Rabu, 27 Mei 2015

KELAHIRAN NAHDLATUL ULAMA’ ( NU )

I – KELAHIRAN NAHDLATUL ULAMA’ ( NU ) Nahdlatul Ulama’ disingkat NU, artinya kebangkitan Ulama. Sebuah organisasi yang didirikan oleh para ulama pada tanggal : 16 Rajab 1344 H / 31 Januari 1926 M. di Surabaya. Nahdlatul Ulama sebagai jam’iyah diniyah adalah wadah para Ulama’ dan pengikut-pengikutnya, dengan tujuan memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam yang berhaluan Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan menganut salah satu dari madzhab empat masing-masing adalah : 1. Imam Abu Hanifah an-Nu’man 2. Imam Malik bin Anas 3. Imam Muhammad Idris As-Syafi’i dan 4. Imam Ahmad bin Hanbal. Nahdlatul Ulama’ ( NU ) adalah merupakan gerakan keagamaan yang bertujuan untuk ikut membangun dan mengembangkan insan dan masyarakat yang bertaqwa kepada Alloh Swt, cerdas, trampil, ber-akhlaq mulia, tenteram, adil dan sejahtera. NU mewujudkan cita-cita dan tujuannya melalui serangkaian ikhtiar yang didasari oleh dasar-dasar faham keagamaan, yang membentuk kepribadian khas Nahdlatul Ulama. II – LATAR BEKANG BERDIRINYA NU. A – LATAR BELAKANG AGAMA : Latar belakang berdirinya NU berkaitan erat dengan perkembangan pemikiran keagamaan dan politik dunia Islam kala itu, diantaranya adalah pada tahun 1924, Syarif Husein raja Hijaz ( Makah ) yang berfaham Sunni (ahlus sunah wal jama’ah) ditakluk- kan oleh Abdul Aziz bin Saud yang beraliran Wahabiy. Aliran Wahabiy ini bentuk ajarannya adalah melarang semua bentuk amaliah ke-agamaan ala kaum Sunni, yang sudah berlaku di Tanah Arab dan akan menggantinya dengan model Wahabiy. Pengamalan agama dengan sistem bermadzhab, tawasul, maulid Nabi, ziarah kubur dan lain sebagainya akan segera dilarang. Dan bahkan Raja Ibnu Saud juga ingin melebarkan pengaruh kekuasaannya ke seluruh dunia Islam. Dengan dalih demi kejayaan Islam, ia berencana meneruskan kekhilafahan Islam yang terputus di Turki pasca runtuhnya Daulah Usmaniyah. Untuk itu dia berencana menggelar Muk-tamar Khilafah di kota suci Makah sebagai penerus Khilafah yang terputus itu, mukta-mar ini terkenal dengan sebutan Komite Hijaz. Seluruh negara Islam di dunia diundang untuk menghadiri muktamar tersebut, termasuk Indonesia, dan utusan dari Indonesia yang direkomendasikan adalah HOS. Cokroaminoto dari Serikat Islam ( SI ), KH. Mas Mansur dari Muhammadiyah dan KH. Abdul Wahab Hasbullah wakil dari Pesantren. Akan tetapi karena KH. Wahab tidak me wakili organisasi resmi, maka namanya dicoret dari daftar calon utusan, dan pencoretan ini tidak lain merupakan permainan politik diantara kelompok yang mengusung para calon utusan Indonesia. Peristiwa ini menyadarkan para Ulama’ pengasuh Pesantren akan pentingnya sebuah organisasi, karena latar belakang yang sangat mendesak itulah akhirnya Jam’iyah Nahdlatul Ulama’ didirikan. B – LATAR BELAKANG KEBANGSAAN (NASIONALISME) Pada tahun 1916 M, KH, Wahab Hasbullah bekerjasama dengan KH. Abdul Kahar (seorang pengusaha kaya) di Surabaya dan didukung oleh masyarakat berhasil mendirikan sebuah gedung bertingkat di kampung Kawatan Gg. IV Surabaya yang ke-mudian dikenal sebagai perguruan “Nahdlatul Wathon” yang berarti “Pergerakan Tanah Air”. Sejak itu gedung ini dijadikan markas penggemblengan para pemuda, mereka di didik untuk menjadi pemuda yang berilmu dan memiliki jiwa cinta tanah air. Setiap hen dak dimulai kegiatan belajar, para murid diharuskan terlebih dahulu menyanyikan lagu perjuangan dalam bahasa Arab, yang telah digubah dalam bentuk syair oleh KH. Wahab Hasbullah sebagai berikut : Wahai bangsaku, wahai bangsaku, Cinta tanah air bagian dari iman, Cintailah tanah air ini wahai bangsaku, Jangan kalian menjadi orang terjajah. Sungguh kesempurnaan itu harus, Dibuktikan dengan perbuatan, Dan bukanlah kesempurnaan itu, Hanya berupa ucapan. Berbuatlah demi cita-cita, Dan jangan hanya pandai bicara, Dunia ini bukan tempat menetap, Tetapi hanya tempat berlabuh.

