MANAJEMEN KONFLIK
MANAJEMEN KONFLIK
Semacam Pendahuluan
Menurut pandangan
kontemporer, konflik bukan saja sesuatu hal yang tidak dapat dihindari,
melainkan ia merupakan pula suatu kondisi yang perlu untuk orang-orang
dan organisasi-organisasi supaya mereka dapat bersikap adaptif terhadap
perubahan.
Tingkat perubahan tertentu diperlukan bagi ketahanan dan
pertumbuhan keorganisasian, dan dalam hubungan ini konflik dapat
bermanfaat sebagai sebuah elemen yang menunjang perubahan tersebut.
Mengingat
bahwa adanya peranan potensial yang bermanfaat dari konflik, maka
menurut pandangan kontemporer, konflik itu perlu di “manaje”.
Pengertian Manajemen Konflik
Manjemen konflik (conflict management) mengandung arti bahwa konflik
dapat memainkan peranan dalam rangka upaya pencapaian sasaran-sasaran
secara efektif serta efisien.
Mengingat bahwa konflik keorganisasian
dengan cepat dapat bereskalasi, dan merusak kultur suatu organisasi,
maka kegiatan memanaje konflik keorganisasian merupakan sebuah prioritas
penting.
Setiap organisasi perlu mengimbangkan kebutuhan untuk
menciptakan konflik “baik” tertentu (yang dapat mengatasi inersia, dan
memungkinkan proses belajar keorganisasian baru) dengan kebutuhan untuk
mencegah konflik “baik” tersebut berkembang menjadi konflik “buruk”
(yang menyebabkan suatu kekacauan dalam koordinasi dan integrasi antara
fungsi-fungsi dan divisi-divisi yang ada).
Dua macam strategi yang seringkali digunakan para manajer guna mengatasi masalah konflik:
- mengubah struktur sesuatu organisasi untuk mengurangi atau meniadakan sumber konflik, atau
- mencoba mengubah sikap para individu, atau para individu-individu itu sendiri.
Dari
uraian yang disajikan dapatlah kita menarik kesimpulan bahwa: konflik
sebaiknya jangan sekedar dihindari, dikurangi atau diatasi: jadi,
konflik perlu dimanaje. Ada pendapat yang mengatakan bahwa memanaje
konflik dapat mengandung arti: “secara aktif mencari konflik, atau
menciptakan secara positif kondisi-kondisi yang menyebabkan timbulnya
konflik”
Macam-macam/model manajemen konflik
Tiga macam cara pokok untuk menghadapi dan menangani konflik, yakni melalui:
- dominasi atau supresi(domination or supression);
- kompromis (compromise); dan
- integrasi (integration).
Dominasi atau Supresi
Tindakan dominasi dan supresi, biasanya memiliki dua macam persamaan yakni :
1. mereka menekan konflik, dan bukan menyelesaikannya, dengan jalan mendesaknya ke latar belakang;
2.
mereka menciptakan suatu situasi menang-kalah, di mana pihak yang kalah
terpaksa tunduk kepada otoritas lebih tinggi atau kekuatan lebih besar,
yang akhirnya menyebabkan timbulnya perasaan tidak puas dan sikap
bermusuhan.
Dominasi dan supresi dapat terjadi melalui cara-cara berikut:
- Memaksakan (forcing)
- Meredakan (smoothing)
- Menghindari (avoidance)
- Suara terbanyak (majority rule)
Kompromis
Melalui
tindakan kompromis, para manajer berupaya untuk menyelesaikan konflik
dengan jalan meyakinkan para pihak yang berkonflik untuk mengorbankan
sasaran-sasaran tertentu agar dapat diraih sasaran-sasaran lain.
Keputusan-keputusan
yang dicapai melalui jalan kompromis, kiranya tidak akan menimbulkan
frustasi di kalangan mereka yang sedang berkonflik ataupun tidak akan
terjadi perasaan bermusuhan. Namun, dipandang dari sudut keorganisasian,
kompromis merupakan sebuah metode penyelesaian konflik lemah, karena ia
biasanya tidak menyebabkan timbulnya suatu solusi yang dapat membantu
organisasi yang bersangkutan mencapai tujuan-tujuannya dengan cara
terbaik. Hal yang sekedar dicapai oleh solusi tersebut adalah bahwa
masing-masing pihak dalam konflik yang ada, dapat hidup dengannya.
Pemecahan problem secara integratif
Melalui
metode ini, konflik antar kelompok dikonversi menjadi sebuah situasi
pemecahan problem bersama yang dapat dihadapi dengan tehnik-tehnik
pemecahan masalah. Pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik secara
bersama-sama berupaya memecahkan problem yang muncul antar mereka.
Pada
metode ini, orang justru tidak berupaya untuk menekan konflik, atau
berupaya mencapai suatu kompromis, tetapi pihak yang berkonflik secara
terbuka berupaya untuk menemukan sebuah pemecahan masalah yang dapat
diterima oleh mereka.
Ada tiga macam tipe metode penyelesaian konflik secara integratif, yaitu;
- konsensus (consensus);
- konfrontasi (confrontation);
- penggunaan tujuan-tujuan superordinat (superordinate goals).
Pada
metode konsensus, pihak yang berkonflik dipertemukan untuk mencapai
solusi terbaik dalam hal memecahkan problem yang dihadapi mereka, dan
dalam hal hubungan ini tidak akan diupayakan supaya salah satu pihak
mencapai kemenangan. Konsensus kelompok seringkali akan memberikan suatu
solusi yang lebih efektif dibandingkan dengan solusi yang ditawarkan
oleh seorang individu. Tetapi, adalah penting untuk mencegah timbulnya
sebuah konsensus yang bersifat prematur, di mana solusi yang dipilih
hanya mencerminkan keinginan untuk menyelesaikan konflik yang ada
secepat mungkin, dan bukanlah ditujukan untuk meraih solusi solusi yang
terbaik.
Pada metode konfrontasi, pihak yang berkonflik menyatakan
pandangan mereka masing-masing secara langsung dan terbuka kepada
masing-masing pihak. Kemudian, alasan-alasan mengapa terjadinya konflik
dipelajari, dan dicari metode-metode untuk menyelsaikan konflik yang
ada. Dengan kepemimpinan yang terampil dan kesediaan untuk menerima
tekanan yang berkaitan dengannya oleh semua pihak, maka seringkali dapat
dicapai suatu solusi yang rasional.
Penetapan tujuan-tujuan-tujuan
subordinat dapat pula dijadikan sebuah metode penyelesaian konflik,
karena ia dapat mengalihkan perhatian pihak yang terlibat dari konflik
yang ada dari tujuan-tujuan mereka yang bersaingan dan terpisah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar