya secara bebas dengan prinsip “pengalaman adalah guru
yang terbaik”, kemudian menganalisa daftar pengalaman mereka hingga
sampai pada tahap kesimpulan berupa penemuan cara yang tepat dalam
menerapkannya kembali.
- Pendekatan kritis
Pendekatan
ini penting karena peserta bisa melakukan refleksi kritis terhadap
dominasi ideologi ke arah transformasi sosial. Karena tujuan utama
pendidikan adalah menciptakan ruang agar mampu bersikap kritis
terhadap sistem dan struktur ketidakadilan serta melakukan
dekontruksi dan advokasi menuju sistem sosial yang lebih adil.
- Metode
Metode yang digunakan
dalam mengantar proses pelatihan ini adalah :
- Ceramah
Penyajian
pokok bahasan secara lisan untuk memberikan informasi yang sifatnya
searah. Sesuai dengan materi yang dipersiapkan oleh seorang nara
sumber /pakar.
- Diskusi/tanya jawab
Diskusi
adalah pertukaran pengetahuan dan pengalaman berupa gagasan atau
pendapat mengenai suatu topik tertentu secara bebas antara peserta
dan fasilitator yang sifatnya saling koreksi.
- Diskusi kelompok
Terdiri
dari beberapa peserta yang bertemu bersama-sama untuk membahas secara
bebas tentang suatu topik yang disepakati bersama-sama (5-10 orang).
- Diskusi panel
Adalah
diskusi yang dilakukan oleh beberapa kelompok peserta yang mempunyai
pengetahuan tertentu melalui perwakilan kelompok yang diikuti oleh
semua kelompok peserta (20-50 orang).
- Brainstorming (curah pendapat)
Curah
pendapat adalah teknik untuk merangsang dan menggali
pemikiran-pemikiran baru. Curah pendapat ini adalah bagian dari
metode tanya jawab/dialog, akan tetapi dalam metode ini gagasan
digali melalui analisis dan hal-hal yang menjadi latar belakang
pendapat peserta pengkaderan. Metode ini dilakukan melalui lisan
secara bebas dan spontan, metode ini dapat melatih peserta untuk
berani berpendapat, memecahkan masalah dan mengambil keputusan.
- Role-playing (bermain peran)
Peserta
diberikan tugas untuk memainkan peran tertentu sesuai dengan materi
yang dilakukan berdasarkan skenario yang telah disiapkan. Skenario
ini boleh berasal dari usulan peserta ataupun fasilitator, hendaknya
permainan peran ini disiapkan secara matang dan tidak memaksakan
peran kepada peserta.
- Game (permainan)
Game
adalah suatu teknik permainan yang bertujuan untuk merangsang ide dan
pendapat peserta melalui kegiatan bermain. Teknik ini di samping
untuk menciptakan suasana belajar juga dapat di adopsi dari kehidupan
sehari-hari.
- Simulasi
Simulasi
adalah teknik untuk mendiskusikan suatu kegiatan yang melibatkan
beberapa peserta kader untuk mencapai suatu tujuan tertentu sesuai
dengan materi yang ada, terlihat sepertiterjadi peristiwa atau
kejadian yang diperagakan seolah sungguh terjadi.
- Assignment (penugasan)
Penugasan
adalah meminta peserta untuk melaksanakan suatu tugas menurut materi
dan cara-cara tertentu. Pada penugasan ini fasilitator memberikan
kesempatan kepada peserta untuk berinisiatif melalui gagasan yang
kontruktif.
- Demonstrasi (peragaan)
Peragaan
adalah menyajikan materi dengan mempertunjukkan bagaimana cara
mengerjakan suatu tugas yang diikuti dengan diskusi dan tanya jawab.
- Study kasus
Adalah
diskusi tentang kasus nyata yang pernah terjadi untuk dianalisa dan
dicari solusi alternatifnya, jika belum ditemukan solusinya atau
solusi yang pernah diambil belum memuaskan.
- Lokakarya
Adalah
diskusi sampai membuahkan hasil berupa karya nyata.
- EVALUASI PELATIHAN
- Prinsip-prinsip evaluasi
Dalam setiap pelatihan
diperlukan adanya evaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilan dan
memperbaikinya jika ditemukan adanya kekurangan-kekuarangan baik itu
yang berkaitan dengan sarana maupun prasarana.
Untuk mengetahui arti
penting dari dilakukannya evaluasi maka diperlukan pengetahuan
tentang prinsip-prinsip evaluasi, antara lain :
- Evaluasi dalam latihan yang bersifat partisipasi merupakan bagian integral dari proses saling belajar, baik itu bagi peserta pelatihan, fasilitator, dan penyelenggara pelatihan.
- Evaluasi merupakan bagian integral dari sebuah pelatihan karena di dalamnya terdapat arahan demi perbaikan selain bisa menjadi media pertanggungjawaban, jadi evaluasihendaknya jangan disalah tafsirkan untuk mencari siapa yang benar dan yang salah ataupun yang pandai dan yang bodoh.
- Evaluasi dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dengan :
- Saling melakukan evaluasi
- Melakukan evaluasi diri atau melakukan refleksi
- Evaluasi dapat dilakukan dengan cara berkala atau saat proses pelatihan masih berlangsung. Hal ini diperlukan karena jika ditemukan adanya kesalahan atau ketidak efektifan saat berlangsungnya acara maka dapat segera dikoreksi dan diperbaiki.
- Evaluasi selain dapat dilakukan pada saat berlangsungnya pelatihan juga dapat dilakukan pada tahap-tahap tertentu yang berbeda antara satu dan yang lainnya, karenanya persoalan yang dievaluasi dan tujuannya juga bisa berbeda antara tahap satu dengan tahap berikutnya.
- Manfaat evaluasi
- Sebagai masukan bagi proses pelatihan yang sedang berlangsung
- Sebagai masukan bagi pelaksanaan pelatihan untuk tahap berikutnya
- Bisa menjadi fakta tentang tingkat keberhasilan pelatihan yang pernah dicapai
- Dapat menjadi pertanggung jawaban, baik kepada institusi atau pihak yang lain
- Tujuan evaluasi
Selama berlangsungnya
pelatihan, evaluasi dapat dilakukan beberapa kali, hal ini dapa
dilakukan berdasarkan tingkat kebutuhan dan berbagai macam tujuan.
Jadi setiap diadakannya evaluasi pada dasarnya memiliki tujuan
sendiri. Secara umum evaluasi memiliki tujuan :
- Untuk mengetahui tingkat perubahan peserta pelatihan mulai dari wawasan, sikap dan tingkah laku
- Untuk mengetahui efesiensi dan efektifitas penyelenggaraan pelatihan.
- Sasaran evaluasi
- Peserta
Yaitu
untuk mengetahui prestasi belajar dengan melihat tingkat
keberhasilannya baik itu berupa wawasan, sikap dan tingkah laku.
- Penyelenggara pelatihan
Yaitu
untuk mengetahui tingkat efektifitas dan efesiensinya selama proses
pelatihan dan sesudahnya.
JENJANG
PENGKADERAN YAITU:
- LATIHAN KADER DASAR seperti:
pemberdayaan
perempuan
pemberdayaan
anggota organisasi
pemberdayaan
masyarakat
materi
pokok: yaitu visi,misi cita- cita , harapan organisasi.
materi
penunjang: cara berkomunikasi, studi pembangunan, upaya advokasi,
negosiasi dll.
- LATIHAN KADER LANJUTAN seperti:
bakat
kepemimpinan
wawasan
kebangsaan.
LAKMUD
A. Pengertian :
Lakmud adalah pelatihan yang menekankan pada pembentukan watak, motivasi pengembangan diri dan rasa memiliki organisasi dan keterampilan berorganisasi serta upaya pembentukan standard kader.
B. Tujuan
Umum : menciptakan kader IPNU yang berpegang teguh terhadap ajaran Islam ahlussunnah wal jama’ah, mempunyai kesadaran sosial yang tinggi, memiliki pengetahuan yang mendalam dan ketrampilan yang memadai dalam berorganisasi.
Khusus :
Memahami prinsip dan menumbuhkan sikap tanggungjawab terhadap terlaksana nya ajaran Islam ahlussunnah wal jama’ah secara utuh menurut NU yang dirujudkan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
Memahami prinsip organisasi dan kepemimpinan.
Mempunyai kemampuan untuk memahami dan memecahkan masalah serta tehnik pengambilan keputusan yang tepat.
Mempunyai pengetahuan dasar dan sikap loyalitas yang tinggi terhadap cita-cita organisasi.
Memiliki perangkat metode analisis sosial dasar.
Memahami terhadap secara kritis problematika pendidikan di Indonesia
Memiliki sensitivitas gender
C. Target :
Menghasilkan kader-kader yang memiliki integritas kepribadian, berwawasan luas, kritis serta mampu mengembangkan organisasi
Menghasilkan kader yang militan, disiplin dan memiliki rasa kebersamaan yang tinggi
Terbentuknya kader yang mempunyai sensitivitas gender
D. Penyelenggara, peserta dan waktu :
Penyelenggara
LAKMUD diselenggarakan oleh PAC atau PK, atau diselenggarakan secara bersama oleh beberapa PAC. Jika PAC tidak mampu, maka LAKMUD boleh diselenggarakan oleh PC.
Peserta
Peserta adalah pernah mengikuti makesta dengan menunjukkan bukti sertifikat
Pernah mengikuti forum-forum follow up Makesta minimal 2 kali pertemuan
Peserta sebanyak-banyaknya adalah 40 orang
Waktu
Alokasi waktu penyelenggaraan 30 jam efektif (minimal 3 hari)
Perkenalan
Pokok bahasan :
Perkenalan identitas peserta dan pelatih, seperti nama, alamat, status, hobbi dll.
Tujuan :
Tercapainya suasanan interaksi yang hangat, akrab dan saling terbuka diantara sesama peserta dan antara peserta dan Pelatih, sehingga memungkinkan berlangsungnnya kegiatan pelatihan yang partisipatif.
Tercapainya suasana yang membantu peserta untuk saling membuka diri dan saling memahami, sehingga mempermudah proses interaksi antara sesama peserta pada acara-acara berikutnya.
Metode :
Permainan kartu bergambar
Media :
Kertas manila
Pulpen
Kertas plano dan spidol
Waktu :
120 menit
Proses kegiatan :
Peserta duduk melingkar tanpa ada yang menghalangi.
Pelatih menerangkan maksud dari materi perkenalan ini, setelah itu membagikan kertas kepada setiap peserta.