LEADERSHIP ( KEPEMIMPINAN )

LEADERSHIP ( KEPEMIMPINAN ) Pokok Bahasan : 1. Teori munculnya pemimpin di masyarakat 2. Tipologi kepemimpinan 3. Pola kepemimpinan efektif Tujuan : 1. Peserta memahami teori munculnya pemimpin di masyarakat 2. Perserta memahami karakteristik, sosok dan citra diri seorang pemimpin 3. Peserta memahami bagaimana peran dan tanggung jawab seorang pemimpin sebagai bentuk kepemimpinan yang efektif Pengertian Kepemimpinan merupakan masalah yang sangat penting dalam menejemen. Bahkan ada yang menilai bahwa kepemimpinan adalah jantungnya intinya menejemen. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk dapat menggerakkan dan membina orang atau kelompok orang – orang, sehngga mau berbuat / berkarya secara efektif dan efesien dalam rangka mencapai tujuan administrasi. Leadership dan manajemen bisa sama dan bisa berbeda. Dapat dikatakan bahwa semua leader adalah manajer, tetapi tidak semua manajer menjadi leader. Manajer biasanya menggunakan kekuasaan yang melekat pada jabatannya atau organisasinya untuk memipin orang. Sedangkan seorang leader biasanya mempengaruhi orang lain dengan gaya dan keahliannya memimpin tanpa mengendalikan kekuasaan. Adapaun konsepsi mengenai kepemimpinan harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting, yaitu : 1. Kekuasaan 2. Kewibawaan 3. Kemampuan A. TEORI MUNCULNYA PEMIMPIN DIMASYARAKAT Tiga teori munculnya pemimpin adalah : a. Teori genetis b. Teori sosial c. Teori ekologi 1. Teori genetis a. Pemimpin tidak dibuat, akan tetapi dilahirkan menjadi pemimpin karena dari bakatnya sejak lahir. b. Ditekdirkan lahir menjadi pemimpin, dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga. 2. Teori sosial yaitu : lawan dari teori genetis bahwa pemimpin itu harus disiapkan dan dibentuk, tidak terlahir saja dan semua orang bisa menjadi pemimpin melalui usaha dan penyiapan pendidikan 3. Teori ekologi : ( teori ini reaksi dari kedua teori tersebut diatas ) yaitu seorang akan sukses menjadi pemimpin, bila sejak lahirnya dia telah memilki bakat – bakat kepemimpinan, dan bakat – bakat ini sangat C. TYPE –TYPE KEPEMIMIPINAN. Pemimpin itu mempunyai sifat , temperemen , watak dan keperibadian sendiri yangunuik, khas, sehingga tinkah laku dan gayanya sendiri yangmembedakan dirinya dengan orang lain. Gayadan type hidupnya ini pasti akan mewarnai prilaku dan type kepemimpinannya. Sehingga muncullah beberapa type kepemimpinan sebagai berikut: 1. Type kharismatik : Type pemimpin kharismatik tidak menghendaki dayatarik dan wibawa yang luar biasa, saehingga mempunyai pengkut yang jumblahnya sanat besar . Dia dianggapnya mempuanyai kekuatan ghaib yangdiperolehnya dari kekuatan yang maha esa. 2. Type paternalistis : (type kepemimpinan yang kebapakan ) dengan sifat-siatnya antara lain : a. Menganggap bawahanya sebagai manusia yang belum dewasa . b. bersikap terlalu melindungi .c. selalu bersikap mahu tahu dan maha benar. 3. Type militeristik : type mempuyai sifat-sifat antara lain: a. lebih banyak menggunakan sistem perintah terhadap bawahannya . b. Menuntut adanya disiplin keras dan kaku dari bawahannya c. tidak menghendaki saran – saran dan kritik dari bawahannya. d. komunikasi hanya berlangsung searah saja. 4. Type otokratis : Kepemimpinan otokrat mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang selalu harus dipatuhi. Pemimpin selalu mau berperan sebagai " pemain tunggal " . 