ciri-ciri dari Fikrah Nahdliyah antara lain :
1. Fikrah
Tawassuthiyah (pola pikir moderat), artinya Nahdlatul ‘Ulama senantiasa
bersikap tawazun (seimbang) dan I’tidal (moderat) dalam menyikapi
berbagai persoalan.
2. Fikrah Tasamuhiyah (pola pikir toleran),
artinya Nahdlatul ‘Ulama dapat hidup berdampingan secara damai dengan
berbagai pihak lain walaupun aqidah, cara piker, dan budayanya berbeda.
3. Fikrah Ishlahiyyah (pola pikir reformatif), artinya Nahdlatul ‘Ulama selalu mengupayakan perbaikan menuju kea rah yang lebih baik (al ishlah ila ma huwa al ashlah).
4. Fikrah Tathawwuriyah (pola pikir dinamis), artinya Nahdlatul ‘Ulama
senantiasa melakukan kontekstualisasi dalam merespon berbagai persoalan.
5. Fikrah Manhajiyah (pola pikir metodologis), artinya Nahdlatul ‘Ulama
senantiasa menggunakan kerangka berpikir yang mengacu kepada manhaj
yang telah ditetapkan oleh Nahdlatul ‘Ulama
IPNU IPPNU
Kamis, 11 Juni 2015
Rabu, 27 Mei 2015
KELAHIRAN NAHDLATUL ULAMA’ ( NU )
I – KELAHIRAN NAHDLATUL ULAMA’ ( NU )
Nahdlatul Ulama’ disingkat NU, artinya kebangkitan Ulama. Sebuah organisasi yang didirikan oleh para ulama pada tanggal : 16 Rajab 1344 H / 31 Januari 1926 M. di Surabaya.
Nahdlatul Ulama sebagai jam’iyah diniyah adalah wadah para Ulama’ dan pengikut-pengikutnya, dengan tujuan memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam yang berhaluan Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan menganut salah satu dari madzhab empat masing-masing adalah :
1. Imam Abu Hanifah an-Nu’man
2. Imam Malik bin Anas
3. Imam Muhammad Idris As-Syafi’i dan
4. Imam Ahmad bin Hanbal.
Nahdlatul Ulama’ ( NU ) adalah merupakan gerakan keagamaan yang bertujuan untuk ikut membangun dan mengembangkan insan dan masyarakat yang bertaqwa kepada Alloh Swt, cerdas, trampil, ber-akhlaq mulia, tenteram, adil dan sejahtera. NU mewujudkan cita-cita dan tujuannya melalui serangkaian ikhtiar yang didasari oleh dasar-dasar faham keagamaan, yang membentuk kepribadian khas Nahdlatul Ulama.
II – LATAR BEKANG BERDIRINYA NU.
A – LATAR BELAKANG AGAMA :
Latar belakang berdirinya NU berkaitan erat dengan perkembangan pemikiran keagamaan dan politik dunia Islam kala itu, diantaranya adalah pada tahun 1924, Syarif Husein raja Hijaz ( Makah ) yang berfaham Sunni (ahlus sunah wal jama’ah) ditakluk- kan oleh Abdul Aziz bin Saud yang beraliran Wahabiy.
Aliran Wahabiy ini bentuk ajarannya adalah melarang semua bentuk amaliah ke-agamaan ala kaum Sunni, yang sudah berlaku di Tanah Arab dan akan menggantinya dengan model Wahabiy. Pengamalan agama dengan sistem bermadzhab, tawasul, maulid Nabi, ziarah kubur dan lain sebagainya akan segera dilarang. Dan bahkan Raja Ibnu Saud juga ingin melebarkan pengaruh kekuasaannya ke seluruh dunia Islam. Dengan dalih demi kejayaan Islam, ia berencana meneruskan kekhilafahan Islam yang terputus di Turki pasca runtuhnya Daulah Usmaniyah. Untuk itu dia berencana menggelar Muk-tamar Khilafah di kota suci Makah sebagai penerus Khilafah yang terputus itu, mukta-mar ini terkenal dengan sebutan Komite Hijaz.
Seluruh negara Islam di dunia diundang untuk menghadiri muktamar tersebut, termasuk Indonesia, dan utusan dari Indonesia yang direkomendasikan adalah HOS. Cokroaminoto dari Serikat Islam ( SI ), KH. Mas Mansur dari Muhammadiyah dan KH. Abdul Wahab Hasbullah wakil dari Pesantren. Akan tetapi karena KH. Wahab tidak me wakili organisasi resmi, maka namanya dicoret dari daftar calon utusan, dan pencoretan ini tidak lain merupakan permainan politik diantara kelompok yang mengusung para calon utusan Indonesia. Peristiwa ini menyadarkan para Ulama’ pengasuh Pesantren akan pentingnya sebuah organisasi, karena latar belakang yang sangat mendesak itulah akhirnya Jam’iyah Nahdlatul Ulama’ didirikan.
B – LATAR BELAKANG KEBANGSAAN (NASIONALISME)
Pada tahun 1916 M, KH, Wahab Hasbullah bekerjasama dengan KH. Abdul Kahar (seorang pengusaha kaya) di Surabaya dan didukung oleh masyarakat berhasil mendirikan sebuah gedung bertingkat di kampung Kawatan Gg. IV Surabaya yang ke-mudian dikenal sebagai perguruan “Nahdlatul Wathon” yang berarti “Pergerakan Tanah Air”. Sejak itu gedung ini dijadikan markas penggemblengan para pemuda, mereka di didik untuk menjadi pemuda yang berilmu dan memiliki jiwa cinta tanah air. Setiap hen dak dimulai kegiatan belajar, para murid diharuskan terlebih dahulu menyanyikan lagu perjuangan dalam bahasa Arab, yang telah digubah dalam bentuk syair oleh KH. Wahab Hasbullah sebagai berikut :
Wahai bangsaku, wahai bangsaku,
Cinta tanah air bagian dari iman,
Cintailah tanah air ini wahai bangsaku,
Jangan kalian menjadi orang terjajah.
Sungguh kesempurnaan itu harus,
Dibuktikan dengan perbuatan,
Dan bukanlah kesempurnaan itu,
Hanya berupa ucapan.
Berbuatlah demi cita-cita,
Dan jangan hanya pandai bicara,
Dunia ini bukan tempat menetap,
Tetapi hanya tempat berlabuh.
LEADERSHIP ( KEPEMIMPINAN )
LEADERSHIP ( KEPEMIMPINAN )
Pokok Bahasan :
1. Teori munculnya pemimpin di masyarakat
2. Tipologi kepemimpinan
3. Pola kepemimpinan efektif
Tujuan :
1. Peserta memahami teori munculnya pemimpin di masyarakat
2. Perserta memahami karakteristik, sosok dan citra diri seorang pemimpin
3. Peserta memahami bagaimana peran dan tanggung jawab seorang pemimpin sebagai bentuk kepemimpinan yang efektif
Pengertian
Kepemimpinan merupakan masalah yang sangat penting dalam menejemen. Bahkan ada yang menilai bahwa kepemimpinan adalah jantungnya intinya menejemen. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk dapat menggerakkan dan membina orang atau kelompok orang – orang, sehngga mau berbuat / berkarya secara efektif dan efesien dalam rangka mencapai tujuan administrasi.