Setiap peserta menggambarkan dirinya dalam bentuk apapun (sketsa, lukisan, kata-kata, dll) kedalam kertas itu, misalnya nama, tempat tinggal, pekerjaan, orang-orang disekitarnya, hobi dsb. Gambar tidak harus bagus yang penting kita dapat mengetahui sesuatu tentang orang yang menggambarkannya.
Setelah selesai, semua kertas dikumpulkan menjadi satu, masing-masing peserta mengambil satu kartu lalu dia harus menebak gambar itu milik siapa dan menceritakan apa yang dilihat dalam kartu tersebut.
yang merasa membuat kartu tersebut dipersilahkan kedepan untuk menambah keterangan gambarnya.
Peserta lain diharapkan mengajukan pertanyaan mengenai gambar tersebut. Begitu seterusnya sampai semua kartu peserta terbacakan.
Pelatih melalui pertanyaan-pertanyaan intensif merangsang tiap peserta uantuk bercerita mengenai dirinya sendiri.
Setelah selesai semua untuk perkenalan, pelatih menjelaskan arti permainan tadi kemudian menutup acara.
2. Pre-test
a. Pokok bahasan :
1. Pengetahuan tentang organisasi IPNU, NU (Aswaja) serta organisasi pelajar yang lain.
2. Pengalaman organisasi :
q Pelatihan yang pernah diikuti
q Organisasi yang pernah diikuti
3. Keinginan diri:
q Tujuan dan harapan mengikuti Lakmud
q Tujuan dan harapan menjadi anggota IPNU
b. Tujuan :
1. Mengetahui sejauh mana pengetahuan dasar peserta tentang IPNU, NU serta organisasi pelajar yang lain.
2. Mengetahui keinginan dan harapan peserta dalam mengikuti pelatihan ini
c. Metode :
1. Angket
2. Brainstorming
d. Media:
1. Kertas manila (3 warna)
2. Kertas plano
3. Spidol
e. Waktu:
Alokasi waktu 60 menit
f. Proses kegiatan :
1. Pelatih membagikan 3 kartu warna (merah, kuning, hijau) yang telah terisi dengan beberapa pertanyaan kepada setiap peserta.
2. Pelatih memberikan waktu selama 15 menit untuk menyelesaikan jawaban dimasing-masing kartu.
3. Setelah semua selesai, Pelatih meminta kepada peserta untuk mengumpulkan semua jawaban kedepan sesuai dengan warna kartu.
4. Pelatih mengidentifikasi kartu-kartu tersebut sesuai dengan kategorinya masing-masing.
5. Setelah teridentifikasi berdasarkan kategorinya, Pelatih memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanggapi .
6. Kegiatan pada point 5 dan 6 dilakukan untuk 3 kertas warna ,dimasing-masing kertas warna yang sama.
7. Pelatih menyimpulkan hasil dari kegiatan tersebut setelah itu menutup acara.
3. Analisa Diri
a. Pokok bahasan :
Mengenal diri, atau akan keinginan diri, sadar akan kekurangan dan kelebihan diri dan orang lain serta sadar akan perlunya keterbukaan.
b. Tujuan :
Agar peserta dapat lebih rendah hati, setiap orang menghargai kekurangan dan kelebihan masing-masing, yang akhirnya menciptakan suasana terbuka diantara semua peserta.
c. Metode :
1. Role play
2. Brainstorming
d. Media :
1. Kertas plano dan spidol
2. OHP
e. Waktu :
Alokasi waktu 120 menit
f. Proses Kegiatan
a. Pelatih menjelaskan sekilas tentang esensi materi analisa diri.
b. Selanjutnya pelatih membuka dengan cerita atau contoh kasus seorang yang mau mengenal diri sendiri dan tidak mengenal diri sendiri. Orang yang mampu mengenal diri sendiri terbuka untuk melihat kelemahan dan kekuatan diri sendiri maupun orang lain. Hal ini terkait dengan keinginan kita dalam berproses di suatu organisasi. Oleh karena itu selanjutnya pelatih menanyakan kepada peserta apakah kita perlu mengenal diri kita sendiri
c. Selanjutnya pelatih mengajak peserta untuk melakukan analisa diri dengan menggunakan “spiral pertumbuhan”.
d. Dalam penjelasan spiral pertumbuhan ini pelatih menjelaskan tahap demi tahap dengan disertai beberapa contoh kasus. Secara berurutan tahapan spiral pertumbuhan sebagai berikut:
1. Menggali dari peserta perasaan apa yang timbul waktu ditunjuk untuk ikut latihan atau ketika ia memasuki suatu peers group baru. Semua jawaban peserta ditampung kalau ada peserta yang menjawab ragu-ragu, khawatir, sedikit cemas dll. Pelatih menekankan bahwa perasaan tersebut biasa dialami oleh setiap orang pada saat akan memasuki suasana atau situasi baru. Selanjutnya pelatih menuliskan kolom di papan tulis atau menempelkan kartu yang sudah bertuliskan:
KECEMASAN
2. Didasari hakikat bahwa manusia sebagai makhluk sosial, maka setiap orang memiliki rasa cinta dan dan ingin bergabung dalam peer groups atau sebuah organisasi sehingga hal tersebut merupakan keinginan berkarya dalam kelompok.
BERGABUNG DALAM KELOMPOK
BERKARYA DALAM KELOMPOK
Pelatih menjelaskan kepa da peserta bahwa kita sekarang telah tergabung dalam suatu peers group atau kelompok /organisasi dengan ikatan kecemasan.
Dalam kelompok/organisasi ini kita bercer min apa yang dikatakan orang lain tentang diri kita. Hal ini dapat me ngukur kemampuan dan kekurangan kita dengan melihat dan memban dingkan kepribadian orang lain di dalam ke lompok. Semua itu pada hakikatnya kita sedang mengenali diri kita sen diri.
Selain itu di dalam kelompok, kita per lu memberikan sum bangsih atau andil sesuai dengan Kapa sitas pribadinya ma sing-masing, mulai dari pendapat, gagas an, serta mobilitas personal. Hal itu se mua merupakan kar ya personal dalam berkarya dan ikut andil dalam kelompok/ organisasi.
3. Sikap dan tingkah laku yang ditampil kan dalam rangka berkarya tersebut ternyata hampir se mua orang dihadap kan terhadap dua pilihan terkait de-
ngan sikap berkarya dalam kelompok / organisasi. Maka pelatih menuliskan / menempelkan kartu yang bertuliskan
DITERIMA atau DITOLAK
4. Selanjutnya kita sebagai bagian dari kelompok yang ingin berkarya mempunyai kebebasan untuk menentukan pilihan. Maka pelatih menempelkan kartu yang bertuliskan :
BEBAS PILIH
Kita sebagai individu dapat menentukan sikap bebas memilih. Apakah karena ditolak dan tidak senang itu kita melakukan BELA DIRI atau HADAP DIRI.
5. Kemungkinan pertama adalah hadap diri, maka pelatih menempelkan kartu bertuliskan :
HADAP DIRI
Apabila pendapat atau karya kita dalam kelompok ditolak oleh kelompok kita bisa hadap diri. Dalam arti akan menghadapi segala penolakan tersebut dengan rendah hati dan diri terbuka yang dilanjutkan dengan melakukan perenungan mendalam terhadap sisi positif penolakan tersebut.
6. Proses selanjutnya setelah kita melakukan evaluasi terhadap sikap penolakan kelompok terkait dengan karya kita, maka kita akan memasuki tahap berikutnya yakni :
TAHU DIRI
Tahap ini kita telah menemukan jawaban komprehensif terhadap penolakan tersebut, sehingga kita akan tahu bahwa apa yang menurut kita baik belum tentu baik untuk kelompok dan semua orang sehingga kita mengetahui posisi diri kita dalam persoalan ini.
7. Tahap berikutnya dari tahu diri, maka kita akan memasuki tahap terima diri, maka pelatih menempelkan kartu yang bertuliskan :
TERIMA DIRI
Terima diri bukan berarti kita menerima segala sesuatu tanpa kritisitas dan pemikiran, tapi menerima dalam batas-batas kemampuan diri, batas-batas kemungkinan yang ada pada keadaan tertentu. Dalam kasus pada karya yang ditolak, kita menerima kenyataan misalnya bahwa ketrampilan menyampaikan masih terbatas, atau ada pendapat (karya) yang lebih baik dari itu dan kita bisa belajar pada hal-hal yang lebih baik tersebut.
8. Dengan terima diri kita dapat mengakui kelamahan atau keterbatasan kita sendiri, serta sejauhmana kemampuan kita. Dengan segala keterbatasn tetap memberi andil untuk kelompok. Maka pelatih menempelkan kartu yang bertuliskan
TANAM ANDIL
Karena dengan demikian berarti kita telah memberikan pegangan pada kelompok, agar masing-masing mengetahui apa dan siapa yang dihadapinya. Dengan mengenal betul siapa yang dihadapinya, kelompok tahu bagaimana menjalin kerjasama. Dan bila kita mengenal diri kita, kita tahu hal-hal apa yang perlu ditingkatkan.
Sumbangan yang kita berikan dengan segala keterbatasan itu pada hakikatnya adalah keterbukaan diri. Dan keterbukaan itu selalu mengandung resiko, apakah orang lain mendekati dan menerima apa adanya atau menjauh kita. Tetapi yang jelas sumbangan atau andil itu yang kita berikan selalu memperkaya kelompok dan diri kita. Sehingga dengan melakukan andil kita akan menghadapi kecemasan tadi. Dan beitu seterusnya sehingga pertumbuhan/perkembangan manusia merupakan spiral yag tidak berujung pangkal. Dengan hadap diri yang menjurus ke tahu diri dan terima diri pada hakikatnya adalah keterbukaan diri yang berarti :
q Tahu kekuatan diri
q Menyadari kelemahannya
q Mau merubah kebiasaan yang kurang baik berarti pribadi berkembang.
Kemungkinan kedua
9. Bila pendapat kita ditolak oleh kelompok/peers group, seseorang dapat memilih kemungkinan kedua yaitu bela diri, maka pelatih menempelkan kartu yang bertuliskan :
BELA DIRI
Ini berarti kita merasa dirinya benar dan beranggapan kesalahan ada pada orang lain.
10. Orang yang selalu bela diri pada dasarny adalah menipu diri sendiri. Maka pelatih menempelkan kartu bertuliskan :
TIPU DIRI
Karena pribadi tipu diri tidak pernah mawas diri, tidak pernah melihat dirinya sendiri, selalu melihat penyeab kesalahan ada di luar dirinya. Akibat tidak dapat/tidak mau melihat kelemahan-kelemahan pada dirinya.
11. Pada akhirnya pribadi seperti ini pada esensinya adalah menolak dirinya sendiri, maka pelatih menempelkan kartu bertuliskan :
TOLAK DIRI
Artinya tidak mau menerima dirinya sendiri, yang pada akhirnya tidak akan pernah puas denan dirinya sendiri.
12. Akibat pribadi-pribadi demikian akan lari dari kenyataan dan keadaan sebenarnya dan menjadi frustasi. Maka pelatih menempelkan kartu yang bertuliskan :
L A R I
Pribadi-pribadi demikian kalaupun masih bergabung dalam kelompok, segala tindakannya akan cenderung merusak, bukan ke arah yang baik. Bela diri menjurus tipu diri dan tolak diri berarti
Dari sini pelatih bisa menanyakan kepada peserta mau pilih bagian yang mana ketika ia menghadapi permasalahan serupa. Pelatih menekankan bahwa setiap orang akan menghadapi kecemasan oleh karena itu peserta diminta untuk selalu mawas diri. Selanjutnya pelatih meminta kepada peserta untuk membuat daftar :
q Membuat daftar kekuatan dan kelemahan dirinya, lalu direnungkan apakah kelemahan itu dapat diperbaiki,
q Setelah peserta memiliki daftar tersebut, mereka diminta untuk berbicara berpasangan dengan temah sebelahnya. Dalam pembicaraan itu masing-masing mengemukakan isi daftar kekuatan dan kelemahan yang sudah dibuat.
Selanjutnya pelatih memberikan ulasan garis besar dari kegiatan ini diakhiri dengan penutup
4. Kontrak Belajar
Pokok bahasan
Garis besar dan pokok-pokok materi latihan
Kebutuhan serta harapan pribadi dan kelompok tentang pelatihan serta perangkat pelatihan
Jadwal tentatif dan tata tertib latihan
Tujuan
Peserta mampu mengidentifikasi dan merumuskan kebutuhan terhadap materi latihan
Peserta dan pelatih menetapkan kesepatakan bersama tata cara pelaksanaan latihan
Metode
Diskusi
Brainstorming
Media
Papan tulis white board
Spidol dan kertas plano
Flep card
Waktu :
90 menit efektif
Proses kegiatan
Pelatih menjelaskan tentang tujuan dan target lakut secara singkat. Demi terlaksananya pelatihan yang partisipatif maka, partisipasi dan peran aktif seluruh peserta sangat dibutuhkan. Oleh karena itu kesepakatan pelatihan harus dibuat bersama-sama
Pelatih membagi kartu kepada seluruh peserta, kemudian peserta menuliskan harapan dan kebutuhan selama proses pelatihan.
Pelatih mengidentifikasi kartu-kartu peserta sesuai dengan kategorinya dengan cara menempelkan kartu tersebut di papan.
Selanjutnya pelatih dan peserta membahas aturan main tentatif pelatihan
Pelatih menutup acara
5. Ke-IPNU-an
e. Pokok bahasan :
1. Tinjauan sosiologis dan strategis kelahiran IPNU
2. Peristiwa-peristiwa dan keputusan penting dari kongres ke kongres
3. Kebijakan-kebijakan strategis IPNU kedepan
4. Posisi dan peran IPNU dalam konteks kepelajaran dan konteks kemasyarakatan.
b. Tujuan :
Mengetahui kelahiran IPNU secara sosiologis dan strategis
Mengetahui perjalanan IPNU dari kongres ke kongres dengan keputusan pentingnnya.
Memahami kebijakan strategis IPNU ke depan
c. Metode :
1. Ceramah
2. Dialog
3. Brainstorming
Media :
1. OHP
2. Kertas plano dan spidol
e. Waktu :
90 menit
Proses Kegiatan
1. Pelatih membuka acara, kemudian menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dibahas sesuai dengan pokok bahasan.
2. Pelatih memperkenalkan nara sumber, selanjutnya pelatih mengadakan warming up (pemanasan) dengan cara memberikan pertanyaan seputar materi sesuai dengan pokok bahasan. Hal ini dilakukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta terhadap materi yang bersangkutan, sehingga nara sumber dapat mempertajam pemaparan materi sesuai dengan kadar pengetahuan peserta.
3. Pelatih mempersilahkan kepada nara sumber untuk memaparkan materi, dilanjutkan dengan dialog.
4. Pelatih mengulas secara garis besar pokok hasil dialog, selanjutnya pelatih mempersilahkan kepada nara sumber meninggalkan ruangan, kemudian diakhiri dengan penutup.
6. Ke-NU-an
a. Pokok bahasan :
1. Pengertian mabadi’ Khoiru ummah
2. Pengertian panca gerakan NU
3. Pengertian khittoh NU
4. Analisa NU dalam perkembangan/dinamika perjuangan
Tujuan :
Mengerti dan memahami mabadi’ khoiro ummah serta 5 gerakan NU
Mengerti dan memahami khittoh NU serta bagaimana menerapkannya.
c. Metode :
1. Ceramah dan tanya jawab
2. Brainstorming
3. Diskusi
Media :
1. OHP
2. Kertas planodan spidol
e. Waktu :
90 menit
f. Proses kegiatan :
1. Pelatih membuka acara kemudian memberikan penjelasan singkat tentang pokok bahasan materi, selanjutnya pelatih mengadakan brainstorming sekitar pokok bahasan materi.
2. Pelatih membacakan biodata nara sumber, selanjutnya mempersilahkan narasumber menyampaikan materi di lanjutkan dengan dialog.
3. Pelatih mengarahkan menuju kesimpulan, kemudian mempersilahka nara sumber meningalkan ruangan.
4. Selanjutnya membagi peserta dalam beberapan kelompok diskusi, kemudian dipersilahkan peserta untuk mendiskusikan beberapa pokok masalah yang diberikan oleh pelatih.
5. Hasil diskusi dipresentasikan di depan forum dipandu pelatih.
Kemudian pelatih mengulas garis besar hasil diskusi yang diakhiri dengan penutup.
7. ASWAJA
a. Pokok bahasan :
1. Pengertian madzhab dan sistem bermadzhab
Pengertian Taqlid, Ittiba’, Ijtihad dan istinbath dalam NU.
Memahami karakteristik 4 madzhab pada masalah fiqih
Pandangan aswaja terhadap jihad
b. Tujuan :
1. Memahami pengertian madzhab dan sistem bermadzhab
2. Memahami tentang taqlid, ittiba’, ijtihad dan istinbath dalam NU serta aplikasinya dalam kehidupan
Metode :
3. Ceramah dan tanya jawab
4. Brainstorming
5. diskusi
d. Media :
1. OHP
2. Kertas plano dan spidol
e. Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
f. Proses kegiatan :
1. Pelatih membuka acara kemudian memberikan penjelasan singkat tentang pokok bahasan materi, selanjutnya pelatih mengadakan brainstorming sekitar pokok bahasan materi.
2. Pelatih membacakan biodata nara sumber, selanjutnya mempersilahkan narasumber menyampaikan materi di lanjutkan dengan dialog.
3. Pelatih mengarahkan menuju kesimpulan, kemudian mempersilahka nara sumber meningalkan ruangan.
4. Selanjutnya membagi peserta dalam beberapan kelompok diskusi, kemudian dipersilahkan peserta untuk mendiskusikan beberapa pokok masalah yang diberikan oleh pelatih.
5. Hasil diskusi dipresentasikan di depan forum dipandu pelatih.
Kemudian pelatih mengulas garis besar hasil diskusi yang diakhiri dengan penutup
7. Tradisi Perilaku Keagamaan NU
a. Pokok bahasan :
1. Tradisi NU, pengertian dan dasar hukumnya (tahlil, qunut, diba’iyah, ziarah kubur, haul, tarawih 20 rakaat, adzan 2 dlm jumat, talqin dll)
2. Fadzilah dan penerapannya
3. Khilafiyahnya
Tujuan :
Mengerti dan memahami tradisi NU serta dasar hukumnya berikut fadzilah dan penerapannya
Metode :
1. Ceramah
2. Dialog
d. Media :
1. OHP
2. Kertas planodan spidol
e. Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
f. Proses kegiatan :
1. Pelatih membuka acara, kemudian menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dibahas sesuai dengan pokok bahasan.
2. Pelatih memperkenalkan nara sumber, selanjutnya pelatih mengadakan warming up (pemanasan) dengan cara memberikan pertanyaan seputar materi sesuai dengan pokok bahasan. Hal ini dilakukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta terhadap materi yang bersangkutan, sehingga nara sumber dapat mempertajam pemaparan materi sesuai dengan kadar pengetahuan peserta.
3. Pelatih mempersilahkan kepada nara sumber untuk memaparkan materi, dilanjutkan dengan dialog.
4. Pelatih mengulas secara garis besar pokok hasil dialog, selanjutnya pelatih mempersilahkan kepada nara sumber meninggalkan ruangan, kemudian diakhiri dengan penutup
8. Manajemen Konflik
a. Pokok bahasan
1. Pengertian manajemen konflik
2. Macam/model- model konflik
3. Tahap-tahap penyelesaian konflik
b. Tujuan :
Mengerti dan memahami pengertian konflik, manajemen konflik dan bagaimana menyelesaikannya.
c. Metode :
2. Brainstorming
3. Study kasus
4. Ceramah
d. Media :
1. OHP
2. Kertas plano dan spidol
a. Waktu
Alokasi waktu 90 menit
b. Proses Kegiatan :
1. Pelatih membuka acara dan membagi peserta dalam beberapa kelompok
2. Pelatih membagikan beberapa kasus pada masing-masing kelompok untuk diselesaikan.
3. Pelatih memberikan waktu selama 15 menit kepada masing-masing kelompok untuk menyelesaikan kasus yang diberikan.
4. Setelah semua selesai, pelatih memberikan kesempatan selama 10 menit pada masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
5. Pelatih menjelaskan hasil dari diskusi kedalam materi pokok bahasan.
6. Pelatih memandu dialog.
7. Pelatih menutup sessi.
9. Manajemen Organisasi
Pokok bahasan :
Pengertian, fungsi dan manfaat manajemen
Manajemen organisasi non profit
Manajemen kepanitiaan
Tujuan :
Mengerti dan memahami fungsi, manfaat dan bentuk-bentuk manajemen
Mengetahui bagaimana memilih dan menerapkan manajemen yang tepat
Metode :
Brainstorming
Diskusi
Ceramah dan dialog
d. Media :
OHP
Kertas plano
Spidol
e. Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
f. Proses kegiatan :
1. Pelatih membuka acara, kemudian menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dibahas sesuai dengan pokok bahasan.