5. Type laisser faire : Type pemimpin type laisser faire praktis tidak memimpin, sebab dia memberikan kelompoknya berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi dalam kelompoknya. Semua pekerjaan harus dilakukan oleh bawahannya. Dia merupakan pemimpin simbol, dan biasanya tidak memilki ketrampilan teknis. 6. Type demokratis : kepemimpinan demokratis memberikan bimbingan efisien kepada para pengikutnya, terdapat koordinasi pekerjaan dari semua bawahan dengan penekanan rasa tanggung jawab internal dan bekerja sama yang baik. Pemimpin demokratis menghargai setiap potensi individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan, bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing – masing, dan mampu memanfaatkan setiap anggota dengan selektif mungkin pada saat kondisi yang tepat. D. FUNGSI PEMIMPIN Menurut rustam Effendi ( 1995 : 245 ) fungsi pemimpin secara umum dapat meliputi : 1. Menuntut 2. Membimbing 3. Memberi atau membangunkan motivasi – motivasi kerja 4. Mengemudikan organisasi 5. Menjalin jaringan – jaringan komunikasi yang baik 6. Supervisi yang efisien, dan 7. Membawa para pengikutnya kepada sasarannya yang dituju dengan ketentuan waktu dan perencanaan. Adapun fungsi pokok pemimpin adalah : 1. Fungsi perencanaan 2. Fungsi memandang kedepan 3. Fungsi pengawasan 4. Fungsi mengambil keputusan 5. Fungsi memberi hadiah E. SYARAT – SYARAT PEMIMPIN Adapun syarat – syarat pemimpin adalah sebagai berikut : 1. Taqwa 2. Sehat 3. Cakap dan cerdik 4. Setia pada tugas 5. Disiplin 6. Adil dan bijaksana 7. Berkemauan keras 8. Berani dan tegas mengambil tindakan 9. Percaya diri 10. Inovativ dan kreatif 11. Berwawasan luas kedepan 12. Penuh tanggung jawab 13. Ucapan sama dengan tindakan 14. Mengutamakan kepentingan orang lain 15. Ambisi dan orientasi pada pencapaian hasil F. SIFAT KETELADAN KEPEMIMPINAN ROSULULLAH SAW. Michael Hart dalam bukunya 100 tokoh dunia ( 1994 ) yang paling dihormati menempatkan Muhammad SAW sebagai pemimpin urutan pertama, mengapa ? alasan pokoknya adalah tidak ada pemimpin sekaliber Muhammad SAW dimana pengikutnya begitu cepat bertambah, dan begitu fanatik terhadapnya kendatipun mereka tidak pernah menemuinya bahkan semakin lama semakin disanjung – sanjung ajarannya. Sifat – sifat kepemimpinan Nabi Muhammad SAW sudah banyak disanjung bahkan Allah berfirman dalam Al – Qur'an 33 : 21 yang artinya : Sesungguhnya telah ada pada diri Rosululloh itu suri tauladan yangbaik bagimu yaitu bagi orang – orang yang mengharapkan rahmat Allah di hari kiamat dan di banyak menyebut nama Allah. Nabi Muhammad SAW hidup bukan untuk dirinya, beliau berasal dari keluarga miskin tanpa unsur warisan harta dan kekuasaan, beliau mandiri, jujur, penyabar, adil, mempunyai visi kedepan, berwawasan jangka panjang, tegas, dipercaya dan menyayangi bawahannya. G. UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KEPEMIMPINAN Menjadi seorang pemimpin yang sukses dan berkualitas diperlukan beberapa faktor yang dapat menunjang antara lain : 1. Sehat jasmani dan rohani 2. Selalu berusaha beramal dan berakhlaqul karimah 3. Selalu berusaha meningkatkan pengetahuan dari berbagai bidang ilmu 4. Selalu berusaha menambah pengalaman dan latihan kepemimpinan

MANAJEMEN KONFLIK

MANAJEMEN KONFLIK


Semacam Pendahuluan

Menurut pandangan kontemporer, konflik bukan saja sesuatu hal yang tidak dapat dihindari, melainkan ia merupakan pula suatu kondisi yang perlu untuk orang-orang dan organisasi-organisasi supaya mereka dapat bersikap adaptif terhadap perubahan.

Tingkat perubahan tertentu diperlukan bagi ketahanan dan pertumbuhan keorganisasian, dan dalam hubungan ini konflik dapat bermanfaat sebagai sebuah elemen yang menunjang perubahan tersebut.

Mengingat bahwa adanya peranan potensial yang bermanfaat dari konflik, maka menurut pandangan kontemporer, konflik itu perlu di “manaje”.


Pengertian Manajemen Konflik

Manjemen konflik (conflict management) mengandung arti bahwa konflik dapat memainkan peranan dalam rangka upaya pencapaian sasaran-sasaran secara efektif serta efisien.

Mengingat bahwa konflik keorganisasian dengan cepat dapat bereskalasi, dan merusak kultur suatu organisasi, maka kegiatan memanaje konflik keorganisasian merupakan sebuah prioritas penting.

Setiap organisasi perlu mengimbangkan kebutuhan untuk menciptakan konflik “baik” tertentu (yang dapat mengatasi inersia, dan memungkinkan proses belajar keorganisasian baru) dengan kebutuhan untuk mencegah konflik “baik” tersebut berkembang menjadi konflik “buruk” (yang menyebabkan suatu kekacauan dalam koordinasi dan integrasi antara fungsi-fungsi dan divisi-divisi yang ada).

Dua macam strategi yang seringkali digunakan para manajer guna mengatasi masalah konflik:

- mengubah struktur sesuatu organisasi untuk mengurangi atau meniadakan sumber konflik, atau

- mencoba mengubah sikap para individu, atau para individu-individu itu sendiri.


Dari uraian yang disajikan dapatlah kita menarik kesimpulan bahwa: konflik sebaiknya jangan sekedar dihindari, dikurangi atau diatasi: jadi, konflik perlu dimanaje. Ada pendapat yang mengatakan bahwa memanaje konflik dapat mengandung arti: “secara aktif mencari konflik, atau menciptakan secara positif kondisi-kondisi yang menyebabkan timbulnya konflik”


Macam-macam/model manajemen konflik

Tiga macam cara pokok untuk menghadapi dan menangani konflik, yakni melalui:

- dominasi atau supresi(domination or supression);

- kompromis (compromise); dan

- integrasi (integration).