Leadership dan manajemen bisa sama dan bisa berbeda. Dapat dikatakan bahwa semua leader adalah manajer, tetapi tidak semua manajer menjadi leader. Manajer biasanya menggunakan kekuasaan yang melekat pada jabatannya atau organisasinya untuk memipin orang. Sedangkan seorang leader biasanya mempengaruhi orang lain dengan gaya dan keahliannya memimpin tanpa mengendalikan kekuasaan. Adapaun konsepsi mengenai kepemimpinan harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting, yaitu :
1. Kekuasaan
2. Kewibawaan
3. Kemampuan
A. TEORI MUNCULNYA PEMIMPIN DIMASYARAKAT
Tiga teori munculnya pemimpin adalah :
a. Teori genetis
b. Teori sosial
c. Teori ekologi
1. Teori genetis
a. Pemimpin tidak dibuat, akan tetapi dilahirkan menjadi pemimpin karena dari bakatnya sejak lahir.
b. Ditekdirkan lahir menjadi pemimpin, dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga.
2. Teori sosial yaitu : lawan dari teori genetis bahwa pemimpin itu harus disiapkan dan dibentuk, tidak terlahir saja dan semua orang bisa menjadi pemimpin melalui usaha dan penyiapan pendidikan
3. Teori ekologi : ( teori ini reaksi dari kedua teori tersebut diatas ) yaitu seorang akan sukses menjadi pemimpin, bila sejak lahirnya dia telah memilki bakat – bakat kepemimpinan, dan bakat – bakat ini sangat
C. TYPE –TYPE KEPEMIMIPINAN.
Pemimpin itu mempunyai sifat , temperemen , watak dan keperibadian sendiri yangunuik, khas, sehingga tinkah laku dan gayanya sendiri yangmembedakan dirinya dengan orang lain. Gayadan type hidupnya ini pasti akan mewarnai prilaku dan type kepemimpinannya. Sehingga muncullah beberapa type kepemimpinan sebagai berikut:
1. Type kharismatik : Type pemimpin kharismatik tidak menghendaki dayatarik dan wibawa yang luar biasa, saehingga mempunyai pengkut yang jumblahnya sanat besar . Dia dianggapnya mempuanyai kekuatan ghaib yangdiperolehnya dari kekuatan yang maha esa.
2. Type paternalistis : (type kepemimpinan yang kebapakan ) dengan sifat-siatnya antara lain : a. Menganggap bawahanya sebagai manusia yang belum dewasa . b. bersikap terlalu melindungi .c. selalu bersikap mahu tahu dan maha benar.
3. Type militeristik : type mempuyai sifat-sifat antara lain: a. lebih banyak menggunakan sistem perintah terhadap bawahannya . b. Menuntut adanya disiplin keras dan kaku dari bawahannya c. tidak menghendaki saran – saran dan kritik dari bawahannya. d. komunikasi hanya berlangsung searah saja.
4. Type otokratis : Kepemimpinan otokrat mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang selalu harus dipatuhi. Pemimpin selalu mau berperan sebagai " pemain tunggal " .
5. Type laisser faire : Type pemimpin type laisser faire praktis tidak memimpin, sebab dia memberikan kelompoknya berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi dalam kelompoknya. Semua pekerjaan harus dilakukan oleh bawahannya. Dia merupakan pemimpin simbol, dan biasanya tidak memilki ketrampilan teknis.
6. Type demokratis : kepemimpinan demokratis memberikan bimbingan efisien kepada para pengikutnya, terdapat koordinasi pekerjaan dari semua bawahan dengan penekanan rasa tanggung jawab internal dan bekerja sama yang baik. Pemimpin demokratis menghargai setiap potensi individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan, bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing – masing, dan mampu memanfaatkan setiap anggota dengan selektif mungkin pada saat kondisi yang tepat.
D. FUNGSI PEMIMPIN
Menurut rustam Effendi ( 1995 : 245 ) fungsi pemimpin secara umum dapat meliputi :
1. Menuntut
2. Membimbing
3. Memberi atau membangunkan motivasi – motivasi kerja
4. Mengemudikan organisasi
5. Menjalin jaringan – jaringan komunikasi yang baik
6. Supervisi yang efisien, dan
7. Membawa para pengikutnya kepada sasarannya yang dituju dengan ketentuan waktu dan perencanaan.
Adapun fungsi pokok pemimpin adalah :
1. Fungsi perencanaan
2. Fungsi memandang kedepan
3. Fungsi pengawasan
4. Fungsi mengambil keputusan
5. Fungsi memberi hadiah
E. SYARAT – SYARAT PEMIMPIN
Adapun syarat – syarat pemimpin adalah sebagai berikut :
1. Taqwa
2. Sehat
3. Cakap dan cerdik
4. Setia pada tugas
5. Disiplin
6. Adil dan bijaksana
7. Berkemauan keras
8. Berani dan tegas mengambil tindakan
9. Percaya diri
10. Inovativ dan kreatif
11. Berwawasan luas kedepan
12. Penuh tanggung jawab
13. Ucapan sama dengan tindakan
14. Mengutamakan kepentingan orang lain
15. Ambisi dan orientasi pada pencapaian hasil
F. SIFAT KETELADAN KEPEMIMPINAN ROSULULLAH SAW.
Michael Hart dalam bukunya 100 tokoh dunia ( 1994 ) yang paling dihormati menempatkan Muhammad SAW sebagai pemimpin urutan pertama, mengapa ? alasan pokoknya adalah tidak ada pemimpin sekaliber Muhammad SAW dimana pengikutnya begitu cepat bertambah, dan begitu fanatik terhadapnya kendatipun mereka tidak pernah menemuinya bahkan semakin lama semakin disanjung – sanjung ajarannya.
Sifat – sifat kepemimpinan Nabi Muhammad SAW sudah banyak disanjung bahkan Allah berfirman dalam Al – Qur'an 33 : 21 yang artinya : Sesungguhnya telah ada pada diri Rosululloh itu suri tauladan yangbaik bagimu yaitu bagi orang – orang yang mengharapkan rahmat Allah di hari kiamat dan di banyak menyebut nama Allah.
Nabi Muhammad SAW hidup bukan untuk dirinya, beliau berasal dari keluarga miskin tanpa unsur warisan harta dan kekuasaan, beliau mandiri, jujur, penyabar, adil, mempunyai visi kedepan, berwawasan jangka panjang, tegas, dipercaya dan menyayangi bawahannya.
G. UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KEPEMIMPINAN
Menjadi seorang pemimpin yang sukses dan berkualitas diperlukan beberapa faktor yang dapat menunjang antara lain :
1. Sehat jasmani dan rohani
2. Selalu berusaha beramal dan berakhlaqul karimah
3. Selalu berusaha meningkatkan pengetahuan dari berbagai bidang ilmu
4. Selalu berusaha menambah pengalaman dan latihan kepemimpinan
MANAJEMEN KONFLIK
MANAJEMEN KONFLIK
Semacam Pendahuluan
Menurut pandangan kontemporer, konflik bukan saja sesuatu hal yang tidak dapat dihindari, melainkan ia merupakan pula suatu kondisi yang perlu untuk orang-orang dan organisasi-organisasi supaya mereka dapat bersikap adaptif terhadap perubahan.
Tingkat perubahan tertentu diperlukan bagi ketahanan dan pertumbuhan keorganisasian, dan dalam hubungan ini konflik dapat bermanfaat sebagai sebuah elemen yang menunjang perubahan tersebut.
Mengingat bahwa adanya peranan potensial yang bermanfaat dari konflik, maka menurut pandangan kontemporer, konflik itu perlu di “manaje”.
Pengertian Manajemen Konflik
Manjemen konflik (conflict management) mengandung arti bahwa konflik dapat memainkan peranan dalam rangka upaya pencapaian sasaran-sasaran secara efektif serta efisien.
Mengingat bahwa konflik keorganisasian dengan cepat dapat bereskalasi, dan merusak kultur suatu organisasi, maka kegiatan memanaje konflik keorganisasian merupakan sebuah prioritas penting.
Setiap organisasi perlu mengimbangkan kebutuhan untuk menciptakan konflik “baik” tertentu (yang dapat mengatasi inersia, dan memungkinkan proses belajar keorganisasian baru) dengan kebutuhan untuk mencegah konflik “baik” tersebut berkembang menjadi konflik “buruk” (yang menyebabkan suatu kekacauan dalam koordinasi dan integrasi antara fungsi-fungsi dan divisi-divisi yang ada).
Dua macam strategi yang seringkali digunakan para manajer guna mengatasi masalah konflik:
- mengubah struktur sesuatu organisasi untuk mengurangi atau meniadakan sumber konflik, atau
- mencoba mengubah sikap para individu, atau para individu-individu itu sendiri.
Dari
uraian yang disajikan dapatlah kita menarik kesimpulan bahwa: konflik
sebaiknya jangan sekedar dihindari, dikurangi atau diatasi: jadi,
konflik perlu dimanaje. Ada pendapat yang mengatakan bahwa memanaje
konflik dapat mengandung arti: “secara aktif mencari konflik, atau
menciptakan secara positif kondisi-kondisi yang menyebabkan timbulnya
konflik”
Macam-macam/model manajemen konflik
Tiga macam cara pokok untuk menghadapi dan menangani konflik, yakni melalui:
- dominasi atau supresi(domination or supression);
- kompromis (compromise); dan
- integrasi (integration).
Dominasi atau Supresi
Tindakan dominasi dan supresi, biasanya memiliki dua macam persamaan yakni :
1. mereka menekan konflik, dan bukan menyelesaikannya, dengan jalan mendesaknya ke latar belakang;
2. mereka menciptakan suatu situasi menang-kalah, di mana pihak yang kalah terpaksa tunduk kepada otoritas lebih tinggi atau kekuatan lebih besar, yang akhirnya menyebabkan timbulnya perasaan tidak puas dan sikap bermusuhan.
Dominasi dan supresi dapat terjadi melalui cara-cara berikut:
- Memaksakan (forcing)
- Meredakan (smoothing)
- Menghindari (avoidance)
- Suara terbanyak (majority rule)
Kompromis
Melalui tindakan kompromis, para manajer berupaya untuk menyelesaikan konflik dengan jalan meyakinkan para pihak yang berkonflik untuk mengorbankan sasaran-sasaran tertentu agar dapat diraih sasaran-sasaran lain.
Keputusan-keputusan yang dicapai melalui jalan kompromis, kiranya tidak akan menimbulkan frustasi di kalangan mereka yang sedang berkonflik ataupun tidak akan terjadi perasaan bermusuhan. Namun, dipandang dari sudut keorganisasian, kompromis merupakan sebuah metode penyelesaian konflik lemah, karena ia biasanya tidak menyebabkan timbulnya suatu solusi yang dapat membantu organisasi yang bersangkutan mencapai tujuan-tujuannya dengan cara terbaik. Hal yang sekedar dicapai oleh solusi tersebut adalah bahwa masing-masing pihak dalam konflik yang ada, dapat hidup dengannya.
Pemecahan problem secara integratif
Melalui metode ini, konflik antar kelompok dikonversi menjadi sebuah situasi pemecahan problem bersama yang dapat dihadapi dengan tehnik-tehnik pemecahan masalah. Pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik secara bersama-sama berupaya memecahkan problem yang muncul antar mereka.
Pada metode ini, orang justru tidak berupaya untuk menekan konflik, atau berupaya mencapai suatu kompromis, tetapi pihak yang berkonflik secara terbuka berupaya untuk menemukan sebuah pemecahan masalah yang dapat diterima oleh mereka.
Ada tiga macam tipe metode penyelesaian konflik secara integratif, yaitu;
- konsensus (consensus);
- konfrontasi (confrontation);
- penggunaan tujuan-tujuan superordinat (superordinate goals).
Pada metode konsensus, pihak yang berkonflik dipertemukan untuk mencapai solusi terbaik dalam hal memecahkan problem yang dihadapi mereka, dan dalam hal hubungan ini tidak akan diupayakan supaya salah satu pihak mencapai kemenangan. Konsensus kelompok seringkali akan memberikan suatu solusi yang lebih efektif dibandingkan dengan solusi yang ditawarkan oleh seorang individu. Tetapi, adalah penting untuk mencegah timbulnya sebuah konsensus yang bersifat prematur, di mana solusi yang dipilih hanya mencerminkan keinginan untuk menyelesaikan konflik yang ada secepat mungkin, dan bukanlah ditujukan untuk meraih solusi solusi yang terbaik.
Pada metode konfrontasi, pihak yang berkonflik menyatakan pandangan mereka masing-masing secara langsung dan terbuka kepada masing-masing pihak. Kemudian, alasan-alasan mengapa terjadinya konflik dipelajari, dan dicari metode-metode untuk menyelsaikan konflik yang ada. Dengan kepemimpinan yang terampil dan kesediaan untuk menerima tekanan yang berkaitan dengannya oleh semua pihak, maka seringkali dapat dicapai suatu solusi yang rasional.
Penetapan tujuan-tujuan-tujuan subordinat dapat pula dijadikan sebuah metode penyelesaian konflik, karena ia dapat mengalihkan perhatian pihak yang terlibat dari konflik yang ada dari tujuan-tujuan mereka yang bersaingan dan terpisah.
Senin, 27 April 2015
SEJARAH KELAHIRAN IPNU – IPPNU
Bila Presiden RI pertama, Ir Soekarno, pernah mengatakan bahwa “Jangan sekali-sekali melupakan sejarah” dan “Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak akan lupa pada sejarah pendahulunya”.
Maka demikian pula seharusnya dalam misi perjuangan IPPNU. Roh dari
para pendahulu yang demikian berjasa harus selalu mengilhami perjuangan
masa kini, tidak akan lupa seorang pemimpin kepada sejarah yang telah
membesarkan nama organisasi yang dipimpinnya.
Sejarah kelahiran IPPNU dimulai dari
perbincangan ringan oleh beberapa remaja putri yang sedang menuntut ilmu
di Sekolah Guru Agama (SGA) Surakarta, tentang keputusan Muktamar NU
ke-20 di Surakarta. Maka perlu adanya organisasi pelajar di kalangan
Nahdliyat. Hasil obrolan ini kemudian dibawa ke kalangan NU, terutama
Muslimat NU, Fatayat NU, GP. Ansor, IPNU dan Banom NU lainnya untuk
membentuk tim resolusi IPNU putri pada kongres I IPNU yang akan diadakan
di Malang. Selanjutnya disepakati bahwa peserta putri yang akan hadir
di Malang dinamakan IPNU putri.
Dalam suasana kongres, yang dilaksanakan
pada tanggal 28 Februari – 5 Maret 1955, ternyata keberadaan IPNU putri
masih diperdebatkan secara alot. Rencana semula yang menyatakan bahwa
keberadaan IPNU putri secara administratif menjadi departemen dalam
organisasi IPNU. Namun, hasil pembicaraan dengan pengurus teras PP IPNU
telah membentuk semacam kesan eksklusifitas IPNU hanya untuk pelajar
putra. Melihat hasil tersebut, pada hari kedua kongres, peserta putri
yang terdiri dari lima utusan daerah (Yogyakarta, Surakarta, Malang,
Lumajang dan Kediri) terus melakukan konsultasi dengan jajaran teras
Badan Otonom NU yang menangani pembinaan organisasi pelajar yakni PB
Ma’arif (KH. Syukri Ghozali) dan PP Muslimat (Mahmudah Mawardi). Dari
pembicaraan tersebut menghasilkan beberapa keputusan yakni:
- Pembentukan organisasi IPNU putri secara organisatoris dan secara administratif terpisah dari IPNU
- Tanggal 2 Maret 1955 M/ 8 Rajab 1374 H dideklarasikan sebagai hari kelahiran IPNU putri.
- Untuk menjalankan roda organisasi dan upaya pembentukan-pembentukan cabang selanjutnya ditetapkan sebagai ketua yaitu Umroh Mahfudhoh dan sekretaris Syamsiyah Mutholib.
- PP IPNU putri berkedudukan di Surakarta, Jawa Tengah.
- Memberitahukan dan memohon pengesahan resolusi pendirian IPNU putri kepada PB Ma’arif NU. Selanjutnya PB Ma’arif NU menyetujui dan mengesahkan IPNU putri menjadi Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).
Dalam perjalanan selanjutnya, IPPNU telah
mengalami pasang surut organisasi dan berbagai peristiwa nasional yang
turut mewarnai perjalanan organisasi ini. Khususnya di tahun 1985,
ketika pemerintah mulai memberllakukan UU No. 08 tahun 1985 tentang
keormasan khusus organisasi pelajar adalah OSIS, sedangkan organisasi
lain seperti IPNU-IPPNU, IRM dan lainnya tidak diijinkan untuk memasuki
lingkungan sekolah. Oleh karena itu, pada Kongres IPPNU IX di Jombang
tahun 1987, secara singkat telah mempersiapkan perubahan asas organisasi
dan IPPNU yang kepanjangannya “Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama”
berubah menjadi “Ikatan Putri-Putri Nahdlatul Ulama”.
Selanjutnya, angin segar reformasi telah
pula mempengaruhi wacana yang ada dalam IPPNU. Perjalanan organisasi
ketika menjadi “putri-putri” dirasa membelenggu langkah IPPNU yang
seharusnya menjadi organisasi pelajar di kalangan NU. Keinginan untuk
kembali ke basis semula yakni pelajar demikian kuat, sehingga pada
kongres XII IPPNU di Makasar tanggal 22-25 Maret tahun 2000
mendeklarasikan bahwa IPPNU akan dikembalikan ke basis pelajar dan
penguatan wacana gender.
Namun, pengembalian ke basis pelajar saja
dirasa masih kurang. Sehingga pada Kongres ke XIII IPPNU di Surabaya
tanggal 18-23 Juni 2003, IPPNU tidak hanya mendeklarasikan kembali ke
basis pelajar tetapi juga kembali ke nama semula yakni “Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama”. Dengan
perubahan akronim ini, IPPNU harus menunjukkan komitmennya untuk
memberikan kontribusi pembangunan SDM generasi muda utamanya di kalangan
pelajar putri dengan jenjang usia 12-30 tahun dan tidak terlibat pada
kepentingan politik praktis yang bisa membelenggu gerak organisasi.
Namun perlu juga dipahami bahwa akronim “pelajar” lebih diartikan pada
upaya pengayaan proses belajar yang menjadi spirit bagi IPPNU dalam
berinteraksi dan bersosialisasi dengan seluruh komponen masyarakat
Indonesia dengan mengedepankan idealisme dan intelektualisme .
Visi Misi IPPNU
Visi perjuangan IPPNU adalah terbentuknya
kesempurnaan pelajar putri Indonesia yang bertakwa, berakhlakul
karimah, berilmu dan berwawasan kebangsaan. Yang kemudian dijabarkan
dalam misi perjuangannya yakni:
- Membangun kader NU yang berkualitas, berakhlakul karimah, bersikap demokratis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
- Mengembangkan wacana dan kualitas sumberdaya kader menuju terciptanya kesetaraan gender.
- Membentuk kader yang dinamis, kreatif dan inovatif.
a. Sifat
IPPNU bersifat keterpelajaran, kekeluargaan , kemasyarakatan dan keagamaan.
b. Fungsi
o Wadah berhimpun pelajar Nu untuk melanjutkan semangat jiwa dan nilai-nilai nahdliyin
o Wadah komunikasi pelajar NU dalam pelaksanaan dan pengembangan syariat Islam
o Wadah aktualisasi pelajar NU dalam pelaksanaan dan pengembangan syaria’at Islam
c. Azas
Berazaskan Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradap, persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan dan
keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
d. Aqidah
Beraqidah Islam yang berhaluan Ahlussunnah wal jama’ah dengan mengikuti salah satu madzhab hanafi, syafi’i, maliki dan hambali
Tujuan
Ø Membangun kader Nu yang berkualitas,
berakhlakul karimah, bersifat demokratis dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Ø Mengembangkan wacana dan kualitas sumber daya kader menuju terciptanya kesetaraan gender.