2. Pelatih memperkenalkan nara sumber, selanjutnya pelatih mengadakan warming up (pemanasan) dengan cara memberikan pertanyaan seputar materi sesuai dengan pokok bahasan. Hal ini dilakukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta terhadap materi yang bersangkutan, sehingga nara sumber dapat mempertajam pemaparan materi sesuai dengan kadar pengetahuan peserta.
3. Pelatih mempersilahkan kepada nara sumber untuk memaparkan materi, dilanjutkan dengan dialog.
4. Pelatih mengulas secara garis besar pokok hasil dialog, selanjutnya pelatih mempersilahkan kepada nara sumber meninggalkan ruangan, kemudian diakhiri dengan penutup.
a. Pokok bahasan :
1. Pengertian dan tujuan komunikasi
2. Unsur-unsur komunikasi
3. Bagaimana menciptakan komunikasi yang efektif
4. Komunikasi verbal dan non verbal
5. Etika komunikasi
b. Tujuan :
1. Mengerti dan memahami tujuan serta komponen-komponen komunikasi
2. Mengetahui dan bisa menerapkan bagaimana komunikasi yang baik dan produktif.
c. Metode :
1. Ceramah
2. Brainstorming
3. Diskusi
d. Media :
1. OHP
2. Kertas plano
3. Spidol
e. Waktu
10. Komunikasi
Waktu 90 menit
f. Proses Kegiatan
1. Pelatih menerangkan secara singkat tentang pokok bahasan materi yang dilanjutkan dengan memperkenalkan nara sumber kepada peserta.
2. Pelatih mengadakan brainstorming dengan cara menyampaikan beberapa pertanyaan yang terkait dengan pokok bahasan, hal ini ditujukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta pada materi tersebut sebelum pemateri menyampaikan materinya secara utuh. selanjutnya mempersilahkan kepada nara sumber untuk menyampaikan materi, dilanjutkan dengan dialog.
3. Pelatih mengulas garis besar hasil dialog dan mengarahkan kepada kesimpulan
4. Pelatih menutup acara.
11. Kepemimpinan
Pokok bahasan :
Macam-macam leadership
Teori munculnya pemimpin di masyarakat
Pola kepemimpinan efektif
Tipologi kepemimpinan
Tujuan :
Peserta memahami karakteristik sosok dan citra diri seorang pemimpin
Peserta memahami bagaimana peran dan tanggung jawab seorang pemimpin
Metode :
Permainan
Penugasan
Diskusi
Media :
OHP
Kertas plano
Spidol
Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
Proses Kegiatan :
Pelatih membuka acara kemudian membagi peserta dalam 4 kelompok
Masing masing kelompok memerankan seorang pemimpin yang otoriter, demokratis, liberal, laizezfaire
Setelah semua selesai, pelatih melontarkan beberapa pertanyaan mengenai materi pokok bahasan yang berhubungan dengan tugas yang telah diperankan
Pelatih memaparkan hasil dari tanya jawab, permainan peran dan materi pokok bahasan.
Pelatih menutup acara
12. Scientific Problem Solving (SPS)
Pokok bahasan:
Pengertian dan fungsi SPS
Pengertian masalah dan langkah-langkah pemecahan masalah
Konsep dasar pengambilan keputusan
Praktek studi kasus
Tujuan:
Memahami pengertian dan fungsi SPS
Memahami apa itu masalah, cara menganalisa serta bagaimana langkah-langkah pemecahannya.
Memahami konsep dasar pengambilan keputusan.
Metode:
Study kasus
Curah pendapat
Ceramah
Media :
Kertas plano, spidol
Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
Proses kegiatan :
Pelatih membuka acara dan membagi peserta dalam 2 kelompok besar
2. Pelatih membagikan beberapa kasus pada masing-masing kelompok untuk diselesaikan.
3. Pelatih memberikan waktu selama 15 menit kepada masing-masing kelompok untuk menyelesaikan kasus yang diberikan.
4. Setelah semua selesai, Pelatih memberikan kesempatan selama 10 menit pada masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
5. Pelatih menjelaskan hasil dari diskusi kedalam materi pokok bahasan.
6. Pelatih memberi kesempatan beberapa pertanyaan.
7. Pelatih menutup acara.
13. Kerjasama
Pokok bahasan :
Pengertian dan tujuan kerjasama
Bentuk-bentuk kerjasama
Etika kerjasama
Tujuan :
Memahami pengertian dan tujuan kerjasama
Memahami bentuk-bentuk kerjasama serta etika kerjasama
Metode :
Permainan
Dinamika kelompok
Brainstorming
Diskusi
Simulasi
Media :
Kertas double folio
Lem
kertas plano
spidol
Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
Proses kegiatan :
Pelatih membuka acara kemudian menerangkan prosesi permainan
Pelatih membagi kelompok
Setiap kelompok mendapat kertas double folio sebanyak jumlah peserta dalam kelompok itu.
Dalam waktu 15 menit bahan yang telah diberikan harus dibentuk sesuai dengan keinginan kelompok
Ketentuannya produk itu harus setinggi mungkin dan tidak boleh mempergunakan peralatan lain selain yang diberikan.
Ketentuan berikutnya selama bekerja tidak ada yang boleh bicara tapi dapat berkomunikasi dengan gerak-gerik atau bahasa isyarat, mimik dan bunyi-bunyian.
Amati cara kerja kelompok
Pelatih mempersilahkan memulai kerja selama 15 menit
Setelah 15 menit selesai, semua harus berhenti dan masing-masing kelompok meletakkan hasil karyanya ditengah ruangan.
Setiap peerta diberi kesempatan untuk memberikan reaksi atas produk-produk itu, mengungkapkan perasaan dan pendapat secara bergantian
Kemudian Pelatih meminta seluuh peserta membentuk lingkaran besar dengan mengadakan evaluasi
Pelatih menyimpulkan hasil permainan itu dalam pokok bahasan materi
Pelatih menutup acara.
Teknik Diskusi dan Persidangan
a. Pokok bahasan :
Pengertian, tujuan dan macam-macam diskusi dan persidangan
Etika diskusi dan persidangan
Perangkat dan teknik diskusi dan persidangan
Teknik menciptakan diskusi dan persidangan yang produktif
b. Tujuan :
Memahami pengertian, tujuan, macam serta etika diskusi.
memahami perangkat dan teknik persidangan
Memahami bagaimana menciptakan diskusi yang produktif
Metode :
Brainstorming
Diskusi
Role Playing
Praktek diskusi dan sidang
Media :
Kertas plano
Spidol
Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
f. Proses kegiatan :
1. Pelatih membuka acara dan menerangkan secara singkat tentang pokok bahasan materi yang dilanjutkan dengan memperkenalkan nara sumber kepada peserta.
2. Pelatih mengadakan brainstorming dengan cara menyampaikan beberapa pertanyaan yang terkait dengan pokok bahasan, hal ini ditujukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta pada materi tersebut sebelum pemateri menyampaikan materinya secara utuh. selanjutnya mempersilahkan kepada nara sumber untuk menyampaikan materi, dilanjutkan dengan dialog.
3. Pelatih mengulas garis besar hasil dialog dan mengarahkan kepada kesimpulan
4. Selanjutnya untuk memperdalam materi, pelatih mengajak peserta untuk melakukan suatu diskusi kelompok dengan membahas beberapa issue yang disedikan oleh pelatih.
5. Selama dalam proses diskusi, pelatih memantau dan menilai mulai dari bentuk diskusi, penataan model, jalannya diskusi, partisipasi anggota diskusi dan peranan ketua kelompok diskusi dalam mengendalikan situasi diskusi.
Setelah selesai, Pelatih memberikan ulasan tentang kelebihan dan kekurangan dari masing-masing prosesi diskusi yang telah dipraktekkan oleh masing-masing kelompok.
Selanjutnya pelatih memberikan saran-saran dan diakhiri dengan menutup acara.
Pengantar Studi Gender
Pokok Bahasan :
Pengertian dan tujuan studi gender
Perbedaan sex, gender dan feminisme
Pengertian sex role, gender role, gender stereotype
Bentuk-bentuk ketidakadilan gender
Tujuan :
Mengerti dan memahami gender, sex dan feminisme
Mengetahui aliran-aliran feminisme
Metode :
Brainstorming
Diskusi
Ceramah dan dialog
Media :
OHP
Kertas plano dan spidol
Waktu :
Alokasi waktu 60 menit efektif
Proses kegiatan :
1. Pelatih membuka acara kemudian memberikan penjelasan singkat tentang pokok bahasan materi studi gender.
2. Pelatih membacakan biodata narasumber, selanjutnya mempersilahkan narasumber menyampaikan materi.
3. Pelatih memandu dialog atau curah pendapat.
4. Pelatih menyimpulkan materi studi gender dan hasil dialog, kemudian mempersilahka nara sumber meningalkan ruangan.
5. Pelatih memandu diskusi tentang pendalaman materi, sebelum itu Pelatih membagi peserta dalam 4 kelompok.
Pelatih memandu merumuskan hasil diskusi kelompok dengan metode curah pendapat yang ditulis pada papan plano.
7. Pelatih menutup acara
16. Studi Problematika Pendidikan di Indonesia
a. Pokok bahasan :
1. Komponen-komponen pendidikan (peserta didik, pendidik,materi, metode, tujuan)
2. Sistem pendidikan nasional
3. Problematik pendidikan di Indonesia
b. Tujuan :
1. Memahami komponen-komponen pendidikan
2. Memahami system pendidikan nasional
c. Metode :
1. Brainstorming
2. Ceramah dan dialog
d. Media :
1. OHP
2. Kertas plano dan spidol
e. Waktu :
Alokasi waktu 60 menit efektif
f. Proses kegiatan :
1. Pelatih membuka acara dan menerangkan secara singkat tentang pokok bahasan materi yang dilanjutkan dengan memperkenalkan nara sumber kepada peserta.
2. Pelatih mengadakan brainstorming dengan cara menyampaikan beberapa pertanyaan yang terkait dengan pokok bahasan, hal ini ditujukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta pada materi tersebut sebelum pemateri menyampaikan materinya secara utuh. selanjutnya mempersilahkan kepada nara sumber untuk menyampaikan materi, dilanjutkan dengan dialog.
3. Selesai dialog, pelatih mengulas secara garis besar hasil dialog dan mengarahkan pada kesimpulan.
4. Pelatih memberikan saran-saran dan dilanjutkan dengan menutup acara.
17. Evaluasi
a. Pokok bahasan
Review dan evaluasi akhir penyelenggaraan latihan
Post test
Tujuan
1. Mampu mengorganisir dan mengungkapkan kembali pengalaman latihan peserta sejak awal sampai akhir pelatihan, sehingga mengetahui kelebihan dan kekurangan selama latihan berlangsung.
2. Mampu memberikan umpan balik dan kritikan terhadap proses pelaksanaan latihan ini serta saran-saran mereka untuk perbaikan pelaksanaan latihan di masa yang akan datang
c. Metode
Angket
Kuesioner
d. Media
Papan tulis white board dan spidolnya
Kertas plano dan spidolnya
Formulir isian evaluasi dan soal-soal post test
e. Waktu
90 menit efektif
f. Proses kegiatan
Pelatih membuka acara, kemudian memberikan penjelasan singkat tentang evaluasi pelatihan dan tujuannya.
Pelatih membagi peserta ke dalam beberapa kelompok diskusi, kemudian masing-masing kelompok merumuskan beberapa kekurangan dan kelebihan dari masing-masing sessi yang berkaitan dengan prosesi pelatihan, misalnya infrastruktur pelatihan, materi, pelatih, metoda, nara sumber, peserta, suasana, sistem kelekatan dll.
Hasil diskusi di tuangkan dalam kertas plano kemudian dipresentasikan oleh masing-masing kelompok.
Pelatih memandu untuk mengidentifikasi masing-masing permasalahan, sehingga menjadi entry point bagi peserta di dalam menyelenggarakan pelatihan berikutnya.
Selanjutnya pelatih menyimpulkan secara garis besar hasil diskusi.
Untuk melihat daya serap materi pelatihan selama proses pelatihan, maka pelatih memberikan post test kepada peserta.
Diakhiri dengan penutupan acara.
18. RENCANA TINDAK LANJUT
a. Pokok bahasan
1. Rencana tindak lanjut latihan
Rumusan strategi tindak lanjut untuk pengembangan kemampuan peserta
b. Tujuan
1. Menyadari pentingnya suatu tindak lanjut latihan sebagai bentuk perwujudan dari pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang diperolehnya selama latihan
2. Mampu menyusun suatu rencana tindak lanjut tentatif yang dapat dan mungkin dilaksanakannya pasca latihan pelatih
c. Metode
1. Angket
2. Diskusi
d. Media
1. Papan tulis white board dan spidolnya
2. Kertas plano dan spidolnya
3. Lembar rancangan kegiatan pasca latihan
e. Waktu
120 menit efektif
f. Proses kegiatan
Pelatih membuka acara, kemudian memberikan penjelasan singkat tentang rencana tindak lanjut sebagai bentuk peningkatan pengalaman bagi pelatih yang akan terjun memandu latihan di wilayahnya
Agar hasil rencana tindak lanjut tepat sasaran, maka sebaiknya rencana tindak lanjut di buat forum segitiga yakni peserta, pelatih, dan pimpinan struktural yang bersangkutan.
Selanjutnya forum diserahkan kepada pimpinan struktural yang bersangkutan untuk bersama-sama melakukan rancangan kegiatan lanjutan bagi peserta latihan.
Hasil pembahasan tersebut kemudian dituangkan dalam plano dan menjadi ketetapan kegiatan yang harus dilaksanakan
Pelatih memberikan penegasan secara garis besar atas hasil perumusan rencana tindak lanjut, kemudian diakhiri dengan penutupan acara oleh pelatih.
Lakmud adalah pelatihan yang menekankan pada pembentukan watak, motivasi pengembangan diri dan rasa memiliki organisasi dan keterampilan berorganisasi serta upaya pembentukan standard kader.
B. Tujuan
Umum : menciptakan kader IPNU yang berpegang teguh terhadap ajaran Islam ahlussunnah wal jama’ah, mempunyai kesadaran sosial yang tinggi, memiliki pengetahuan yang mendalam dan ketrampilan yang memadai dalam berorganisasi.
Khusus :
Memahami prinsip dan menumbuhkan sikap tanggungjawab terhadap terlaksana nya ajaran Islam ahlussunnah wal jama’ah secara utuh menurut NU yang dirujudkan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
Memahami prinsip organisasi dan kepemimpinan.
Mempunyai kemampuan untuk memahami dan memecahkan masalah serta tehnik pengambilan keputusan yang tepat.
Mempunyai pengetahuan dasar dan sikap loyalitas yang tinggi terhadap cita-cita organisasi.
Memiliki perangkat metode analisis sosial dasar.
Memahami terhadap secara kritis problematika pendidikan di Indonesia
Memiliki sensitivitas gender
C. Target :
Menghasilkan kader-kader yang memiliki integritas kepribadian, berwawasan luas, kritis serta mampu mengembangkan organisasi
Menghasilkan kader yang militan, disiplin dan memiliki rasa kebersamaan yang tinggi
Terbentuknya kader yang mempunyai sensitivitas gender
D. Penyelenggara, peserta dan waktu :
Penyelenggara
LAKMUD diselenggarakan oleh PAC atau PK, atau diselenggarakan secara bersama oleh beberapa PAC. Jika PAC tidak mampu, maka LAKMUD boleh diselenggarakan oleh PC.
Peserta
Peserta adalah pernah mengikuti makesta dengan menunjukkan bukti sertifikat
Pernah mengikuti forum-forum follow up Makesta minimal 2 kali pertemuan
Peserta sebanyak-banyaknya adalah 40 orang
Waktu
Alokasi waktu penyelenggaraan 30 jam efektif (minimal 3 hari)
Perkenalan
Pokok bahasan :
Perkenalan identitas peserta dan pelatih, seperti nama, alamat, status, hobbi dll.
Tujuan :
Tercapainya suasanan interaksi yang hangat, akrab dan saling terbuka diantara sesama peserta dan antara peserta dan Pelatih, sehingga memungkinkan berlangsungnnya kegiatan pelatihan yang partisipatif.
Tercapainya suasana yang membantu peserta untuk saling membuka diri dan saling memahami, sehingga mempermudah proses interaksi antara sesama peserta pada acara-acara berikutnya.
Metode :
Permainan kartu bergambar
Media :
Kertas manila
Pulpen
Kertas plano dan spidol
Waktu :
120 menit
Proses kegiatan :
Peserta duduk melingkar tanpa ada yang menghalangi.
Pelatih menerangkan maksud dari materi perkenalan ini, setelah itu membagikan kertas kepada setiap peserta.
Setiap peserta menggambarkan dirinya dalam bentuk apapun (sketsa, lukisan, kata-kata, dll) kedalam kertas itu, misalnya nama, tempat tinggal, pekerjaan, orang-orang disekitarnya, hobi dsb. Gambar tidak harus bagus yang penting kita dapat mengetahui sesuatu tentang orang yang menggambarkannya.
Setelah selesai, semua kertas dikumpulkan menjadi satu, masing-masing peserta mengambil satu kartu lalu dia harus menebak gambar itu milik siapa dan menceritakan apa yang dilihat dalam kartu tersebut.
yang merasa membuat kartu tersebut dipersilahkan kedepan untuk menambah keterangan gambarnya.
Peserta lain diharapkan mengajukan pertanyaan mengenai gambar tersebut. Begitu seterusnya sampai semua kartu peserta terbacakan.
Pelatih melalui pertanyaan-pertanyaan intensif merangsang tiap peserta uantuk bercerita mengenai dirinya sendiri.
Setelah selesai semua untuk perkenalan, pelatih menjelaskan arti permainan tadi kemudian menutup acara.
2. Pre-test
a. Pokok bahasan :
1. Pengetahuan tentang organisasi IPNU, NU (Aswaja) serta organisasi pelajar yang lain.
2. Pengalaman organisasi :
q Pelatihan yang pernah diikuti
q Organisasi yang pernah diikuti
3. Keinginan diri:
q Tujuan dan harapan mengikuti Lakmud
q Tujuan dan harapan menjadi anggota IPNU
b. Tujuan :
1. Mengetahui sejauh mana pengetahuan dasar peserta tentang IPNU, NU serta organisasi pelajar yang lain.
2. Mengetahui keinginan dan harapan peserta dalam mengikuti pelatihan ini
c. Metode :
1. Angket
2. Brainstorming
d. Media:
1. Kertas manila (3 warna)
2. Kertas plano
3. Spidol
e. Waktu:
Alokasi waktu 60 menit
f. Proses kegiatan :
1. Pelatih membagikan 3 kartu warna (merah, kuning, hijau) yang telah terisi dengan beberapa pertanyaan kepada setiap peserta.
2. Pelatih memberikan waktu selama 15 menit untuk menyelesaikan jawaban dimasing-masing kartu.
3. Setelah semua selesai, Pelatih meminta kepada peserta untuk mengumpulkan semua jawaban kedepan sesuai dengan warna kartu.
4. Pelatih mengidentifikasi kartu-kartu tersebut sesuai dengan kategorinya masing-masing.
5. Setelah teridentifikasi berdasarkan kategorinya, Pelatih memberikan kesempatan kepada peserta untuk menanggapi .
6. Kegiatan pada point 5 dan 6 dilakukan untuk 3 kertas warna ,dimasing-masing kertas warna yang sama.
7. Pelatih menyimpulkan hasil dari kegiatan tersebut setelah itu menutup acara.
3. Analisa Diri
a. Pokok bahasan :
Mengenal diri, atau akan keinginan diri, sadar akan kekurangan dan kelebihan diri dan orang lain serta sadar akan perlunya keterbukaan.
b. Tujuan :
Agar peserta dapat lebih rendah hati, setiap orang menghargai kekurangan dan kelebihan masing-masing, yang akhirnya menciptakan suasana terbuka diantara semua peserta.
c. Metode :
1. Role play
2. Brainstorming
d. Media :
1. Kertas plano dan spidol
2. OHP
e. Waktu :
Alokasi waktu 120 menit
f. Proses Kegiatan
a. Pelatih menjelaskan sekilas tentang esensi materi analisa diri.
b. Selanjutnya pelatih membuka dengan cerita atau contoh kasus seorang yang mau mengenal diri sendiri dan tidak mengenal diri sendiri. Orang yang mampu mengenal diri sendiri terbuka untuk melihat kelemahan dan kekuatan diri sendiri maupun orang lain. Hal ini terkait dengan keinginan kita dalam berproses di suatu organisasi. Oleh karena itu selanjutnya pelatih menanyakan kepada peserta apakah kita perlu mengenal diri kita sendiri
c. Selanjutnya pelatih mengajak peserta untuk melakukan analisa diri dengan menggunakan “spiral pertumbuhan”.
d. Dalam penjelasan spiral pertumbuhan ini pelatih menjelaskan tahap demi tahap dengan disertai beberapa contoh kasus. Secara berurutan tahapan spiral pertumbuhan sebagai berikut:
1. Menggali dari peserta perasaan apa yang timbul waktu ditunjuk untuk ikut latihan atau ketika ia memasuki suatu peers group baru. Semua jawaban peserta ditampung kalau ada peserta yang menjawab ragu-ragu, khawatir, sedikit cemas dll. Pelatih menekankan bahwa perasaan tersebut biasa dialami oleh setiap orang pada saat akan memasuki suasana atau situasi baru. Selanjutnya pelatih menuliskan kolom di papan tulis atau menempelkan kartu yang sudah bertuliskan:
KECEMASAN
2. Didasari hakikat bahwa manusia sebagai makhluk sosial, maka setiap orang memiliki rasa cinta dan dan ingin bergabung dalam peer groups atau sebuah organisasi sehingga hal tersebut merupakan keinginan berkarya dalam kelompok.
BERGABUNG DALAM KELOMPOK
BERKARYA DALAM KELOMPOK
Pelatih menjelaskan kepa da peserta bahwa kita sekarang telah tergabung dalam suatu peers group atau kelompok /organisasi dengan ikatan kecemasan.
Dalam kelompok/organisasi ini kita bercer min apa yang dikatakan orang lain tentang diri kita. Hal ini dapat me ngukur kemampuan dan kekurangan kita dengan melihat dan memban dingkan kepribadian orang lain di dalam ke lompok. Semua itu pada hakikatnya kita sedang mengenali diri kita sen diri.
Selain itu di dalam kelompok, kita per lu memberikan sum bangsih atau andil sesuai dengan Kapa sitas pribadinya ma sing-masing, mulai dari pendapat, gagas an, serta mobilitas personal. Hal itu se mua merupakan kar ya personal dalam berkarya dan ikut andil dalam kelompok/ organisasi.
3. Sikap dan tingkah laku yang ditampil kan dalam rangka berkarya tersebut ternyata hampir se mua orang dihadap kan terhadap dua pilihan terkait de-
ngan sikap berkarya dalam kelompok / organisasi. Maka pelatih menuliskan / menempelkan kartu yang bertuliskan
DITERIMA atau DITOLAK
4. Selanjutnya kita sebagai bagian dari kelompok yang ingin berkarya mempunyai kebebasan untuk menentukan pilihan. Maka pelatih menempelkan kartu yang bertuliskan :
BEBAS PILIH
Kita sebagai individu dapat menentukan sikap bebas memilih. Apakah karena ditolak dan tidak senang itu kita melakukan BELA DIRI atau HADAP DIRI.
5. Kemungkinan pertama adalah hadap diri, maka pelatih menempelkan kartu bertuliskan :
HADAP DIRI
Apabila pendapat atau karya kita dalam kelompok ditolak oleh kelompok kita bisa hadap diri. Dalam arti akan menghadapi segala penolakan tersebut dengan rendah hati dan diri terbuka yang dilanjutkan dengan melakukan perenungan mendalam terhadap sisi positif penolakan tersebut.
6. Proses selanjutnya setelah kita melakukan evaluasi terhadap sikap penolakan kelompok terkait dengan karya kita, maka kita akan memasuki tahap berikutnya yakni :
TAHU DIRI
Tahap ini kita telah menemukan jawaban komprehensif terhadap penolakan tersebut, sehingga kita akan tahu bahwa apa yang menurut kita baik belum tentu baik untuk kelompok dan semua orang sehingga kita mengetahui posisi diri kita dalam persoalan ini.
7. Tahap berikutnya dari tahu diri, maka kita akan memasuki tahap terima diri, maka pelatih menempelkan kartu yang bertuliskan :
TERIMA DIRI
Terima diri bukan berarti kita menerima segala sesuatu tanpa kritisitas dan pemikiran, tapi menerima dalam batas-batas kemampuan diri, batas-batas kemungkinan yang ada pada keadaan tertentu. Dalam kasus pada karya yang ditolak, kita menerima kenyataan misalnya bahwa ketrampilan menyampaikan masih terbatas, atau ada pendapat (karya) yang lebih baik dari itu dan kita bisa belajar pada hal-hal yang lebih baik tersebut.
8. Dengan terima diri kita dapat mengakui kelamahan atau keterbatasan kita sendiri, serta sejauhmana kemampuan kita. Dengan segala keterbatasn tetap memberi andil untuk kelompok. Maka pelatih menempelkan kartu yang bertuliskan
TANAM ANDIL
Karena dengan demikian berarti kita telah memberikan pegangan pada kelompok, agar masing-masing mengetahui apa dan siapa yang dihadapinya. Dengan mengenal betul siapa yang dihadapinya, kelompok tahu bagaimana menjalin kerjasama. Dan bila kita mengenal diri kita, kita tahu hal-hal apa yang perlu ditingkatkan.
Sumbangan yang kita berikan dengan segala keterbatasan itu pada hakikatnya adalah keterbukaan diri. Dan keterbukaan itu selalu mengandung resiko, apakah orang lain mendekati dan menerima apa adanya atau menjauh kita. Tetapi yang jelas sumbangan atau andil itu yang kita berikan selalu memperkaya kelompok dan diri kita. Sehingga dengan melakukan andil kita akan menghadapi kecemasan tadi. Dan beitu seterusnya sehingga pertumbuhan/perkembangan manusia merupakan spiral yag tidak berujung pangkal. Dengan hadap diri yang menjurus ke tahu diri dan terima diri pada hakikatnya adalah keterbukaan diri yang berarti :
q Tahu kekuatan diri
q Menyadari kelemahannya
q Mau merubah kebiasaan yang kurang baik berarti pribadi berkembang.
Kemungkinan kedua
9. Bila pendapat kita ditolak oleh kelompok/peers group, seseorang dapat memilih kemungkinan kedua yaitu bela diri, maka pelatih menempelkan kartu yang bertuliskan :
BELA DIRI
Ini berarti kita merasa dirinya benar dan beranggapan kesalahan ada pada orang lain.
10. Orang yang selalu bela diri pada dasarny adalah menipu diri sendiri. Maka pelatih menempelkan kartu bertuliskan :
TIPU DIRI
Karena pribadi tipu diri tidak pernah mawas diri, tidak pernah melihat dirinya sendiri, selalu melihat penyeab kesalahan ada di luar dirinya. Akibat tidak dapat/tidak mau melihat kelemahan-kelemahan pada dirinya.
11. Pada akhirnya pribadi seperti ini pada esensinya adalah menolak dirinya sendiri, maka pelatih menempelkan kartu bertuliskan :
TOLAK DIRI
Artinya tidak mau menerima dirinya sendiri, yang pada akhirnya tidak akan pernah puas denan dirinya sendiri.
12. Akibat pribadi-pribadi demikian akan lari dari kenyataan dan keadaan sebenarnya dan menjadi frustasi. Maka pelatih menempelkan kartu yang bertuliskan :
L A R I
Pribadi-pribadi demikian kalaupun masih bergabung dalam kelompok, segala tindakannya akan cenderung merusak, bukan ke arah yang baik. Bela diri menjurus tipu diri dan tolak diri berarti
Dari sini pelatih bisa menanyakan kepada peserta mau pilih bagian yang mana ketika ia menghadapi permasalahan serupa. Pelatih menekankan bahwa setiap orang akan menghadapi kecemasan oleh karena itu peserta diminta untuk selalu mawas diri. Selanjutnya pelatih meminta kepada peserta untuk membuat daftar :
q Membuat daftar kekuatan dan kelemahan dirinya, lalu direnungkan apakah kelemahan itu dapat diperbaiki,
q Setelah peserta memiliki daftar tersebut, mereka diminta untuk berbicara berpasangan dengan temah sebelahnya. Dalam pembicaraan itu masing-masing mengemukakan isi daftar kekuatan dan kelemahan yang sudah dibuat.
Selanjutnya pelatih memberikan ulasan garis besar dari kegiatan ini diakhiri dengan penutup
4. Kontrak Belajar
Pokok bahasan
Garis besar dan pokok-pokok materi latihan
Kebutuhan serta harapan pribadi dan kelompok tentang pelatihan serta perangkat pelatihan
Jadwal tentatif dan tata tertib latihan
Tujuan
Peserta mampu mengidentifikasi dan merumuskan kebutuhan terhadap materi latihan
Peserta dan pelatih menetapkan kesepatakan bersama tata cara pelaksanaan latihan
Metode
Diskusi
Brainstorming
Media
Papan tulis white board
Spidol dan kertas plano
Flep card
Waktu :
90 menit efektif
Proses kegiatan
Pelatih menjelaskan tentang tujuan dan target lakut secara singkat. Demi terlaksananya pelatihan yang partisipatif maka, partisipasi dan peran aktif seluruh peserta sangat dibutuhkan. Oleh karena itu kesepakatan pelatihan harus dibuat bersama-sama
Pelatih membagi kartu kepada seluruh peserta, kemudian peserta menuliskan harapan dan kebutuhan selama proses pelatihan.
Pelatih mengidentifikasi kartu-kartu peserta sesuai dengan kategorinya dengan cara menempelkan kartu tersebut di papan.
Selanjutnya pelatih dan peserta membahas aturan main tentatif pelatihan
Pelatih menutup acara
5. Ke-IPNU-an
e. Pokok bahasan :
1. Tinjauan sosiologis dan strategis kelahiran IPNU
2. Peristiwa-peristiwa dan keputusan penting dari kongres ke kongres
3. Kebijakan-kebijakan strategis IPNU kedepan
4. Posisi dan peran IPNU dalam konteks kepelajaran dan konteks kemasyarakatan.
b. Tujuan :
Mengetahui kelahiran IPNU secara sosiologis dan strategis
Mengetahui perjalanan IPNU dari kongres ke kongres dengan keputusan pentingnnya.
Memahami kebijakan strategis IPNU ke depan
c. Metode :
1. Ceramah
2. Dialog
3. Brainstorming
Media :
1. OHP
2. Kertas plano dan spidol
e. Waktu :
90 menit
Proses Kegiatan
1. Pelatih membuka acara, kemudian menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dibahas sesuai dengan pokok bahasan.