Dominasi atau Supresi

Tindakan dominasi dan supresi, biasanya memiliki dua macam persamaan yakni :

1. mereka menekan konflik, dan bukan menyelesaikannya, dengan jalan mendesaknya ke latar belakang;

2. mereka menciptakan suatu situasi menang-kalah, di mana pihak yang kalah terpaksa tunduk kepada otoritas lebih tinggi atau kekuatan lebih besar, yang akhirnya menyebabkan timbulnya perasaan tidak puas dan sikap bermusuhan.

Dominasi dan supresi dapat terjadi melalui cara-cara berikut:

- Memaksakan (forcing)

- Meredakan (smoothing)

- Menghindari (avoidance)

- Suara terbanyak (majority rule)


Kompromis

Melalui tindakan kompromis, para manajer berupaya untuk menyelesaikan konflik dengan jalan meyakinkan para pihak yang berkonflik untuk mengorbankan sasaran-sasaran tertentu agar dapat diraih sasaran-sasaran lain.

Keputusan-keputusan yang dicapai melalui jalan kompromis, kiranya tidak akan menimbulkan frustasi di kalangan mereka yang sedang berkonflik ataupun tidak akan terjadi perasaan bermusuhan. Namun, dipandang dari sudut keorganisasian, kompromis merupakan sebuah metode penyelesaian konflik lemah, karena ia biasanya tidak menyebabkan timbulnya suatu solusi yang dapat membantu organisasi yang bersangkutan mencapai tujuan-tujuannya dengan cara terbaik. Hal yang sekedar dicapai oleh solusi tersebut adalah bahwa masing-masing pihak dalam konflik yang ada, dapat hidup dengannya.


Pemecahan problem secara integratif

Melalui metode ini, konflik antar kelompok dikonversi menjadi sebuah situasi pemecahan problem bersama yang dapat dihadapi dengan tehnik-tehnik pemecahan masalah. Pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik secara bersama-sama berupaya memecahkan problem yang muncul antar mereka.

Pada metode ini, orang justru tidak berupaya untuk menekan konflik, atau berupaya mencapai suatu kompromis, tetapi pihak yang berkonflik secara terbuka berupaya untuk menemukan sebuah pemecahan masalah yang dapat diterima oleh mereka.

Ada tiga macam tipe metode penyelesaian konflik secara integratif, yaitu;

- konsensus (consensus);

- konfrontasi (confrontation);

- penggunaan tujuan-tujuan superordinat (superordinate goals).

Pada metode konsensus, pihak yang berkonflik dipertemukan untuk mencapai solusi terbaik dalam hal memecahkan problem yang dihadapi mereka, dan dalam hal hubungan ini tidak akan diupayakan supaya salah satu pihak mencapai kemenangan. Konsensus kelompok seringkali akan memberikan suatu solusi yang lebih efektif dibandingkan dengan solusi yang ditawarkan oleh seorang individu. Tetapi, adalah penting untuk mencegah timbulnya sebuah konsensus yang bersifat prematur, di mana solusi yang dipilih hanya mencerminkan keinginan untuk menyelesaikan konflik yang ada secepat mungkin, dan bukanlah ditujukan untuk meraih solusi solusi yang terbaik.

Pada metode konfrontasi, pihak yang berkonflik menyatakan pandangan mereka masing-masing secara langsung dan terbuka kepada masing-masing pihak. Kemudian, alasan-alasan mengapa terjadinya konflik dipelajari, dan dicari metode-metode untuk menyelsaikan konflik yang ada. Dengan kepemimpinan yang terampil dan kesediaan untuk menerima tekanan yang berkaitan dengannya oleh semua pihak, maka seringkali dapat dicapai suatu solusi yang rasional.

Penetapan tujuan-tujuan-tujuan subordinat dapat pula dijadikan sebuah metode penyelesaian konflik, karena ia dapat mengalihkan perhatian pihak yang terlibat dari konflik yang ada dari tujuan-tujuan mereka yang bersaingan dan terpisah.