Ø Membentuk kader yang dinamis, kreatif dan inovatif.
SEJARAH KELAHIRAN IPPNU
Bermula dari perbincangan ringan yang
dilakukan oleh beberapa remaja putri yang sedang menuntut ilmu di
Sekolah guru Agama (SGA) Surakarta, tentang keputusan Muktamar NU ke-20
di Surakarta. Maka perlu adanya organisasi pelajar di kalangan
Nahdliyat. Dalam keputusan ini di kalangan NU, Muslimat NU, Fatayat NU,
GP. Ansor, IPNU dan Banom NU lainnya untuk membentuk tim resolusi IPNU
putri pada kongres I IPNU di Malang Jawa Timur, selanjutnya disepakati
dalam pertemuan tersebut bahwa peserta putri yang akan hadir di kongres
Malang di namakan IPNU putri.
Dalam suasana kongres ternyata keberadaan
IPNU putri nampaknya masih diperdebatkan dengan secara alot. Semula
direncanakan secara administratif hanya menjadi departemen di dalam
tubuh organisasi IPNU. Sementara hasil negosiasi dengan pengurus teras
PP IPNU telah membentuk semacam kesan eksklusivitas IPNU hanya untuk
pelajar putra. Melihat hasil tersebut maka pada hari kedua kongres,
peserta putri yang hanya diwakili lima daerah (Yogyakarta, Surakarta,
Malang, Lumajang, dan Kediri) terus melakukan konsultasi dengan dua
jajaran di pengurus teras Badan Otonom NU yang menangani pembinaan
organisasi pelajar yaitu PB Ma’arif (saat itu dipimpin Bpk. KH. Syukri
Ghozali) dan ketua PP Muslimat NU (Mahmudah Mawardi). Maka dari
pembicaraan selama beberapa hari telah membuat keputusan sebagai
berikut:
1. Tanggal 28 Februari – 5 Maret2. Pembentukan Organisasi IPNU putri secara organisatoris dan secara administratif terpisah dengan IPNU
3. Tanggal 2 maret 1995M/8 Rajab 1374 H dideklarasi8kan sebagai hari kelahiran IPNU putri
4. Untuk menjalankan roda organisasi dan
upaya pembentukan pembentukan cabang selanjutnya ditetapkan sebagai
ketua yaitu UMROH MAHFUDHOH dan sekretarisnya bernama SYAMSIYAH
MUTHOLIB.
5. PP IPNU putri berkedudukan di Surakarta Jawa Tengah.
6. Memberitahukan dan memohon pengesahan
resolusi pendirian IPNU putri kepada PB Ma’arif NU, kemudian PB Ma’arif
NU menyetujui dengan merubah nama IPNU putri menjadi IPPNU(Ikatan
Pelajar Putri Nahdlatul Ulama) PERJALANAN IPPNU DARI MASA KE MASA
Sejalan dengan adanya pelaksanaan
konggres dari beberapa zaman ( Kemerdekaan, Orla, orba, Era reformasi)
tentu mengalami berbagai peristiwa yang sangat menonjol dalam suatu
keputusan kongres, dan dalam perjalanan IPNU dari masa ke masa antara
lain :
1. Bulan Februari 1956 diadakan konferensi IPPNU di Surakarta
2. Tanggal 1-4 Januari 1957 pada muktamar
IPNU di Pekalongan IPPNU ikut serta. Acara itu diisi olahraga dan juga
menghasilkan lambang IPNU-IPPNU
3. Tanggal 14-17 Maret 1960 diadakan
Konbes I di Yogyakarta, membicarakan tentang keorganisasian,
kemahasiswaan, Pendidikan Islam serta bahasa Arab
4. Tahun 1964 dilaksanakan Konbes III bersama IPNU di Pekalongan, dengan menghasilkan :
a. Doktrin Pekalongan
b. Mengusulkan agar KH. Hasyim Asy’ari sebagai pahlawan
5. Tanggal 30 Agustus 1966 dalam konggres di Surabaya IPNU dan IPPNU memohon pada PBNU untuk menerimanya sebagai badan otonom
6. Tahun 1967 pada Muktamar NU di Bandung, resmilah IPPNU dimasukkan dalam PD/PRT NU sebagai badan otonom sampai sekarang
7. Pada perkembangan berikutnya nampak
pemerintah juga tidak ingin mengambil resiko membiarkan dunia akademik
terkontaminasi dengan unsur politik manapun, sehingga diberlakukan UU
No. 8 tahun 1985 tentang keormasan khusus untuk organisasi ekstra
pelajar adalah OSIS, selama itu IPPNU mengalami stagnasi pengkaderan dan
PP didominasi oleh para aktivis yang usianya sudah melebihi batas. Maka
pada konggres IX IPPNU di jombang tahun 1987, secara singkat telah
mempersiapkan perubahan asas organisasi dan IPPNU yang kepanjanganya
IKATAN PELAJAR PUTRI NAHDLATUL ULAMA telah berubah menjadi IKATAN
PUTRI-PUTRI NAHDLATUL ULAMA.
8. Bulan Oktober 1990 pada Konbes IPPNU di lampung, menghasdilkan citra diri dan memantapkan PPOA IPPNU.
9. Pada konggres X IPPNU tahun 1991 di
ponpes AL WAHDAH lasem jawa tengah, telah menguatkan independensi IPPNU
dan IPNU yang merupakan organisasi terpisah.
10. Tanggal 10-14 juli 1996 di pesantren
Al Musyaddidah garut Jabar mengadakan konggres XI IPPNU, yang menekankan
usia kepemudaan di tubuh IPNU supaya sejajar dengan organisasi pemuda
yang lain.
11. Konbes bulan september 1998 di
Jakarta, menghasilkan rekomendasi yang samgat menonjol di era reformasi
yaitu bahwa IPPNU menyambut baik pendirian PKB yang tidak menggumakan
nama NU
12. Tanggal 22-25 Maret 2000, pelaksanaan
konggres XII IPPNU di Makassar Ujung Pandang, telah mendeklarasikan
bahwa IPPNU akan dikembalikanke basis kepelajaran dan wacana Gender.
13. Tanggal 18 –23 Juni 2003 kongres XIII
IPPNU di asrama haji sukolilo Surabaya mengembalikan IPPNU kepada
Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama
Tokoh – tokoh yang pernah menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat IPPNU adalah :
1. Rekanita Umroh Mahfudzoh ( Gresik Jatim. 1955 – 1956 )2. Rekanita Basyiroh Soimuri ( Solo Jateng. 1956 – 1968 )
3. Rekanita Basyiroh Soimuri ( Solo Jateng. 1968 – 1960 )
4. Rekanita Mahmudah Nachrowi ( Malang Jatim. 1960 – 1963 )
5. Rekanita Farida Mawardi ( Surakarta. 1963 – 1966 )
6. Rekanita Mahsanah Asnawi ( Rembang. 1966 – 1970 )
7. Rekanita Ratu Ida Mawaddah ( Serang Banten. 1970 – 1976 )
8. Rekanita Misnar ma’ruf ( Padang Sumbar. 1976 – 1981 )
9. Rekanita Titin Asiyah ( Jakarta. 1981 – 1988 )
10. Rekanita Ulfah Masfufah ( Jatim 1988 – 1991 ; 1991 – 1996 )
11. Rekanita Safira Mahrusah (Yogyakarta. 1996 – 2000 )
12. Ratu Dian Hatifah ( Banten. 2000 – 2003 )
13. Siti Soraya Devi ( Cirebon. 2003 – 2006 )
14. Wafa Patria Ummah ( Jatim. 2006 – 2009 )
HUBUNGAN IPNU – IPPNU DAN ORMAS LAIN
Kaitan IPNU – IPPNU dan NU, bahwa IPNU
& IPPNU secara organisatoris merupakan badan otonom NU yang resmi
tercantum pada Anggaran Rumah Tangga NU pasal 27 poin 6 bagian f, hasil
mukatamar NU lirboyo jawa timur yang mana bahwa IPNU & IPPNU
mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan badan otonom yang lain.
Hubungan IPNU dengan IPPNU, bahwa IPNU
merupakan mitra kerja IPPNU, sedangkan hubungan IPNU & IPPNU dengan
ormas lain , bahwa IPNU & IPPNU mempunyai kedudukan yang sejajar
dengan ormas yang lain yang tergabung dalam satu wadah pembinaan dan
pengembangan generasi muda (KNPI).
MENEJEMEN ORGANISASI
Pokok Bahasan :
1. Pengertian, fungsi dan manfaaat manajemen
2. Manajemen organisasi non profit
Tujuan :
1. Mengerti dan memahami fungsi, manfaat dan bentuk – bentuk manajemen
2. Mengetahui bagaimana memilih dan menerapkan manajemen yang tepat.
Pendalaman Materi
Bila dipelajari dari literatur manajemen, maka akan jelas bahwa isitilah manajemen mengandung tiga pengertian, pertama : Manajemen sebagai proses kedua : Manajemen sebagai kolektifitas orang yang melakukan manajemen dan ketiga : Manajemen sebagai suatu seni ( ART ) dan sebagai ilmu.
Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan dari pada sumber daya, terutama sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
FUNGSI – FUNGSI DASAR MANAJEMEN
1. Planning ( Perencanaan )
Adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya ada yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa.
Tipe – tipe planning :
a. Rencana strategi ( strategic planning )
Proses pemilihan tujuan – tujuan organisasi, penentuan strategi, kebijakasanaan dan program – program strategis yang diperlukan untuk tujuan yang sudah ditetapkan.
b. Rencana operasional ( operasional planning )
Rencana operasional ini dibagi menjadi dua :
Rencana operasional sekali pakai : Adalah rencana untuk mencapai tujuan organiasi tertentu yang tidak dapat berulang dalam bentuk yang sama di waktu mendatang.
Rencana operasional tetap : Adalah rencana yang berupa kebijaksanaan, prosedur dan aturan yang ditetapkan dan akan terus ditetapkan sampai perlu diadakan perubahan ataupun dihapus.
Tahap – tahap planning :
a. Menentukan tujuan atau serangkaian tujuan
b. Merumuskan keadaan / kondisi saat ini
c. Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan
d. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan
Syarat – syarat planning :
a. Tujuan dirumuskan dengan jelas
b. Sederhana / simple tetapi tidak remeh, tidak terlalu tinggi tetapi rasional, mudah dipahami dan dilaksanakan.
c. Sifatnya fleksibel ( dapat menyesuaikan )
d. Ada keseimbangan planning ke luar dan kedalam
e. Membuat analisa dan pengelompokan kegiatan yang direncanakan
Manfaat Planning :
a. Tujuan dapat sesuai dan jelas
b. Merupakan guide ( petunjuk ) bagi anggota
c. Merupakan control/alat pengendali pelaksanaan kerja organisasi
d. Menjamin sumber – sumber secara efektif dan efisien
e. Memudahkan koordinasi
2. Organizing ( Pengorganisasian )
Adalah proses pengelompokan orang – orang, alat – alat, tugas dan tanggung jawab atau wewenang sedemikian rupa sedemikian rupa sehingga tercipta satu kesatuan kerja yang utuh dalam rangka mencapai tujuan.
Proses Organizing :
a. Perumusan tujuan harus jelas dan lengkap, baik bidang, ruang lingkup, sasaran keahlian, serta peralan yang diperlukan sehingga diketahui besar kecilnya organisasi.
b. Penetapan tugas pokok, yaitu sasaran yang dibebankan pada organisasi untuk dicapai.
c. Perincian kegiatan / membuat skala prioritas.
d. Pengelompokan kegiatan
e. Departementasi yaitu proses penobatan fungsi – fungsi menjadi kesatuan kerja, misalnya : biro, bagian, dll.
f. Penetapan otoritas / wewenagn / kekuasaan.
g. Staffing / rekrutmen / penarikan anggota.
3. Actuating ( penggerakan )
Adalah tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota / orang mau melaksanakan dan berusaha untuk mencapai tujuan sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
4. Controlling ( pengawasan )
Adalah tindakan yang mengusahakan agar setiap kegiatan yang dilakukan tidak menyimpang dari rencana yang sudah ditetapkan.
Tehnik pengawasan :
a. Pengawasan preventif/steering control yaitu pengawasan yang bersifat pencegahan dari kemungkinan penyimpangan kegiatan yang dilakukan.
b. Pengawasan pantangan / yes no control yaitu pengawasan yang berupa ketentuan tentang hal yang boleh dilakukan dan hal yang tidak boleh dilakukan.
c. Pengawasan remedial / post action control yaitu pengawasan yang bersifat pengobatan terhadap terjadinya hal – hal yang menyimpang dari perencanaan.
1. Pengertian, fungsi dan manfaaat manajemen
2. Manajemen organisasi non profit
Tujuan :
1. Mengerti dan memahami fungsi, manfaat dan bentuk – bentuk manajemen
2. Mengetahui bagaimana memilih dan menerapkan manajemen yang tepat.
Pendalaman Materi
Bila dipelajari dari literatur manajemen, maka akan jelas bahwa isitilah manajemen mengandung tiga pengertian, pertama : Manajemen sebagai proses kedua : Manajemen sebagai kolektifitas orang yang melakukan manajemen dan ketiga : Manajemen sebagai suatu seni ( ART ) dan sebagai ilmu.
Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan dari pada sumber daya, terutama sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
FUNGSI – FUNGSI DASAR MANAJEMEN
1. Planning ( Perencanaan )
Adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya ada yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa.
Tipe – tipe planning :
a. Rencana strategi ( strategic planning )
Proses pemilihan tujuan – tujuan organisasi, penentuan strategi, kebijakasanaan dan program – program strategis yang diperlukan untuk tujuan yang sudah ditetapkan.
b. Rencana operasional ( operasional planning )
Rencana operasional ini dibagi menjadi dua :
Rencana operasional sekali pakai : Adalah rencana untuk mencapai tujuan organiasi tertentu yang tidak dapat berulang dalam bentuk yang sama di waktu mendatang.
Rencana operasional tetap : Adalah rencana yang berupa kebijaksanaan, prosedur dan aturan yang ditetapkan dan akan terus ditetapkan sampai perlu diadakan perubahan ataupun dihapus.
Tahap – tahap planning :
a. Menentukan tujuan atau serangkaian tujuan
b. Merumuskan keadaan / kondisi saat ini
c. Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan
d. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan
Syarat – syarat planning :
a. Tujuan dirumuskan dengan jelas
b. Sederhana / simple tetapi tidak remeh, tidak terlalu tinggi tetapi rasional, mudah dipahami dan dilaksanakan.
c. Sifatnya fleksibel ( dapat menyesuaikan )
d. Ada keseimbangan planning ke luar dan kedalam
e. Membuat analisa dan pengelompokan kegiatan yang direncanakan
Manfaat Planning :
a. Tujuan dapat sesuai dan jelas
b. Merupakan guide ( petunjuk ) bagi anggota
c. Merupakan control/alat pengendali pelaksanaan kerja organisasi
d. Menjamin sumber – sumber secara efektif dan efisien
e. Memudahkan koordinasi
2. Organizing ( Pengorganisasian )
Adalah proses pengelompokan orang – orang, alat – alat, tugas dan tanggung jawab atau wewenang sedemikian rupa sedemikian rupa sehingga tercipta satu kesatuan kerja yang utuh dalam rangka mencapai tujuan.
Proses Organizing :
a. Perumusan tujuan harus jelas dan lengkap, baik bidang, ruang lingkup, sasaran keahlian, serta peralan yang diperlukan sehingga diketahui besar kecilnya organisasi.
b. Penetapan tugas pokok, yaitu sasaran yang dibebankan pada organisasi untuk dicapai.
c. Perincian kegiatan / membuat skala prioritas.
d. Pengelompokan kegiatan
e. Departementasi yaitu proses penobatan fungsi – fungsi menjadi kesatuan kerja, misalnya : biro, bagian, dll.
f. Penetapan otoritas / wewenagn / kekuasaan.
g. Staffing / rekrutmen / penarikan anggota.
3. Actuating ( penggerakan )
Adalah tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota / orang mau melaksanakan dan berusaha untuk mencapai tujuan sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
4. Controlling ( pengawasan )
Adalah tindakan yang mengusahakan agar setiap kegiatan yang dilakukan tidak menyimpang dari rencana yang sudah ditetapkan.
Tehnik pengawasan :
a. Pengawasan preventif/steering control yaitu pengawasan yang bersifat pencegahan dari kemungkinan penyimpangan kegiatan yang dilakukan.
b. Pengawasan pantangan / yes no control yaitu pengawasan yang berupa ketentuan tentang hal yang boleh dilakukan dan hal yang tidak boleh dilakukan.
c. Pengawasan remedial / post action control yaitu pengawasan yang bersifat pengobatan terhadap terjadinya hal – hal yang menyimpang dari perencanaan.
SEJARAH CBP
LATAR BELAKANG SEJARAH
Corps brigade pembangunan (CBP)
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama
Corps
Brigade Pembangunan (CBP) merupakan lembaga yang dibentuk pada tahun
1963 dalam hal itu di latar belakangi peristiwa persengketaan antara
Indonesia dengan Malaysia atau istilah populernya dikenal dengan istilah
“ Gayang Malaysia “, peristiwa politik tersebut yang berkaitan dengan
persengketaan antara Repuplik Indonesia dengan Malaysia memperebutkan
daerah Kalimantan Utara (Serawak).
Kondisi riil yang
terjadi pada saat itu untuk lebih jelas conteks_nya yaitu politik luar
negeri, terjadi pertentangan antara gagasan Presiden Soekarno yang anti Emperalisme dengan pihak barat yang berupaya menancapkan kukunya diwilayah Malaysia. Kemudian Presiden Soekarno mengintruksikan kepada elemen bangsa untuk segera membentuk Sukarelawan Perang dan siap menggayang Malaysia.
Intruksi Presiden tersebut secara lansung membuat seluruh elemen bangsa bersiap sedia untuk melawan Imperalisme
yang akan kembali menancapkan kukunya diwilayah Asia Tenggara, Asnawi
Latif pada waktu itu selaku Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul
Ulama yang merupakan bagian dari elemen bangsa merasa terpanggil untuk
berjuang bersama melawan iperalisme dari bangsa barat, yang terbentuk
dari kalangan pelajar Nahdhiyyin yang kemudian dinamakan Sukarelawan
Pelajar.
Deklarasi dibentuknya
sukarelawan Pelajar diadakan di Djogjakarta yang pada saat itu merupakan
lokasi dari kantor pusat PP IPNU, dan di barengi dengan parade militer
Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang merupakan wujud dari kesiapan RI
untuk Menggayang Malaysia.
Sejak saat itulah
kemudian Sukarelawan Pelajar yang dibentuk oleh Asnawi Latif tersebut
berjuang demi memperjuangkan Negara dan Bangsa untuk keutuhan NKRI.
Sukarelawan ini yang merupakan Embrio atau cikal bakal bagi berdirinya Corps Brigade Pembangunan (CBP) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama. Yang
kemudian ditetapkan pada Konferensi Besar IPNU di Pekalongan pada
tanggal 25 – 31 Oktober 1964 dengan nama Corps Brigade Pembangunan
(CBP). Yang kemudian dikenal dengan “doktrin Pekalongan”
Secara
etimologi Corps berasal dari bahasa Inggris yang memilki arti kesatuan
dalam komando, Brigade berarti pasukan yang disiapkan untuk bertempur
dan Pembangunan, memiliki arti membangun dalam rangka mengisi
kemerdekaan. Sedangkan secara terminologi Corps brigade pembangunan
berarti suatu lembaga yang dibentuk dalam satu komando untuk mengawal
pembangunan.
Pada
moment tersebut Asnawi Latief selaku ketua umum PP IPNU menunjuk Rekan
Harun Rosyidi untuk menjadi Komandan Teknis CBP. Pasca ditunjuk sebagai
komandan tehnis CBP, rekan harun rosyidi mengumpulkan kader-kader inti
IPNU yang berpotensi untuk selanjutnya dididik dan di latih kemiliteran
serta keamanan guna mengantisipasi gerakan yang membahayakan keutuhan
negara kesatuan republik Indonesia (NKRI) baik dari dalam maupun luar.
Kondisi ini ditempuh karena stabilitas politik dan kemanan yang tidak
menentu pada saat itu.