2. Pelatih memperkenalkan nara sumber, selanjutnya pelatih mengadakan warming up (pemanasan) dengan cara memberikan pertanyaan seputar materi sesuai dengan pokok bahasan. Hal ini dilakukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta terhadap materi yang bersangkutan, sehingga nara sumber dapat mempertajam pemaparan materi sesuai dengan kadar pengetahuan peserta.
3. Pelatih mempersilahkan kepada nara sumber untuk memaparkan materi, dilanjutkan dengan dialog.
4. Pelatih mengulas secara garis besar pokok hasil dialog, selanjutnya pelatih mempersilahkan kepada nara sumber meninggalkan ruangan, kemudian diakhiri dengan penutup.
6. Ke-NU-an
a. Pokok bahasan :
1. Pengertian mabadi’ Khoiru ummah
2. Pengertian panca gerakan NU
3. Pengertian khittoh NU
4. Analisa NU dalam perkembangan/dinamika perjuangan
Tujuan :
Mengerti dan memahami mabadi’ khoiro ummah serta 5 gerakan NU
Mengerti dan memahami khittoh NU serta bagaimana menerapkannya.
c. Metode :
1. Ceramah dan tanya jawab
2. Brainstorming
3. Diskusi
Media :
1. OHP
2. Kertas planodan spidol
e. Waktu :
90 menit
f. Proses kegiatan :
1. Pelatih membuka acara kemudian memberikan penjelasan singkat tentang pokok bahasan materi, selanjutnya pelatih mengadakan brainstorming sekitar pokok bahasan materi.
2. Pelatih membacakan biodata nara sumber, selanjutnya mempersilahkan narasumber menyampaikan materi di lanjutkan dengan dialog.
3. Pelatih mengarahkan menuju kesimpulan, kemudian mempersilahka nara sumber meningalkan ruangan.
4. Selanjutnya membagi peserta dalam beberapan kelompok diskusi, kemudian dipersilahkan peserta untuk mendiskusikan beberapa pokok masalah yang diberikan oleh pelatih.
5. Hasil diskusi dipresentasikan di depan forum dipandu pelatih.
Kemudian pelatih mengulas garis besar hasil diskusi yang diakhiri dengan penutup.
7. ASWAJA
a. Pokok bahasan :
1. Pengertian madzhab dan sistem bermadzhab
Pengertian Taqlid, Ittiba’, Ijtihad dan istinbath dalam NU.
Memahami karakteristik 4 madzhab pada masalah fiqih
Pandangan aswaja terhadap jihad
b. Tujuan :
1. Memahami pengertian madzhab dan sistem bermadzhab
2. Memahami tentang taqlid, ittiba’, ijtihad dan istinbath dalam NU serta aplikasinya dalam kehidupan
Metode :
3. Ceramah dan tanya jawab
4. Brainstorming
5. diskusi
d. Media :
1. OHP
2. Kertas plano dan spidol
e. Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
f. Proses kegiatan :
1. Pelatih membuka acara kemudian memberikan penjelasan singkat tentang pokok bahasan materi, selanjutnya pelatih mengadakan brainstorming sekitar pokok bahasan materi.
2. Pelatih membacakan biodata nara sumber, selanjutnya mempersilahkan narasumber menyampaikan materi di lanjutkan dengan dialog.
3. Pelatih mengarahkan menuju kesimpulan, kemudian mempersilahka nara sumber meningalkan ruangan.
4. Selanjutnya membagi peserta dalam beberapan kelompok diskusi, kemudian dipersilahkan peserta untuk mendiskusikan beberapa pokok masalah yang diberikan oleh pelatih.
5. Hasil diskusi dipresentasikan di depan forum dipandu pelatih.
Kemudian pelatih mengulas garis besar hasil diskusi yang diakhiri dengan penutup
7. Tradisi Perilaku Keagamaan NU
a. Pokok bahasan :
1. Tradisi NU, pengertian dan dasar hukumnya (tahlil, qunut, diba’iyah, ziarah kubur, haul, tarawih 20 rakaat, adzan 2 dlm jumat, talqin dll)
2. Fadzilah dan penerapannya
3. Khilafiyahnya
Tujuan :
Mengerti dan memahami tradisi NU serta dasar hukumnya berikut fadzilah dan penerapannya
Metode :
1. Ceramah
2. Dialog
d. Media :
1. OHP
2. Kertas planodan spidol
e. Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
f. Proses kegiatan :
1. Pelatih membuka acara, kemudian menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dibahas sesuai dengan pokok bahasan.
2. Pelatih memperkenalkan nara sumber, selanjutnya pelatih mengadakan warming up (pemanasan) dengan cara memberikan pertanyaan seputar materi sesuai dengan pokok bahasan. Hal ini dilakukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta terhadap materi yang bersangkutan, sehingga nara sumber dapat mempertajam pemaparan materi sesuai dengan kadar pengetahuan peserta.
3. Pelatih mempersilahkan kepada nara sumber untuk memaparkan materi, dilanjutkan dengan dialog.
4. Pelatih mengulas secara garis besar pokok hasil dialog, selanjutnya pelatih mempersilahkan kepada nara sumber meninggalkan ruangan, kemudian diakhiri dengan penutup
8. Manajemen Konflik
a. Pokok bahasan
1. Pengertian manajemen konflik
2. Macam/model- model konflik
3. Tahap-tahap penyelesaian konflik
b. Tujuan :
Mengerti dan memahami pengertian konflik, manajemen konflik dan bagaimana menyelesaikannya.
c. Metode :
2. Brainstorming
3. Study kasus
4. Ceramah
d. Media :
1. OHP
2. Kertas plano dan spidol
a. Waktu
Alokasi waktu 90 menit
b. Proses Kegiatan :
1. Pelatih membuka acara dan membagi peserta dalam beberapa kelompok
2. Pelatih membagikan beberapa kasus pada masing-masing kelompok untuk diselesaikan.
3. Pelatih memberikan waktu selama 15 menit kepada masing-masing kelompok untuk menyelesaikan kasus yang diberikan.
4. Setelah semua selesai, pelatih memberikan kesempatan selama 10 menit pada masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
5. Pelatih menjelaskan hasil dari diskusi kedalam materi pokok bahasan.
6. Pelatih memandu dialog.
7. Pelatih menutup sessi.
9. Manajemen Organisasi
Pokok bahasan :
Pengertian, fungsi dan manfaat manajemen
Manajemen organisasi non profit
Manajemen kepanitiaan
Tujuan :
Mengerti dan memahami fungsi, manfaat dan bentuk-bentuk manajemen
Mengetahui bagaimana memilih dan menerapkan manajemen yang tepat
Metode :
Brainstorming
Diskusi
Ceramah dan dialog
d. Media :
OHP
Kertas plano
Spidol
e. Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
f. Proses kegiatan :
1. Pelatih membuka acara, kemudian menjelaskan secara singkat tentang materi yang akan dibahas sesuai dengan pokok bahasan.
2. Pelatih memperkenalkan nara sumber, selanjutnya pelatih mengadakan warming up (pemanasan) dengan cara memberikan pertanyaan seputar materi sesuai dengan pokok bahasan. Hal ini dilakukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta terhadap materi yang bersangkutan, sehingga nara sumber dapat mempertajam pemaparan materi sesuai dengan kadar pengetahuan peserta.
3. Pelatih mempersilahkan kepada nara sumber untuk memaparkan materi, dilanjutkan dengan dialog.
4. Pelatih mengulas secara garis besar pokok hasil dialog, selanjutnya pelatih mempersilahkan kepada nara sumber meninggalkan ruangan, kemudian diakhiri dengan penutup.
a. Pokok bahasan :
1. Pengertian dan tujuan komunikasi
2. Unsur-unsur komunikasi
3. Bagaimana menciptakan komunikasi yang efektif
4. Komunikasi verbal dan non verbal
5. Etika komunikasi
b. Tujuan :
1. Mengerti dan memahami tujuan serta komponen-komponen komunikasi
2. Mengetahui dan bisa menerapkan bagaimana komunikasi yang baik dan produktif.
c. Metode :
1. Ceramah
2. Brainstorming
3. Diskusi
d. Media :
1. OHP
2. Kertas plano
3. Spidol
e. Waktu
10. Komunikasi
Waktu 90 menit
f. Proses Kegiatan
1. Pelatih menerangkan secara singkat tentang pokok bahasan materi yang dilanjutkan dengan memperkenalkan nara sumber kepada peserta.
2. Pelatih mengadakan brainstorming dengan cara menyampaikan beberapa pertanyaan yang terkait dengan pokok bahasan, hal ini ditujukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta pada materi tersebut sebelum pemateri menyampaikan materinya secara utuh. selanjutnya mempersilahkan kepada nara sumber untuk menyampaikan materi, dilanjutkan dengan dialog.
3. Pelatih mengulas garis besar hasil dialog dan mengarahkan kepada kesimpulan
4. Pelatih menutup acara.
11. Kepemimpinan
Pokok bahasan :
Macam-macam leadership
Teori munculnya pemimpin di masyarakat
Pola kepemimpinan efektif
Tipologi kepemimpinan
Tujuan :
Peserta memahami karakteristik sosok dan citra diri seorang pemimpin
Peserta memahami bagaimana peran dan tanggung jawab seorang pemimpin
Metode :
Permainan
Penugasan
Diskusi
Media :
OHP
Kertas plano
Spidol
Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
Proses Kegiatan :
Pelatih membuka acara kemudian membagi peserta dalam 4 kelompok
Masing masing kelompok memerankan seorang pemimpin yang otoriter, demokratis, liberal, laizezfaire
Setelah semua selesai, pelatih melontarkan beberapa pertanyaan mengenai materi pokok bahasan yang berhubungan dengan tugas yang telah diperankan
Pelatih memaparkan hasil dari tanya jawab, permainan peran dan materi pokok bahasan.
Pelatih menutup acara
12. Scientific Problem Solving (SPS)
Pokok bahasan:
Pengertian dan fungsi SPS
Pengertian masalah dan langkah-langkah pemecahan masalah
Konsep dasar pengambilan keputusan
Praktek studi kasus
Tujuan:
Memahami pengertian dan fungsi SPS
Memahami apa itu masalah, cara menganalisa serta bagaimana langkah-langkah pemecahannya.
Memahami konsep dasar pengambilan keputusan.
Metode:
Study kasus
Curah pendapat
Ceramah
Media :
Kertas plano, spidol
Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
Proses kegiatan :
Pelatih membuka acara dan membagi peserta dalam 2 kelompok besar
2. Pelatih membagikan beberapa kasus pada masing-masing kelompok untuk diselesaikan.
3. Pelatih memberikan waktu selama 15 menit kepada masing-masing kelompok untuk menyelesaikan kasus yang diberikan.
4. Setelah semua selesai, Pelatih memberikan kesempatan selama 10 menit pada masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
5. Pelatih menjelaskan hasil dari diskusi kedalam materi pokok bahasan.
6. Pelatih memberi kesempatan beberapa pertanyaan.
7. Pelatih menutup acara.
13. Kerjasama
Pokok bahasan :
Pengertian dan tujuan kerjasama
Bentuk-bentuk kerjasama
Etika kerjasama
Tujuan :
Memahami pengertian dan tujuan kerjasama
Memahami bentuk-bentuk kerjasama serta etika kerjasama
Metode :
Permainan
Dinamika kelompok
Brainstorming
Diskusi
Simulasi
Media :
Kertas double folio
Lem
kertas plano
spidol
Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
Proses kegiatan :
Pelatih membuka acara kemudian menerangkan prosesi permainan
Pelatih membagi kelompok
Setiap kelompok mendapat kertas double folio sebanyak jumlah peserta dalam kelompok itu.
Dalam waktu 15 menit bahan yang telah diberikan harus dibentuk sesuai dengan keinginan kelompok
Ketentuannya produk itu harus setinggi mungkin dan tidak boleh mempergunakan peralatan lain selain yang diberikan.
Ketentuan berikutnya selama bekerja tidak ada yang boleh bicara tapi dapat berkomunikasi dengan gerak-gerik atau bahasa isyarat, mimik dan bunyi-bunyian.
Amati cara kerja kelompok
Pelatih mempersilahkan memulai kerja selama 15 menit
Setelah 15 menit selesai, semua harus berhenti dan masing-masing kelompok meletakkan hasil karyanya ditengah ruangan.
Setiap peerta diberi kesempatan untuk memberikan reaksi atas produk-produk itu, mengungkapkan perasaan dan pendapat secara bergantian
Kemudian Pelatih meminta seluuh peserta membentuk lingkaran besar dengan mengadakan evaluasi
Pelatih menyimpulkan hasil permainan itu dalam pokok bahasan materi
Pelatih menutup acara.
Teknik Diskusi dan Persidangan
a. Pokok bahasan :
Pengertian, tujuan dan macam-macam diskusi dan persidangan
Etika diskusi dan persidangan
Perangkat dan teknik diskusi dan persidangan
Teknik menciptakan diskusi dan persidangan yang produktif
b. Tujuan :
Memahami pengertian, tujuan, macam serta etika diskusi.
memahami perangkat dan teknik persidangan
Memahami bagaimana menciptakan diskusi yang produktif
Metode :
Brainstorming
Diskusi
Role Playing
Praktek diskusi dan sidang
Media :
Kertas plano
Spidol
Waktu :
Alokasi waktu 90 menit
f. Proses kegiatan :
1. Pelatih membuka acara dan menerangkan secara singkat tentang pokok bahasan materi yang dilanjutkan dengan memperkenalkan nara sumber kepada peserta.
2. Pelatih mengadakan brainstorming dengan cara menyampaikan beberapa pertanyaan yang terkait dengan pokok bahasan, hal ini ditujukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta pada materi tersebut sebelum pemateri menyampaikan materinya secara utuh. selanjutnya mempersilahkan kepada nara sumber untuk menyampaikan materi, dilanjutkan dengan dialog.
3. Pelatih mengulas garis besar hasil dialog dan mengarahkan kepada kesimpulan
4. Selanjutnya untuk memperdalam materi, pelatih mengajak peserta untuk melakukan suatu diskusi kelompok dengan membahas beberapa issue yang disedikan oleh pelatih.
5. Selama dalam proses diskusi, pelatih memantau dan menilai mulai dari bentuk diskusi, penataan model, jalannya diskusi, partisipasi anggota diskusi dan peranan ketua kelompok diskusi dalam mengendalikan situasi diskusi.
Setelah selesai, Pelatih memberikan ulasan tentang kelebihan dan kekurangan dari masing-masing prosesi diskusi yang telah dipraktekkan oleh masing-masing kelompok.
Selanjutnya pelatih memberikan saran-saran dan diakhiri dengan menutup acara.
Pengantar Studi Gender
Pokok Bahasan :
Pengertian dan tujuan studi gender
Perbedaan sex, gender dan feminisme
Pengertian sex role, gender role, gender stereotype
Bentuk-bentuk ketidakadilan gender
Tujuan :
Mengerti dan memahami gender, sex dan feminisme
Mengetahui aliran-aliran feminisme
Metode :
Brainstorming
Diskusi
Ceramah dan dialog
Media :
OHP
Kertas plano dan spidol
Waktu :
Alokasi waktu 60 menit efektif
Proses kegiatan :
1. Pelatih membuka acara kemudian memberikan penjelasan singkat tentang pokok bahasan materi studi gender.
2. Pelatih membacakan biodata narasumber, selanjutnya mempersilahkan narasumber menyampaikan materi.
3. Pelatih memandu dialog atau curah pendapat.
4. Pelatih menyimpulkan materi studi gender dan hasil dialog, kemudian mempersilahka nara sumber meningalkan ruangan.
5. Pelatih memandu diskusi tentang pendalaman materi, sebelum itu Pelatih membagi peserta dalam 4 kelompok.
Pelatih memandu merumuskan hasil diskusi kelompok dengan metode curah pendapat yang ditulis pada papan plano.
7. Pelatih menutup acara
16. Studi Problematika Pendidikan di Indonesia
a. Pokok bahasan :
1. Komponen-komponen pendidikan (peserta didik, pendidik,materi, metode, tujuan)
2. Sistem pendidikan nasional
3. Problematik pendidikan di Indonesia
b. Tujuan :
1. Memahami komponen-komponen pendidikan
2. Memahami system pendidikan nasional
c. Metode :
1. Brainstorming
2. Ceramah dan dialog
d. Media :
1. OHP
2. Kertas plano dan spidol
e. Waktu :
Alokasi waktu 60 menit efektif
f. Proses kegiatan :
1. Pelatih membuka acara dan menerangkan secara singkat tentang pokok bahasan materi yang dilanjutkan dengan memperkenalkan nara sumber kepada peserta.
2. Pelatih mengadakan brainstorming dengan cara menyampaikan beberapa pertanyaan yang terkait dengan pokok bahasan, hal ini ditujukan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta pada materi tersebut sebelum pemateri menyampaikan materinya secara utuh. selanjutnya mempersilahkan kepada nara sumber untuk menyampaikan materi, dilanjutkan dengan dialog.
3. Selesai dialog, pelatih mengulas secara garis besar hasil dialog dan mengarahkan pada kesimpulan.
4. Pelatih memberikan saran-saran dan dilanjutkan dengan menutup acara.
17. Evaluasi
a. Pokok bahasan
Review dan evaluasi akhir penyelenggaraan latihan
Post test
Tujuan
1. Mampu mengorganisir dan mengungkapkan kembali pengalaman latihan peserta sejak awal sampai akhir pelatihan, sehingga mengetahui kelebihan dan kekurangan selama latihan berlangsung.
2. Mampu memberikan umpan balik dan kritikan terhadap proses pelaksanaan latihan ini serta saran-saran mereka untuk perbaikan pelaksanaan latihan di masa yang akan datang
c. Metode
Angket
Kuesioner
d. Media
Papan tulis white board dan spidolnya
Kertas plano dan spidolnya
Formulir isian evaluasi dan soal-soal post test
e. Waktu
90 menit efektif
f. Proses kegiatan
Pelatih membuka acara, kemudian memberikan penjelasan singkat tentang evaluasi pelatihan dan tujuannya.
Pelatih membagi peserta ke dalam beberapa kelompok diskusi, kemudian masing-masing kelompok merumuskan beberapa kekurangan dan kelebihan dari masing-masing sessi yang berkaitan dengan prosesi pelatihan, misalnya infrastruktur pelatihan, materi, pelatih, metoda, nara sumber, peserta, suasana, sistem kelekatan dll.
Hasil diskusi di tuangkan dalam kertas plano kemudian dipresentasikan oleh masing-masing kelompok.
Pelatih memandu untuk mengidentifikasi masing-masing permasalahan, sehingga menjadi entry point bagi peserta di dalam menyelenggarakan pelatihan berikutnya.
Selanjutnya pelatih menyimpulkan secara garis besar hasil diskusi.
Untuk melihat daya serap materi pelatihan selama proses pelatihan, maka pelatih memberikan post test kepada peserta.
Diakhiri dengan penutupan acara.
18. RENCANA TINDAK LANJUT
a. Pokok bahasan
1. Rencana tindak lanjut latihan
Rumusan strategi tindak lanjut untuk pengembangan kemampuan peserta
b. Tujuan
1. Menyadari pentingnya suatu tindak lanjut latihan sebagai bentuk perwujudan dari pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang diperolehnya selama latihan
2. Mampu menyusun suatu rencana tindak lanjut tentatif yang dapat dan mungkin dilaksanakannya pasca latihan pelatih
c. Metode
1. Angket
2. Diskusi
d. Media
1. Papan tulis white board dan spidolnya
2. Kertas plano dan spidolnya
3. Lembar rancangan kegiatan pasca latihan
e. Waktu
120 menit efektif
f. Proses kegiatan
Pelatih membuka acara, kemudian memberikan penjelasan singkat tentang rencana tindak lanjut sebagai bentuk peningkatan pengalaman bagi pelatih yang akan terjun memandu latihan di wilayahnya
Agar hasil rencana tindak lanjut tepat sasaran, maka sebaiknya rencana tindak lanjut di buat forum segitiga yakni peserta, pelatih, dan pimpinan struktural yang bersangkutan.
Selanjutnya forum diserahkan kepada pimpinan struktural yang bersangkutan untuk bersama-sama melakukan rancangan kegiatan lanjutan bagi peserta latihan.
Hasil pembahasan tersebut kemudian dituangkan dalam plano dan menjadi ketetapan kegiatan yang harus dilaksanakan
Pelatih memberikan penegasan secara garis besar atas hasil perumusan rencana tindak lanjut, kemudian diakhiri dengan penutupan acara oleh pelatih.
Langganan:
Postingan (Atom)