Kemudian,
pada tahun 1965 saat terjadinya peristiwa G 30 S PKI. CBP sangat
berperan aktif dalam upaya memberantas PKI dan antek-anteknya. Ghirrah
Patriotisme Pelajar tersebut setelah terjadinya perubahan rezim dan
perubahan kondisi sosial politik Indonesia semakin surut. CBP menjadi
sebuah nama yang semakin tenggelam. Hingga kemudian masa kepemimpinan
Hilmi Muhammadiyah Ketua Umum PP IPNU pada tahun 1999 CBP dideklarasikan
kembali di Pondok Pesantren Pancasila Sakti Klaten Jawa Tengah.
Pendeklarasian kembali ini merupakan upaya IPNU untuk bisa memberikan
kontribusinya secara lebih luas pada Ere reformasi yang sedang
gencar-gencarnya diteriakkan oleh masyarakat seluruh Indonesia.
Kemudian rekan Hilmi Muhammadiyah menunjuk rekan Agus Salim untuk menjadi Komandan Nasional CBP. Pasca ditunjuk sebagai Kornas CBP, rekan Agus Salim sangat gencar melakukan sosialisasi ke daerah-daerah untuk mengaktifkan kembali CBP sampai ketingkatan ranting, Hingga memasuki kongres XIII tahun 2000 di Makasar yang menetapkan rekan Abdullah Azwar Anas sebagai Ketua Umum IPNU, selanjutnya ditunjuklah Rekan Edisyam Risdiyanto komandan Nasional.
Kemudian rekan Hilmi Muhammadiyah menunjuk rekan Agus Salim untuk menjadi Komandan Nasional CBP. Pasca ditunjuk sebagai Kornas CBP, rekan Agus Salim sangat gencar melakukan sosialisasi ke daerah-daerah untuk mengaktifkan kembali CBP sampai ketingkatan ranting, Hingga memasuki kongres XIII tahun 2000 di Makasar yang menetapkan rekan Abdullah Azwar Anas sebagai Ketua Umum IPNU, selanjutnya ditunjuklah Rekan Edisyam Risdiyanto komandan Nasional.
Pada
masa ini CBP bergerak pada empat bidang yakni : Kepanduan,
Kepalangmerahan, SAR dan Cinta Alam. Rekan Edisyam berhasil merumuskan
kembali pola CBP dengan format baru yang terangkum dalam peraturan
organisasi/lembaga, penjabaran peraturan organisasi/lembaga serta sistem
pendidikan dan pelatihan sebagai acuan dan panduan kegiatan CBP
diseluruh Indonesia. Rumusan-rumusan tersebut dibukukan pada masa itu
yang disahkan pada masa kepemimpina Al Amin Nur Wahab Nasution sebagai
Pj Ketua Umum IPNU yang menggantikan Rekan Abdullah Azwar Anas.
Perjuangan
CBP tidak berhenti sampai disitu saja, pada Kongres XIV Surabaya tahun
2003 yang menetapkan Rekan Mujtahidur Ridlo sebagai Ketua Umum IPNU,
melanjutkan program CBP sebelumnya dibawah komando Rekan Ali Masdar
Hasibuan.
Pada
masa ini lebih banyak difokuskan pada praktek terjun kelapangan
terutama bidang SAR dan kepalang merahan, disebabkan seringnya terjadi
bencana skala nasional misalnya terjadinya Tsunami di Aceh, Tanah
Longsor di Banjar Negara, Banjir bandang di Jember, Gempa Jateng-Jogja,
Gempa dan Tsunami di Pengandaran Jawa Barat. Pada periode ini pula CBP
yang bergerak di empat bidang yakni : Kepanduan, Kepalangmerahan, SAR
dan Cinta Alam difokuskan menjadi 3 bidang yakni : Kemanusiaan,
Lingkungan Hidup dan Kedisiplinan yang ditetapkan dalam Rakornas CBP
pada 6 – 8 Januari 2006 bertempat di Wisma Depag Jakarta Selatan.
Program ini berlanjut hingga Kongres IPNU XV di Asrama haji Pondok Gede
Jakarta, 9 – 12 Juli 2006 yang menetapkan Rekan Idy Muzayyad sebagai
ketua umum IPNU dan selanjutnya menunjuk Rekan Alvin M Hasanil Haq
sebagai Komandan Nasional.
Pada
masa ini banyak hal yang dilakukan dalam rangka memajukan dan
mengembangkan potensi kader-kader CBP diantaranya : Kemah Pelajar Hijau
dalam Rangka Diklat Peduli Lingkungan 6 – 8 April 2007 di Ponpes Wali
Songo Gomang Singgahan Tuban, Workshop Ke-CBP-an 17 – 20 Mei 2007 di
Ponpes Maslakul Huda pati. Tidak sampai disitu saja CBP juga ikut serta
dalam berbagai event kemanusiaan misalnya pada saat terjadi Banjir
Bandang di Jakarta.
Hasil Workshop di Pati mengamanatkan CBP untuk menyelenggarakan
Rakornas yang kemudian terselenggara pada 22 – 25 Agustus 2007 bertempat
di Hotel Diamond Samarinda bersamaan dengan penyelenggaraan Rakernas
IPNU. Pada Rakornas ini diputusakan beberapa hal yang bekaitan dengan
Ke-CBP-an diantaranya adalah sasaran kegiatan CBP yang semula
Kemanusiaan, Lingkungan Hidup dan Kedisiplinan menjadi Kemanusiaan,
Lingkungan Hidup dan Bela Negara, kemudian juga pada Rakornas pada saat
itu merubahan nama dari Corps Brigade Pembangunan menjadi CORPS BARISAN
PELAJAR.
Pada kongres 14 terpilihnya Ahmad Syauqi kemudian menunjuk rekan Randi Ridwan
sebagai KORNAS berikutnya. Namun selama 1 th berjalan CBP tidak
mengalami kemajuan yang signifikan akhirnya melalui mekanisme reshufle
Ahmad Syauqi menunjuk rekan Muhammad Syahrial menggantikan Randi Ridwan
dan pada workshop CBP tanggal 26 – 28 Juni 2010 di Sidoarjo terjadi
beberapa perubahan yang signifikan pada tubuh CBP yakni :
1. Perubahan nama CORPS BARISAN PELAJAR dikembalikan menjadi CORPS BRIGADE PEMBANGUNAN
2. Mekanisme Lembaga yang sebelumnya DEWAN KOORDINASI menjadi DEWAN KOMANDO
3. Peraturan Organisasi dan Peraturan Administrasi (PO/PA) menjadi Peraturan Lembaga dan Administrasi (PLA) yang kemudian disahkan pada RAKORNAS Peraturan Diklat menjadi Petunjuk Pelaksanaan Teknis Operasi Pendidikan dan Pelatihan (Juklak Tekops Diklat)
4. Peraturan Dewan Komando Nasional tentang Nomor Induk Anggota sebagai dasar pembuatan Database CBP
Langganan:
Postingan (Atom)